Dalam produksi nanti, dua pesawat pertama akan diproduksi di KAI Korea Selatan. Sementara sisanya akan diselesaikan bersama di Indonesia. "Sesuai UU Pertahanan, akan banyak gunakan komponen dalam negeri. Dan 80 persen orang kita yang garap," tuturnya.
Kerjasama dalam proyek tersebut merupakan bagian dari tahap awal peningkatan industri militer Indonesia. Jika sukses, tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan memproduksi secara masal nantinya. "Nanti akan dijual ke negara lain, makanya kita buat," terangnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Chang Myoungjin menegaskan, pihaknya akan totalitas dalam proyek tersebut. Semua kemampuan terbaik siap dikerahkan. "Baik secara lembaga maupun akademisi," ungkapnya.
Bahkan, dia menyebut proyek tersebut memakan biaya terbesar dalam proyek yang pernah dibuat Korsel. Karena dia yakin, proyek tersebut bisa menjadi titik awal kerjasama ilmuwan kedua negara. "Saya optimis proyek ini akan sukses," tegasnya.
Kerjasama industri militer Indonesia dengan Korea Selatan seyogyanya bukan kali pertama. Sebelumnya, beberapa kerjasama sudah dilakukan. Termasuk kerjasama pembuatan kapal selam Chang Bogo yang semestinya mulai digarap di Surabaya tahun 2015 lalu.
Terkait hal tersebut, Menhan beralasan, penundaan tersebut akibat belum siapnya infrastruktur galangan kapal di Surabaya. "Karena infrastrukturnya belum ada, terpaksa dibuat di sana," terang mantan Kepala Staf Angkatan Darat tersebut. (far)
Sumber: JPNN
Editor: Yudi Waldi