Dengan meningkatnya investasi di bidang farmasi ini harus disertai juga dengan mendorong peningkatan ketersediaan bahan baku obat. "Secara otomotis juga akan mendorong industri farmasi obat lebih berkembang karena ketersediaan bahan baku yang melimpah," tuturnya lagi.
Bekas CEO Garuda Food Group itu memaparkan, untuk distribusi investasi di sektor farmasi tersebut didominasi oleh Provinsi Jawa Barat dengan 15 proyek senilai Rp5,4 triliun. Investasi itu direncanakan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2.385 orang. Kemudian disusul Provinsi Jawa Timur dengan 2 proyek senilai Rp588 miliar yang mampu menampung 287 orang tenaga kerja.
Selanjutnya, di Jawa Tengah terdapat 1 proyek senilai Rp300 miliar dengan kemampuan menampung jumlah tenaga kerja 500 orang. Serta, disusul Provinsi Banten sebanyak 2 proyek sebesar Rp102 miliar dan direncanakan mampu menyerap tenaga kerja 190 orang dan DKI Jakarta mendapatkan atas investasi di bidang farmasi dengan 2 proyek senilai Rp60 miliar dengan ketersediaan tenaga kerja 461 orang.
Lebih jauh Franky Sibrani mengungkapkan, pemerintah juga tengah mempromosikan bidang usaha farmasi ini kepada para investor Amerika Serikat (AS). Hingga kini juga sudah ada beberapa negara yang mulai melirik untuk beriventasi di sektor tersebut.
“Beberapa minat yang diidentifikasi masuk ke sektor farmasi oleh tim Marketing Officer serta perwakilan BKPM di antaranya dari AS dan Kanada sebesar USD70 juta, dari Jepang USD40 juta, serta dari Korea Selatan dari dua perusahaan sebesar USD260 juta,” ungkap Franky. (fab)
Sumber: Jawa Pos
Editor: Hary B Koriun