Dari informasi yang dihimpun IPW, kata Neta, ada enam orang terduga dalang kerusuhan 22 Mei itu. Mereka berasal dari dua perwira tinggi purnawirawan, dua perwira menengah purnawirawan, satu tokoh preman, dan satu anak kiyai ternama. Menurut lembaga yang kerap mengkritisi institusi Bhayangkara ini, keenam aktor intelektual tersebut kerap melancarkan aksinya menggunakan salah satu ormas kepemudaan.
’’Mereka inilah yang memprovokasi massa demonstran pendukung capres 02 dari daerah hingga terlibat dalam kerusuhan dan bersikap anarkis terhadap aparat keamanan,’’ beber Neta. Kendati sudah mengantongi enam terduga aktor intelektual kerusuhan, akan tetapi Neta tak merinci identitas pelaku.
Namun dia mendesak kepolisian agar secepatnya menciduk mereka agar tidak melarikan diri atau berulah kembali membuat kerusuhan baru. ’’Polri harus segera menangkap dalang dan penyandang dana kerusuhan itu, apalagi Menko Polhukam Wiranto mengatakan, sudah mengetahui dalang kerusuhan itu,’’ ungkap Neta.
Seperti diketahui aksi pada 21-22 Mei yang bermula di depan Kantor Bawaslu di Jalan Thmarin itu merembet ke sejumlah lokasi. Massa yang awalnya menggelar aksi damai, tiba-tiba brutal dan menyerang polisi dengan lemparan batu, petasan dan berbagai benda lainnya.
Tercatat, dalam dua hari itu, polisi menangkap ratusan massa aksi yang diduga sebagai provokator. Didapati, mereka adalah massa bayaran dengan mendapat upah Rp300 ribu per hari. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, korban meninggal akibat kerusuhan Jakarta 21-22 Mei itu berjumlah delapan orang meninggal.