JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kementerian Ketenagakerjaan Bambang Satrio Lelono mengatakan tidak perlu terlalu khawatir akan hilangnya pekerjaan sebagai akibat revolusi industri 4.0. Tergerusnya berbagai pekerja sejak revolusi industri 1 hingga 3, dipastikan juga akan memunculkan jenis pekerjaan baru.
Dari berbagai penelitian seperti Oxford , McKensie, Global Institut maupun ILO memang memprediksi 50 persen pekerjaan akan hilang. Tetapi perlu diketahui juga, akan muncul pekerjaan-pekerjaan yang saat ini belum ada. Jumlahnya kurang lebih 65 persen.
"Tidak perlu worry, tak perlu khawatir dengan masalah hilangnya pekerjaan. Yang perlu dilakukan adalah menyiapkan keterampilan baru agar kita bisa menyesuaikan dengan kebutuhan atau jenis pekerjaan yang akan datang," ujar Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Bambang Satrio Lelono dalam dialog interaktif Forum Merdeka Barat di kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi Jakarta, Senin (16/4/2018). Hadir dalam acara itu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Deputi bidang Ekonomi Kepala Bappenas Leo Tampubolon.
Dirjen Bambang mencontohkan Tokopedia beberapa bulan lalu jumlah merchandise-nya sebanyak 2juta. Tapi belakangan meningkat tajam menjadi 2.700.000 merchandise. “Ketika merchandise Tokopedia 2juta, ternyata sebanyak 80 persen, tadinya orang yang tidak bekerja dan tidak berusaha. Artinya adanya teknologi online dengan Tokopedia ini, ada 1,6juta yang tidak bekerja, menjadi bekerja, “ katanya.
Bambang menegaskan adanya perkembangan teknologi, yang paling pertama dibutuhkan adalah transformasi industrinya. Karena itu lanjut Dirjen Bambang, setiap sektor industri harus membuat strategi transformasi industrinya. Baik industri pertanian, kimia, makanan minuman, listrik, otomotif dan sebagainya. "Transformasi teknologinya seperti apa? Revolusi industri pasti akan memunculkan posisi atau jabatan-jabatan baru yang sekarang belum ada. Adanya industri baru, jabatan yang sekarang ada, menjadi jabatan kadaluarsa. Kita membutuhkan pemetaan jabatan baru itu, " ujarnya.
Dirjen Bambang melanjutkan pihaknya hingga kini terus melakukan pemetaan jabatan baru sebagai bentuk antisipasi “terbunuhnya” sejumlah pekerjaan akibat perkembangan teknologi informasi. Pemetaan utamanya menyangkut sektor pekerjaan yang bakal tumbuh dan menyusut 15 tahun kedepan.
Setelah pemetaan, kata Dirjen Bambang, Kemnaker baru akan menyiapkan skill-skill baru yang dibutuhkan untuk jabatan tersebut. Harus ada identifikasi perubahan kompetensi yang dibutuhkan industri dan memfasilitasi pelatihan SDM untuk pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan industri.
“Jadi menghadapi RI 4.0, pertama kita harus punya strategi transformasi industri, kedua membuat pemetaan jabatan baru dan ketiga pemenuhan skill skill kompetensi baru untuk pemenuhan jabatan-jabatan baru tersebut, “ katanya.
Bambang mengungkapkan pihaknya telah membuat grand design atau rencana induk pelatihan vokasi. Tahun 2018 Kemnaker telah memberikan pelatihan kepada 150 ribu orang. “Kalau diberi kewenangan besar, kita akan mengoptimalkan sarana dan prasarana sumberdaya yang ada untuk meningkatkan tenaga kerja baru, “ katanya.
Namun Dirjen Bambang berpendapat permasalahan tenaga kerja sejatinya berawal dari sektor hulu yakni pendidikan. Selama ini pendidikan belum mampu mengantarkan sepenuhnya tenaga kerja masuk dunia kerja. Permasalahan tenaga kerja sejatinya berada permasalahan awal berada di hulu. Bahwa pendidikan di kita belum mampu mengantarkan sepenuhnya tenaga kerja masuk ke dunia kerja.