(RIAUPOS.CO) -- Proses pemulangan 250 warga negara Indonesia (WNI) di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, sudah dilakukan sejak Sabtu (1/2). Jika tidak ada halangan, Ahad (2/2) pagi ini, pesawat Airbus 330 milik Batik Air yang mengangkut WNI tersebut mendarat di Bandara Hang Nadim Batam, sebelum diterbangkan ke Natuna untuk menjalani masa karantina selama 14 hari.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Batam Achmad Farchanny menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan prosedur karantina, begitu ratusan WNI dari Wuhan sampai di Batam. Ia mengatakan petugas karantina akan melakukan pemeriksaan kesehatan di dalam pesawat.
Salah satu fokus pengecekan adalah suhu tubuh. Apabila tidak ada suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius, maka diperbolehkan pindah ke pesawat yang telah sediakan TNI. “Kami pastikan yang keluar dari pesawat Batik dalam kondisi oke,” tegasnya.
Namun, jika ada yang menderita demam tinggi atau kondisi kesehatannya memburuk, petugas karatina langsung membawa ke rumah sakit rujukan di Batam untuk diisolasi dan ditangani kesehatannya. Beberapa rumah sakit telah ditunjuk sebagai tempat isolasi, yakni RSUD Embung Fatimah dan RSBP. “Dua rumah sakit itu telah stand by,” ucapnya.
Achmad mengatakan, sejauh ini dari informasi yang diterimanya, WNI yang datang dari Wuhan dalam kondisi sehat. “Yang kami evakuasi ini adalah orang-orang Indonesia yang sehat. Nantinya setelah mereka turun, kami juga akan menyemprot pesawat dengan cairan disinfektan,” tuturnya.
Dari Hang Nadim Batam, WNI asal kota endemi virus corona itu, diterbangkan ke Natuna menggunakan pesawat milik TNI. Tadi malam (kemarin, red), tiga pesawat TNI sudah disiagkan di Bandara Hang Nadim Batam di hangar sebelah Lion Air di dekat hanggar kargo.
“Kami di sini mengikuti arahan pemerintahan pusat. Untuk membantu pemulangan saudara kita dari Wuhan, Cina,” ujar Rudi, Wali Kota Batam, usai rapat dengan berbagai pihak di VVIP Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Sabtu (1/2).
Namun Rudi belum bisa memastikan pukul berapa pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID 8619 itu mendarat di Hang Nadim Batam. Begitupun jadwal persis pemberangkatan ke Natuna dari Hang Nadim. “Kami hanya stand by, menunggu. Soal waktu persisnya, menunggu otoritas dari Cina,” ucapnya.
Dalam rapat pembahasan kedatangan WNI dari Wuhan itu, disebutkan Rudi dihadiri berbagai stakeholder mulai dari imigrasi, KKP, pihak bandara, kepolisian, TNI, dan Pemko Batam.
Terkait pemindahan para WNI dari Wuhan ini, Kepala Dinas Operasi Lanud Hang Nadim Batam Mayor Lek Wardoyo mengatakan, pihak TNI telah menyiapkan dua pesawat jenis Boeing dan Hercules. “Disiapkan di Hang Nadim. Mengenai waktunya masih menunggu perintah komandan, saya tidak tahu jam berapa persisnya,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pesawat tersebut didatangkan dari Jakarta dan Makassar. Satu pesawat jenis Boeing dapat mengangkut 100 orang. Sedangkan pesawat jenis Hercules dapat mengangkut 130 orang. “Setiap pesawat ini ada tenaga medisnya yang stand by,” ungkapnya.
Wardoyo mengatakan, TNI menerapkan pengawasan dan penjagaan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. “Begitu sampai di Batam, semuanya Military On Board,” ungkapnya.
Berdasarkan informasi diterima JPG, 250 orang WNI ini terdiri dari 101 laki-laki dan 149 Wanita. Dari 250 orang ini terdapat tiga anak-anak. Pesawat tersebut diperkirakan landing di Batam, Ahad (2/2) pukul 09.00 WIB. Setelah itu dilakukan proses transfer ke pesawat TNI untuk diterbangkan ke Natuna.
Ia membenarkan para WNI asal Wuhan ini akan menjalani proses karantina kurang lebih selama 14 hari. Selama masa karantina, kesehatan mereka terus diobservasi. Jika dinyatakan sehat dan aman, akan diberangkat ke daerah masing-masing.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepri, Tjetjep Yudiana mengatakan, meski hanya transit, namun pihaknya tetap menyiapkan Asrama Haji Batam Centre sebagai tempat karantina oleh tim kesehatan, pasca erebaknya virus corona. “Ini alternatif. Jadi setiap daerah memang harus ada tempat karantina,” kata dia, Sabtu (1/2).
Pemerintah daerah, khususnya tim kesehatan, sudah siap. Baik petugas maupun peralatan. Untuk itu, rumah sakit umum daerah (RSUD) Embung Fatimah hingga asrama haji salah satu yang dipersiapkan. “Ini merupakan langkah cegah tangkal untuk antisipasi menghadapi virus ini,” ujarnya.
Kepala Dinkes Batam, Didi Kusmarjadi menambahkan, semua persiapan sudah dilakukan tim kesehatan untuk menghadapi virus corona. Tidak saja saat kedatangan WNI dari Wuhan, persiapan pencegahan ini juga digelar untuk semua kondisi. “Tim gerak cepat sudah sangat siap dengan kondisi apapun. Jika memang nanti ada ditemukan sudah ada langkah dan prosedur penanganan virus corona ini,” jelasnya.
Ia meminta masyarakat tidak usah khawatir mengenai virus ini. Pemerintah tidak mungkin membiarkan penyebaran virus ini jika kelak ada yang terjangkit. Soal hasil uji lab pesien R, anak buah kapal (ABK) tugboat Singapura yang merupakan warga Batam yang sempat diisolasi di RSUD Embung Fatimah, Didi membenarkan hasilnya negatif. “Jadi sampai saat ini, Batam dipastikan masih aman,” ungkapnya.
Warga Demo Menolak
Sementara itu, warga Kabupaten Kepulauan Natuna Provinsi Kepulauan Riau bereaksi, menolak keputusan pemerintah pusat menjadikan daerah mereka sebagai lokasi karantina. Khawatir terhadap potensi penularan 2019-nCov atau virus corona, warga meminta karantina dilakukan di tengah laut saja dengan kapal perang.
Penolakan warga ini ditunjukkan dengan menggelar demonstrasi di Bandara Ranai, Natuna, Sabtu (1/2). Ribuan orang menyuarakan aspirasinya dengan mendatangi bandara tersebut. Perwakilan masyarakat yang menggelar aksi, Haryadi yang juga merupakan Ketua KNPI Natuna mempertanyakan alasan Natuna jadi lokasi karantina. ‘’Di ibu kota negara fasilitas lebih lengkap. Natuna punya apa? Natuna tidak punya apa-apa,’’ kata dia.
Lebih lanjut dikatakannya, dari informasi yang diterima masyarakat, fasilitas kesehatan akan dibawa ke Natuna sebagai pendukung rencana karantina. Ini sebut dia malah menunjukkan Natuna pada dasarnya tidak memiliki fasilitas pendukung yang layak. ‘’Informasi yang kami dapat fasilitas kesehatan dibawa ke sini. Itu tandanya apa? Kami (Natuna) tidak mampu mengkarantinakan ini,’’ ujarnya.
‘’Ini kekhwatiran bukan hanya kami, tapi seluruh masyarakat Indonesia. Ada statement dari Kementerian Kesehatan akan dikarantina di Natuna, apabila tidak terbukti (positif tertular virus corona, red) baru akan dikeluarkan. Artinya perlu pembuktian, kok di Natuna pembuktiannya ? Kenapa tidak di pusat yang fasilitasnya lebih lengkap?’’ tambahnya bertanya.
Masyarakat Natuna hingga saat ini masih tetap pada pendirian menolak karantina dilakukan di sana. ‘’Hari ini (kemarin, red) kami tetap menolak, tapi sebagai bentuk nasionalisme, kami tidak akan menghilangkan begitu saja. Kami kasi solusi. Di mana mereka mendarat? Di Batam. Dari Batam naikkan ke kapal perang, karantina di sana selama 14 hari di tengah laut. Kalau di tengah laut tidak ada masyarakat yang resah karena tidak berhubungan dengan masyarakat. Lengkapi kapal perangnya dengan fasilitas medis. Ini solusi dari kami yang mungkin tidak terpikirkan mereka,’’ tegasnya.
Kemarin, Menteri Kesehatan Letjen TNI (Purn) Dr dr Terawan Agus Putranto Sp Rad (K) menemui masyarakat Natuna yang melakukan aksi protes. Warga terus bertahan hingga penolakan disetujui pemerintah. Terawan Agus Putranto menjelaskan, WNI yang berada di Cina adalah kalangan mahasiswa yang melakukan studi. Namun mereka berada pada waktu yang tidak tepat.
Dijelaskannya, pemulangan WNI tersebut dilakukan proses sesuai prosedur dan harus dilakukan observasi. Dan WNI yang boleh dipulangkan dalam kondisi sehat. Sementara WNI yang tidak sehat atau sudah positif tertular virus corona tidak diizinkan keluar dari Cina. “Kami juga tidak sembarangan melakukan pemulangan. Petugas di pesawat juga berisiko. Saya sendiri menawarkan diri untuk ikut. Saya juga di Natuna, saya juga punya keluarga,” jelas Menkes.
Meski mendapat penjelasan dari Menkes, masyarakat tetap menolak kedatangan pemulangan WNI dari Cina untuk diobservasi di Natuna. Hingga berita dibuat sekitar pukul 18.30WIB, masyarakat masih bertahan dihalaman kantor DPRD Natuna dan meneriakkan penolakan penempatan karantina WNI dari Cina di Natuna. Sementara menkes, Kepala BNPB dan jajaran TNI dan DPRD melakukan pertemuan terbatas menentukan kebijakan.
Hadi menuturkan, kawasan Natuna merupakan kawasan terbaik dan pilihan sebagai tempat isolasi WNI. Hal tersebut selain jauh dari pemukiman penduduk, karena Natuna merupakan pangkalan militer yang memiliki Rumah Sakit (RS) dari tiga angkatan keamanan yaitu Angkatan Laut (AL), Angkatan Udara (AU), dan Angkatan Darat (AD). “Protokol kesehatan yang harus dipenuhi di antaranya memiliki tempat isolasi yang jauh dari penduduk. Tempat terbaik dan terpilih adalah wilayah Natuna,” tuturnya.
Ia melanjutkan lebih jauh, kawasan Natuna sendiri memiliki akses yang berdekatan dengan wilayah observasi. “Memiliki runway berdekatan dengan wilayah yang nantinya akan digunakan untuk observasi sehingga saudara kita yang baru datang langsung turun dari pesawat masuk ke tempat penampungan,” jelasnya.
Tempat penampungan sendiri, kata dia, mampu menampung hingga 300 orang dengan fasilitas kebutuhan MCK termasuk dapur lapangan. Pihaknya menegaskan, jarak antara hanggar ke pemukiman penduduk cukup jauh yaitu sekitar 5-6 kilometer.
Sementara jarak dari dermaga juga cukup jauh sekitar 5 kilometer. Sehingga kawasan tersebut cukup memenuhi syarat protokol kesehatan. “Sehingga Natuna dipilih menjadi tempat transit sementara sampai dengan dinyatakan bebas virus corona,” ucapnya.
Hadi juga menambahkan, pihaknya akan terus mengawal dan memonitor pemindahan WNI dari Wuhan ke Indonesia hingga mendarat dengan selamat. “Terus kita pantau sampai mendarat. Mudah-mudahan proses bisa berjalan dengan baik dan saya minta doa restu media untuk pelaksanaannya kegiatan ini dapat berjalan dengan baik,” tuturnya.
Tiba di Batam, Langsung Pindah Pesawat ke Natuna
Dari informasi yang diterima, rombongan penjemput dari Indonesia sudah berangkat ke Provinsi Wuhan, Cina, Sabtu (1/2) siang pukul 13.00 WIB dari Bandara Soekarno Hatta. Rombongan dijadwalkan tiba di Wuhan pukul 20.00 WIB. Keesokan harinya, rombongan penjemput sudah akan take off dari Wuhan pukul 05.00 waktu setempat dan ditargetkan sudah mendarat di Bandara Hang Nadim Batam, Kepulauan Riau pukul 09.00 WIB.
Di Batam, disiapkan tiga pesawat militer milik TNI AU untuk mengangkat WNI yang tiba dari Cina ke Natuna. Pesawat ini adalah satu unit C-130 short body dengan kapasitas 120 orang dan dua unit Boeing masing-masing kapasitas 80 dan 90 orang. WNI yang tiba dari Cina ini berjumlah 250 orang dengan rincian 101 orang pria dan 149 orang wanita. Dari jumlah ini terdata tiga orang di antaranya adalah anak-anak.
Sebelumnya, Terawan saat rapat final koordinasi rencana pemulangan WNI di Wuhan, Sabtu (1/2) menyatakan, penempatan WNI yang dibawa dari Cina ke Natuna tidak disebut karantina melainkan observasi WNI sehat. Selama penjemput, rombongan akan dikawal oleh personel militer dari Kopasus TNI.
Selama perjalanan, personel militer ini juga juga membantu pramugari dalam menyajikan makanan bagi WNI di pesawat sehingga kru tidak kontak langsung dengan penumpang. ‘’Keterlibatan kru pesawat hanya sampai di Batam, selebihnya urusan militer. Observasi di Natuna bagi kru pesawat akan dilaksanakan 2-3 hari. Bagi WNI akan dilaksanakan kurang lebih 14 hari,’’ katanya.
Dalam satu hari, lokasi untuk observasi di Natuna akan dikebut untuk menyediakan 1.000 tempat dalam keadaan layak.’’Tidak ada risiko kesehatan bagi WNI saat akan naik pesawat dari Wuhan. Seluruh tim tidak perlu keluar pesawat,’’ imbuhnya.
Sementara itu, dari Batam ke Natuna, pada tiga pesawat yang digunakan, akan dibagi penempatan wanita, anak-anak dan pria. Pesawat yang memuat wanita dan anak-anak akan mendarat terlebih dahulu. Di dalam pesawat, barang yang boleh dibawa ke kabin hanya HP, dompet dan paspor. Sedangkan lainnya masuk bagasi. Saat di Batam barang WNI akan langsung ditransfer antar pesawat.
WNI Antre di Bandara Wuhan
Sabtu (1/1) sore, seluruh WNI yang sebelumnya sempat ikut terisolasi di daerah asal virus corona itu sudah berada di bandara Kota Wuhan. Seperti disampaikan salah seorang mahasiswa asal Riau di Wuhan, Riza Delviani. “Iya udah di Bandara Wuhan. Masih menunggu,” sebut Riza kepada Riau Pos melalui layanan pesan singkat whatsapp.
Kata dia, seluruh WNI yang berada di Wuhan sudah di bandara. Dan sedang menunggu kabar dari pihak yang akan menjemput. Namun sore itu ia belum mendapat informasi pasti, kapan dan siapa pihak yang akan menjemput. “Ini yang kurang jelas (kapan dan siapa yang akan menjemput). Kalau untuk di Bandara Wuhan sudah ada bapak-bapak dari KBRI Beijing bersama kami,” tutur Riza.
Malam harinya, sekitar pukul 21.11 WIB, Riza kembali mengabarkan bahwa dia bersama WNI lainnya belum jadi terbang ke Indonesia. Alasannya masih menunggu antrean. Karena ada beberapa negara lain yang juga di evakuasi ke negara masing-masing. “In Sya Allah. Sekarang kemarin, red) masih menunggu antrean, karena ada beberapa negara juga bakalan berangkat,” sebutnya.
Dirinya juga memastikan bahwa seluruh WNI yang ada di Wuhan dalam keadaan aman. Termasuk juga dengan kondisi saat proses pemulangan.”In sya Allah aman terkendali,” pungkasnya.(arn/jpg/das)
Laporan ALI NURMAN dan AFIAT ANANDA, Pekanbaru