KORBAN GUNUNG SINABUNG TERUS DICARI

Ditemukan 16 Sepeda Motor Terbakar

Nasional | Senin, 03 Februari 2014 - 08:15 WIB

Ditemukan 16 Sepeda Motor Terbakar
Tim penyelamat menemukan sepeda motor yang ditinggalkan pemiliknya di zona bahaya dua kilometer dari kawah Gunung Sinabung. Tampak tim melintasi tebalnya debu vulkanik di wilayah tersebut, Ahad (2/2/2014). Foto: AFP/ATAR

SINABUNG (RIAUPOS.CO)  - Tim  evakuasi memprediksi masih ada sejumlah korban di Sukameriah, Karo. Sebab, jumlah korban yang ditemukan tidak sebanding dengan temuan 16 sepeda motor di desa tersebut.

Belum bisa dipastikan berapa jumlah korban yang masih berada di Sukameriah.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hingga kemarin sore, evakuasi lanjutan terhadap sisa korban di Desa Sukameriah belum dilakukan. Tim SAR gabungan belum mendapat izin dari PVMBG untuk naik ke Sukameriah karena kondisi masih dianggap berbahaya.

‘’Kami sudah menyiapkan 170 orang, terdiri dari Kodim, Yon 125, Brimob, Basarnas, Pol PP, dan relawan,’’ kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada JPNN, Ahad (2/2).

Selain tim evakuasi, disiapkan pula tujuh truk, dua hagglund (kendaraan taktis mirip tank) Brimob, empat ambulans, dan 10 kendaraan dinas. Kemarin pagi, satu korban luka atas nama Surya Sembiring akhirnya tewas. Dia mengalami luka bakar serius akibat diterjang awan panas.

Sutopo mengingatkan, masyarakat jangan menganggap remeh awan panas. Selain bersuhu di atas 700 derajat celsius, awan panas memiliki kecepatan luncur hingga lebih dari 100 kilometer per jam.

Jika sudah meluncur, mustahil untuk menghindar. Jatuhnya korban tewas ditengarai akibat terlambat menyelamatkan diri saat melihat awan panas meluncur dari kawah.

Jatuhnya korban jiwa akibat luncuran awan panas Gunung Sinabung juga berbuntut panjang. Proses pemulangan sekitar 13 ribu jiwa pengungsi warga 16 desa di luar radius lima kilometer dari kawah ditunda.

Sementara, persiapan relokasi tiga desa di radius tiga kilometer dari kawah dipercepat.

Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyesalkan lolosnya warga naik ke lereng Sinabung yang berakibat jatuhnya korban jiwa. Semua pintu masuk menuju radius lima kilometer sudah beberapa bulan terakhir dijaga ketat aparat.

‘’Warga menemukan jalan tikus (jalan pintas, red) yang membuat mereka lolos dari penjagaan,’’ ujar Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Ahad (2/2).

Untuk mencegah kejadian serupa terulang, kini penjagaan di setiap pintu masuk kampung diperketat. Aparat TNI dan Polri juga makin intens berpatroli mencari jalur pintasan yang mungkin dilewati warga yang akan naik ke lereng gunung setinggi 2.460 meter itu.

Tragedi awan panas itu membuat jadwal pemulangan 13.828 jiwa (4.639 KK) tertunda. Mereka baru akan dipulangkan dalam pekan ini, setelah kondisi Sinabung mulai stabil.

Para pengungsi yang akan dipulangkan itu berasal dari 16 Desa yang berada di luar radius lima kilometer dari kawah Sinabung. Total pengungsi saat ini berjumlah 30.117 jiwa (9.388 KK) dari 32 Desa dan dua dusun.

Relokasi

Rencana relokasi 1.109 keluarga dari tiga desa di radius tiga kilometer dari kawah, yakni Sukameriah, Simacem, dan Bekerah bakal segera direalisasikan.

Pemkab Karo sedang mengupayakan pengadaan lahan sekitar 25 hektare sebagai lokasi pengganti ketiga desa tersebut. ‘’Lokasinya untuk saat ini belum bisa dipublikasikan,’’ terang Sutopo.

Nantinya setiap keluarga akan mendapat rumah seluas 36 meter persegi dan lahan seluas 100 meter persegi. Desain rumah tahan gempa dan dana pembangunannya sudah disiapkan.

Diperkirakan, pembangunan bakal memakan waktu tiga sampai empat bulan. Sedangkan, para pengungsi yang tidak direlokasi akan mendapatkan dana cash for work sebesar Rp50 ribu per KK perhari.

Para pengungsi yang memiliki hutang di bank juga akan mendapat keringanan untuk melunasi kreditnya dalam jangka waktu maksimal tiga tahun. Bantuan tersebut masih akan ditambah dengan beasiswa untuk anak-anak korban Sinabung.

Anak usia SD akan mendapat beasiswa Rp1 juta per tahun, SMP Rp1,5 juta per tahun, SMA Rp2 juta per tahun, dan mahasiswa Rp2,1 juta per semester.

Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus mengupayakan perancanangan hunian tetap (huntap) bagi sekitar 1.000 kepala keluarga (KK) korban bencana erupsi Gunung Sinabung.

‘’Anggarannya sekitar Rp60 miliar untuk pembangunan hunian di kawasan tadi. Tapi kalau ditambah fasilitasi kira-kira Rp67 miliar. Fasilitas yang dimaksud seperti fasilitas khusus dan fasilitas umum,’’ terang Kapuskom Kementerian PU Danis H Sumadilaga saat dihubungi JPNN, kemarin.

Danis juga mengatakan bahwa realisasi huntap tersebut masih terkendala oleh penentuan lokasi atau lahannya. Untuk lahan, dia menjelaskan bahwa sebelumnya terdapat dua opsi yaitu menggunakan lahan kehutanan, namun lokasinya agak jauh.

‘’Untuk itu, akan diupayakan oleh Bupati Kabupaten Karo, sekitar 25 hektare di radius 5-7 kilometer untuk hampir 1.000 KK,’’ terang Danis.

Relawan GMKI

Tujuh dari 15 korban tewas terkena awan panas Gunung Sinabung merupakan mahasiswa yang tergabung di dalam organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).

Enam berasal dari cabang Kutacane, Aceh, dan satu orang dari cabang Kabanjahe, Karo Sumatera Utara. Mereka bukan bagian dari warga yang hendak memanfaatkan momen untuk wisata bencana atau hal-hal lainnya.

Dalam keterangan pers yang disampaikan Ketua Umum PP GMKI Supriadi Narno, disebutkan bahwa GMKI Kutacane pada 31 Januari mengirimkan 6 orang anggotanya dan tiba di Desa Payung (Kabanjahe).

Adapun nama-nama yang menjadi relawan dari GMKI Kutacane  adalah Fitri Napitupulu (Ketua Cabang GMKI Kutacane), Marudut Sihite (Sekretaris Cabang GMKI Kutacane), Santun Siregar (Badan Pengurus Cabang GMKI Kutacane), Julfandi Siregar (Badan Pengurus Cabang GMKI Kutacane), Daniel Siagian (Badan Pengurus Cabang GMKI Kutacane), Asran Lubis (simpatisan GMKI). (byu/dod/jpnn/fas)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook