JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Berpulangnya Didi Kempot benar-benar membuat ambyar hati orang-orang yang mengenalnya. Penggemarnya berasal dari berbagai kalangan. Mulai pak tani di ujung desa hingga presiden yang berkantor di istana. Mulai muda mudi yang patah hatinya terwakili, hingga mereka yang tinggal di luar negeri.
Presiden Joko Widodo dalam pernyataannya menjelaskan bahwa dia mengikuti sejumlah aktivitas Didi selama masa pandemi Covid-19. Salah satunya konser amal dari rumah pada 11 April lalu. konser amal itu digelar untuk mengumpulkan donasi bagi penanganan pandemi.
’’Lewat konser itu, mas Didi Kempot telah ikut membantu pemerintah daerah agar para warga tidak mudik,’’ terangnya.
Jokowi pun ikut menyampaikan duka cita. Tidak hanya kepada seluruh keluarga Didi, namun juga insan musik Indonesia. ’’Juga kepada seluruh Sobat Ambyar di manapun berada,’’ lanjutnya.
Didi memiliki peran besar untuk membuat anak-anak muda Indonesia kembali menggemari musik daerah. Agustus tahun lalu, Didi tampil di Istana Kepresidenan Jakarta dalam rangkaian kegiatan bulan kemerdekaan. Dia tampil di hadapan Presiden dan Ibu Negara. Didi sukses membius para penggemarnya dalam kegiatan tersebut. Presiden pun menjadi bagian Sobat Ambyar setelah videonya yang ikut menyanyikan lagu “Sewu Kutho” viral. ’’Selamat jalan, The Godfather of Broken Heart,’’ imbuh Jokowi.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar juga ikut merasa kehilangan atas kepergian Didi Kempot. Menurut Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar, Didi adalah legenda baru di dunia hiburan. Karyanya menyatu dengan kamu muda yang ternyata sangat bangga dengan lagu Jawa. “Itu memperkuat bahasa Jawa,” tuturnya saat dihubungi JPG kemarin.
Menurut Wakil Ketua DPR RI itu, syair lagu Didi mewakili jiwa yang resah, tapi kuat. Dia mengaku sangat terkesan dengan lagu “Sewu Kuto”. Selain pecinta lagu Didi, Cak Imin juga sangat dekat dengan penyanyi campursari itu. Ia terakhir bertemu dengan Didi sekitar tiga bulan lalu saat menghadiri acara pernikahan di Kendal, Jawa Tengah. Didi diundang untuk menghibur para undangan. PKB, kata Cak Imin, termasuk yang menggebrak kebangkitan Didi di Jakarta dan sekitarnya. Partai tersebut beberapakali mengundang Didi untuk menjadi pengisi acara. Penonton pun selalu membeludak.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kegigihan Didi berkarya, sehingga lagu-lagunya disukai masyarakat. “Berkreasi dengan serius dan konsiten pasti disukai publik. Itu yang menjadi pelajaran dari Didi Kempot,” ungkapnya.
Kepergian Didi Kempot masih menyisakan luka bagi dunia hiburan Tanah Air. Sebab, ada satu agenda besarnya yang tak akan pernah bisa terwujud. Didi berencana bakal menggelar konser akbar yang bertajuk Ambyar Tak Jogeti, 30 Tahun Lord Didi Kempot Berkarya bakal digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 19 November mendatang.
Selaku promoter, Direktur Utama Garindo Media Tama Dian Eka Yanto Suryanegara mengatakan, sampai saat ini, pihaknya belum mengetahui kelanjutan konser tersebut. Sebab, dia masih berusaha berkoordinasi dengan pihak manajemen Didi.
”Kami memaklumi sampai saat ini belum bisa menghubungi managemen beliau, karena kami mengerti gimana keadaannya saat ini,” tutur Eka.
Suguhkan Oase untuk Milenial
Pengaruh Didi Kempot sebagai The Godfather of Broken Heart turut menyentuh milenial. Mendorong mereka untuk meneliti karya-karya sang maestro. Etnomusikolog sekaligus pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Aris Setiawan bisa lebih dekat dengan karya-karya Didi lewat penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswanya.
”Saya membimbing beberapa mahasiwa yang tema penelitiannya tentang Mas Didi Kempot,” ungkap dia kepada JPG.
Secara personal, Aris mengakui bahwa dirinya tidak kenal dengan Didi secara langsung. Dia juga belum pernah membuat penelitian yang concern dan berfokus pada Didi atau karya-karya penyanyi yang mengembuskan napas terakhirnya di usia 53 tahun tersebut. Namun demikian, semua itu tidak lantas menjauhkan Aris dari Didi. Telinganya tetap akrab dengan karya-karya Didi Kempot. Terlebih setelah nama pelantun Stasiun Balapan itu kembali naik daun, melambung, menyegarkan pangung-panggung musik di layar kaca.
Sebagai pemerhati musik, Aris mafhum bahwa nama Didi Kempot sudah malang-melintang di dunia tarik suara. Bukan satu dua tahun, Didi menyelami industri musik Tanah Air. Sudah lama karya-karya Didi dinikmati oleh para pecinta campursari. Maka ketika namanya kembali ramai diperbincangkan satu dua tahun belakangan, Aris mengakui ada kekuatan hebat dari almarhum yang membuat milenial ikut terhipnotis oleh musik Didi Kempot. Kekuatan yang membikin kaum muda berani terang-terangan menyatakan kesukaan terhadap karya berbahasa ibu.
Menurut Aris, karya Didi Kempot tidak berlebihan bila diibaratkan oase di tengah padang pasir. Sebab, sudah terbukti mampu menghilangkan dahaga generasi masa kini. Yang perlu kesegaran dari musik arus utama. Dia menilai, saat ini musik arus utama tengah berjalan di tempat, mentok, mononton, dan minim pembaruan dari sisi musikalitas.
”Didi Kempot mendaur ulang masa lalu, dihadirkan dengan kesegaran di masa kini,” imbuhnya.
Sadar atau tidak, itu menambah daya gedor musik Didi Kempot. Hingga sanggup mengetuk pintu hati anak muda kekinian untuk menerima sajian sang Legenda. Kemunculan Didi juga disokong kemajuan teknologi. Lagu-lagunya menjadi lebih mudah dijangkau oleh milenial karena bisa diakses dengan mudah lewat berbagai media. Tidak hanya itu, musik dan lirik karya Didi Kempot dekat dengan kehidupan anak muda. Walau lebih banyak berisi kesedihan, Aris menilai Didi mampu menampilkannya dalam bentuk yang tidak biasa. Sehingga pendengarnya dengan senang hati menertawakan bahkan merayakan kesedihan mereka. Semuanya itu bisa dilakukan saat Didi Kempot mendendangkan lagu-lagunya.
Kepiawaian Didi Kempot meramu lirik dan musik, lanjut Aris, membuat lagu yang dia nyanyikan semakin kuat. Punya tenaga untuk memberi nuansa baru bagi para penikmat musik. Tentu saja Didi tidak menduakan campursari. Sebab, sejak bermusik dia lekat dengan itu. Namun pada ‘kelahiran’ keduanya, Suguhan campursari Didi Kempot sanggup menembus batatasan-batasan yang ada. Dengan lagu berbahasa Jawa, Didi berani menanggalkan segala gengsi. Menunjukkan bagaimana cara jujur, buka-bukaan menari di atas patah hati.
Lantas bagaimana setelah legenda itu ‘pulang’ mendahului kita semua, akankah ada penerus atau Didi Kempot berikutnya? Aris mengakui sulit menggantikan Didi Kempot. Namun, Indonesia tidak pernah kekurangan musisi berbakat. Dari kaca matanya, saat ini Aris melihat sudah banyak musisi yang mengikuti jejak Didi Kempot. Tidak hanya di Solo, Aris menyebutkan, di Jogjakarta, dan tempat-temlat lainnya sudah banyak musisi yang tidak malu-malu berkiblat kepada Didi Kempot. ”Yang jadi soal apakah mereka hanya ikut-ikutan saja atau memang bisa punya ciri khas,” kata dia. (lum/shf/wan/jpg)