LIPUTAN KHUSUS

Ibu yang Berbagi Hati

Liputan Khusus | Minggu, 20 Desember 2015 - 11:54 WIB

Ibu yang Berbagi Hati
Badinar (tengah berdiri) dikerumuni anak-anak asuhnya saat mengingatkan mereka untuk rajin belajar dan mengaji, Jumat (18/12/2015). CF2/MIRSHAL/RIAU POS

Ibu, engkaulah ratu hatiku. Sepenggal lagu anak-anak itu mengingatkan kita tentang ibu, jasa ibu, kasih sayang dan ketulusan hati ibu. Adakah ibu lain yang lebih dari ibu?

RIAUPOS.CO - SIANG itu, Jumat (18/12), hari sangat  terik.  Riah (12), terus mengipas-ngipaskan potongan kardus     kecil ke lehernya. Rambutnya sebahu. Terurai. Keningnya berkeringat. Kerap kali ia membetulkan cara duduknya. Kadang bersimpuh, kadang bersila. Matanya terus menatap layar televisi di depannya. Tangan kanan sibuk memilah lauk dalam piring plastik makannya.

‘’Aduh, jangan diambil. Panas haaa,’’ Riah berteriak begitu Ratri (8) mengambil kipas yang diletakkan di sampingnya.

Baca Juga :Didoakan Berpenampilan Lebih Baik saat Umrah

Hanya sekedar itu Riah angkat suara. Lalu ia kembali sibuk dengan nasi dan televisi di depannya. Tangan kirinya tak lagi mengipas, tapi sibuk menggaruk kepala. Rambutnya benar-benar menjadi kusut. ‘’Ihh, gatal,’’ keluhnya.

Riah, Ratri asyik dengan diri masing-masing. Begitu juga dengan yang lainnya. Banyak. Semua perempuan. Puluhan. Ada yang usia SD, SMP ada juga yang belum sekolah. Sebagiannya memakai baju seragam sekolah warna hijau. Mereka sama-sama sedang makan. Lauknya juga sama; sambal ikan tanpa sayur. Ruang atau lorong tengah berukuran sekitar 3x2 meter antara  dua dinding kamar berhadapan yang bersekat triplek itu semakin sempit. Terlebih saat salat Jumat usai. Anak-anak lelaki yang juga tinggal di rumah itu, pulang. Semakin panas. Penuh sampai ke ruang tamu yang berukuran sekitar 3x 4 meter.

Satu jendela di sebelah kiri ruang tamu atau di depan kamar sebelah kiri, tidak cukup mengantarkan udara ke dalam sehingga bisa sedikit lebih sejuk. Begitu juga satu jendela di bagian kanan belakang kamar sebelah kanan atau samping televisi di bagian belakang. Apalagi di samping jendela ada lemari pakaian dan juga tumpukan kasur yang disandarkan ke dinding.

‘’Makanlah bagi yang belum makan, hari sudah siang. Bersiap lagi untuk sekolah,’’ ujar Badinar.

Ya, Badinar. Ia  adalah ibu bagi 59 anak-anak yang tinggal di rumah itu: Panti Asuhan Al-Ilham dan fakir miskin. Usianya 60 tahun. Janda sudah hampir 10 tahun. Sejak 1,5 tahun silam ia tinggal di panti Jalan Unggas, Simpangtiga, Kecamatan Bukitraya yang didirikannya itu. Waktu itu, anak asuhnya baru tujuh, tapi sekarang sudah 60 kurang 1.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook