E-Sport, Main Tapi Bukan Main-main

Liputan Khusus | Minggu, 18 April 2021 - 10:03 WIB

E-Sport, Main Tapi Bukan Main-main
(RIAUPOS.CO)

Perkembangan olahraga elektronik (e-sport) terus melangkah maju. Terbukti, e-sport resmi jadi cabang olahraga baru. Cuan dan prestasi siap menunggu bagi player yang menekuninya tanpa ragu.


(RIAUPOS.CO) - Berbeda dari cabang olahraga lainnya, e-sport tak mutlak mengandalkan fisik, melainkan skill dan strategi permainan. Nggak perlu capek sampai keringatan. Justru biasanya dilakukan dalam ruangan yang nyaman.


Dalam dunia e-sport, siapa saja berpeluang menjadi player professional (pro player). Asalkan serius, tekun dan paham akan game yang mereka mainkan. Jika itu dilakukan, niscaya berbagai turnamen bisa dimenangkan. Hasil akhirnya, bukan sekadar kemenangan lho. Player juga mendapatkan penghasilan yang menjanjikan dari olahraga nonfisik ini.

Nggak sedikit player yang tajir melintir karena menekuni dunia e-sport. Sebut saja  Hansel Ferdinand (BnTeT). Penghasilannya sudah miliaran. Tapi, nggak perlu muluk-muluk dulu. Yang terpenting mau mencoba dan serius. Seperti yang dilakukan salah salah satu pro player e-sport asal Pekanbaru, Riau Farhan dan Khadafi.

Keduanya sudah beberapa kali memenangkan turnamen Mobile Legend lokal maupun level Sumatera. Di antaranya peringkat 8 Piala Pinc se-Pulau Sumatera, Juara Honda Premium Living World, Juara ESI Pekanbaru tahun 2019, Runner- up Piala Presiden Region Sumatera tahun 2018 dan masih banyak lagi.

Menurut Farhan, semua berawal dari keisengan dan hobi. ‘‘Dari iseng, lama-lama ada sedikit penambahan skill. Lalu ikut turnamen dan ditawari ngeteam sama salah satu e-sport di Pekanbaru,’’ terang Farhan yang kini tergabung dalam tim e-sport Voxa ini.

Isengnya ternyata tidak melenceng. Sejak itu, Farhan dan Khadafi pun aktif sebagai player. Mereka rutin berlatih minimal dua jam sekali bermain. Jadi, nggak heran ya kalau para player ini sering fokus dengan gadget masing-masing dan terkesan lagi main-main. Padahal memang lagi main sih, tapi main yang menghasilkan.

‘‘Jadwal latihan biasanya dua kali dalam sepekan. Kalau ada turnamen, bisa jadi 4-5 kali sepekan. Dua-tiga jaman cukup sih untuk sekali latihan,’’ terang Khadafi yang tergabung dalam tim e-sport yang cukup ternama di Pekanbaru, 13LINK.

Meski terlihat enteng, tinggal main depan gadget, tapi e-sport nggak bisa dianggap sepele. Persaingan dalam olahraga ini sangat ketat. Karena siapa saja bisa menjadi pro player. Sebab itulah, kata Khadafi, seorang pro player harus fokus dan pintar atur strategi. Di samping itu, juga harus melek teknologi dan update info kekinian soal game yang ditekuni.

‘‘Tantangannya ya, paling kompetisi makin ketat. Habis itu, trend-trend game yang makin lama makin berubah-ubah. Jadi harus ngikutin,’’ sambungnya lagi.

Menanggapi hype e-sport yang nggak bercanda, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Riau  Bobby Rachmat mengaku sejauh ini, pemerintah sudah memberikan perhatian dan dukungan khusus untuk cabang olahraga baru ini. ‘‘Kami menyambut baik e-sport bisa berkembang di Riau. Apalagi sudah ada beberapa iven yang dibuat oleh komunitas kerja sama dengan sponsor,’’ ujarnya saat dihubungi Riau Pos.

Ia melihat, di tengah pandemi, e-sport salah satu olahraga yang sangat diminati masyarakat, terutama kaum milenial. Hal tersebut dinilainya menjadi sesuatu yang positif. Mengingat, masih ada hal yang bisa ditekuni meski di tengah keterbatasan karena pandemi.

Terkait pembinaan, menurutnya Dispora Riau sudah melakukan pembinaan melalui komunitas. ‘’Sejauh ini kami lakukan pembinaan secara komunitas,’’ terangnya.

Pihaknya juga mengapresiasi berbagai prestasi yang dituai oleh player e-sport. Diharapkan, ke depan, potensi olahraga ini bisa dimanfaatkan oleh anak muda Riau untuk mengukir prestasi. ‘‘E-sport menjadi potensi baru dalam olahraga terutama bagi kamu milenial. Dalam setiap kompetisi, pasti akan ada persaingan untuk menjadi yang terbaik. Oleh karena itu, terus berlatih dan jaga sportivitas,’’ pesannya.

Makin Diakui

Awalnya mungkin banyak yang memandang sebelah mata e-sport. Selain kelihatannya nggak ada effort, e-sport juga dinilai main-main belaka. Namun, kini e-sport makin diakui. Dengan resmi masuk ke dalam cabang perlombaan Pekan Olahraga Nasional (PON) dan SEA Games. Nggak main-main kan? Masih berani menyepelekan e-sport?

Gabung Manajemen, Why Not?

Pro player biasanya bermain dengan tim. Nah, tim ini ada yang berdiri sendiri, ada pula yang dalam naungan manajemen. Player bebas memilih. Namun, dengan bergabung dengan manajemen, urusan administrasi dan lainnya, bisa lebih mudah.

Ini dikatakan oleh salah satu manajer tiam e-sport berprestasi, Graviz Esport, Ina Samantha. Diakui Ina, player sebenarnya bisa mendaftar turnamen sendiri. Namun, biayanya ditanggung pribadi. ‘’Kalau daftar sendiri, biaya juga ditanggung sendiri. Sementara, mereka kebanyakan kurang mampu untuk support itu,’’ terangnya yang juga menjadi founder Graviz bersama founder lainnya, Arif.

Sebaliknya, kalau ikut manajemen, player mendapat full support untuk biaya pendaftaran, akomodasi, fasilitas device (dipinjamkan HP, red) dan lainnya. Ini tentunya lebih memudahkan para player.

Manajemen dikatakan Ina merekrut player dengan sistem kontrak. Sasarannya ialah player yang jago, tapi tidak punya fasilitas dan tujuan yang benar. Sejauh ini, manajemennya sudah berhasil menghasilkan berbagai prestasi. Yang terbaru, Dari segi penghasilan, ada manajemen yang menggaji player per bulan dan ada juga yang pakai sistem lain. Tergantung kesepakatan masing-masing.

So, semua keputusan pure dari player. Ingin bergabung dengan manajemen atau mau mandiri, semua punya plus dan minusnya masing-masing.

Potensi E-sport di Riau

Ngomong-ngomong soal potensi, nyatanya potensi e-sport di Riau dinilai cukup besar lho. Dikatakan Khadafi, ini bisa dilihat dari banyaknya turnamen e-sport yang diadakan di Riau. ‘‘Banyak kompetisi yang bisa diikuti pro player di Riau saat ini,’’ ungkapnya.

Ini juga diamini oleh Ina Samantha. Manajer yang menaungi player Mobile Legend dan PUBG ini. ‘‘Di Riau masih luas untuk berkembang e-sport-nya. Karena, masih sedikit yang buat e-sport. Bahkan, setahu saya, gaming house (GH) di sana masih belum ada. Makanya kami mau buat GH di Riau, bukan di Jakarta untuk mewakili daerah. Biar orang tahu, daerah juga hebat,’’ terangnya.(das)

Laporan SITI AZURA, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook