JAKARTA (RIAUPOS.CO) -Tugas berat sudah menanti Kapolri baru, Jenderal Pol Idham Aziz yang baru dilantik di Istana Negara, Jakarta, Jumat (1/11). Sebab, penuntasan kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik KPK Novel Baswedan kini berada di punggungnya. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, dirinya sudah meminta Idham untuk menuntaskan kasus tersebut. Kepada Idham, Jokowi memberi waktu satu bulan.
"Saya sudah sampaikan ke Kapolri baru, saya beri waktu sampai awal Desember," ujarnya di Istana Merdeka, Jakarta. Namun Jokowi tidak memberikan alasan lebih lanjut soal perpanjangan waktu tersebut.
Sementara itu, usai dilantik Idham enggan berbicara banyak. Dia hanya mengucapkan syukur atas kepercayaan yang diberikan dan siap untuk bekerja.
"Kalau masalah program saya, saya sudah paparkan ketika fit and proper. Sehingga secara cepat akan saya tindaklanjuti," ujarnya.
Saat ditanya soal kelanjutan kasus penyiraman penyidik KPK Novel Baswedan, Idham menolak berkomentar lebih jauh. Saat dicecar, dia langsung pergi meninggalkan istana. Dia menyerahkan penjelasan kepada Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal. Kepada media, Iqbal menegaskan penanganan kasus Novel akan terus berjalan. Saat ini tim teknis masih terus bekerja. Selama lebih tiga bulan berjalan, Iqbal menyebut sudah ada hasil-hasil signifikan yang didapat.
"Tolong digarisbawahi. Sangat signifikan yang sudah kami dapat," imbuhnya.
Namun untuk kepentingan penyelidikan, dia enggan membeberkannya. Agar berjalan efektif, Kapolri akan segera menunjuk Kabareskrim baru.
"Kabareskrim yang baru akan diperintahkan untuk segera menuntaskan kasus Novel baswedan," ujarnya.
Soal sosok Kabareskrim baru, dia menyebut merupakan hak preogratif dari kapolri untuk menentukan siapa yang akan mengisinya.
"Tapi yang pasti, semua jenderal bintang tiga dan bintang dua memiliki kesempatan yang sama," paparnya. Iqbal mengaku belum mengetahuinya.
Yang pasti, pati terbaik tentu akan ditunjuk untuk memimpin lembaga FBI-nya Indonesia tersebut. "Ya, belum," paparnya.
Informasi yang diterima Jawa Pos (JPG), ada sejumlah nama yang dikabarkan akan mengisi posisi tersebut. Di antaranya, Irjen Gatot Eddy yang kini menjabat Kapolda Metro Jaya dan Irjen Listyo Sigit Prabowo yang menjabat Kadivpropam. Direktur Imparsial Al Araf pun menyampaikan bahwa penyelesain kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan masih ditunggu masyarakat.
"Kasus Novel Baswedan adalah tantangan pertama kapolri baru," ungkap dia.
Dengan segudang pengalaman, Idham diharapkan mampu menenemukan pelaku yang berbuat keji kepada Novel. Apalagi, alumnus Akpol 1988 itu sudah pernah bersentuhan langsung dengan kasus tersebut. Baik saat mejabat kapolda Metro Jaya maupun kabreskrim Polri. Dia juga merupakan ketua tim teknis yang menangani kasus tersebut.
"Penyelesaian kasus Novel Baswedan akan memberikan jaminan untuk kita," terang Al Araf.
Dengan diungkapnya kasus Novel, dia menambahkan, masyarakat punya jaminan bahwa kasus serupa tidak akan terulang lagi. Sebaliknya, kasus serupa bisa saja kembali terjadi apabila penyerang Novel tidak dihukum. Hal senada juga disampaikan Direktur LBH Jakarta Arif Maulana. Karena itu, dia berharap ada kesungguhan dari aparat kepolisian untuk menuntaskan kasus Novel.
"Dan presiden harus konsisten dengan ucapannya," ungkap dia. Bila terus-menerus dibiarkan, bukan tidak mungkin kasus Novel benar-benar tidak terungkap sebagaimana kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang selama ini masih jalan di tempat.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian (Lemkapi) Edi Hasibuan menyampaikan, salah satu kunci kerja Kapolri bisa maksimal adalah menunjuk Kabareskrim yang tepat. Edi menilai Idham butuh kabareskrim muda yang energik. "Biar kerja cepat," ungkap dia saat diwawancarai JPG kemarin.(far/syn/idr/ted)
Laporan: JPG