RIAUPOS.CO - Permainan gasing yang terbuat dari kayu pilihan keras dan kuat, biasanya dimainkan dengan menggunakan tali tertentu. Gasing adalah salah satu permainan rakyat, atau permainan tradisional. Namun permainan ini banyak dimainkan oleh kalangan bapak-bapak. Jarang sekali dimainkan oleh kalangan muda-mudi atau anak-anak. Kalangan milenial lebih banyak menghabiskan hari dengan bermain game online yang ada di gadget masing-masing.
Di tengah gempuran game online ini, permainan gasing masih tetap eksis, bahkan sudah mendunia. Ini dibuktikan dengan gelaran festival maupun perlombaan. Perlahan-lahan, gasing yang awalnya dilupakan, kini mulai dikenali dan membumi lagi. Meskipun tidak bisa menghilangkan pandangan anak-anak dari gawai, namun dengan adanya gasing, sedikit ada perhatian dari untuk tetap mengenalnya sebagai permainan rakyat tradisional.
Sebagai salah satu pemain, penggiat dan penghobi gasing, Makmur Riza alias Amoy (43), warga Bantan Tua, Kabupaten Bengkalis ini, bisa mengulik sejarah gasing. Diungkapkannya, gasing ini dari zaman datuk/nenek dulu sudah ada. Sempat sepi atau vakum karena masing-masing pemainnya sibuk, hingga akhirnya gasing mulai dimainkan kembali.
‘’Bersama komunitas atau pemain-pemain yang ada di Bengkalis, gasing mulai kami mainkan lagi. Tujuannya supaya permainan gasing ini naik lagi. Jangan sampai hilang dan kalah dengan kemajuan zaman,’’ kata Amoy kepada Riau Pos, Sabtu (4/11).
Dia bersyukur, 10 tahun terakhir ini, gasing di Kabupaten Bengkalis mendapat perhatian dari Pemerintah. Setiap kali ada acara Pemkab Bengkalis, Dinas Pariwisata selalu mengadakan gasing di antara kegiatan.
“Selalu dianggarkan supaya gasing ini tetap dimainkan di Bengkalis,’’ ujar Amoy yang punya panggilan lain yaitu Pak Usu.
Komunitas gasing di Bengkalis diceritakannya ada banyak sekali. Tidak kurang dari 20 klub yang memainkan gasing. Ini baru Bengkalis, belum lagi Rupat, Teluk Belitung, Bandul, dan lainnya. Untuk memainkan gasing ini jika diperlombakan, masing-masing daerah itu beda-beda cara menilainya. Belum ada aturan baku dibuat secara Nasional. Yang jelas untuk memainkannya, ada yang satu lawan satu, ada juga berkelompok. Yang selama ini dimainkan di Bengkalis, dalam satu klub itu pemainnya 5-7 orang plus cadangannya. Lapangannya atau dinamakan kotak penahan dibuat sebesar kotak mi instan, 40 cm persegi.
‘’Aturan mainnya berbeda-beda setiap daerah,’’ papar Amoy.
Permainan tradisional gasing diakui kurang diminati anak-anak muda karena perkembangan zaman, yakni adanya game online. Makanya diperlukan antisipasi dari pemerintah. Dia berharap, Pemkab Bengkalis dapat rutin menggelar perlombaan. Hendaknya juga disisipkan pengenalan untuk anak-anak zaman sekarang supaya tahu bahwa ada permainan tradisional yang tak kalah seru, dan dapat berinteraksi dengan banyak orang dibanding game online di gawai (gadget).
‘’Untuk menghilangkan perhatian anak-anak terhadap handphone jelas tidak bisa. Tetapi perlu untuk mengalihkan perhatian mereka sebentar saja, yaitu dengan rutin menggelar lomba gasing atau turnamen gasing,’’ ungkapnya.
Disampaikannya, di Bengkalis, memang baru saja digelar turnamen gasing. Misalnya di Bantan gasing dimainkan di pantai, dan ini diselenggarakan setahun sekali, yang digelar oleh Dinas Pariwisata Bengkalis. Dia juga menegaskan, bahwa permainan gasing tidak bisa dilakukan di sembarangan tempat. Gasing harus dimainkan di tanah padat, dan betul-betul tanah dengan kontur tanah liat.
‘’Kalau di tanah gambut itu tidak bisa. Di lapangan yang dicor/batu juga tidak bisa,” ujarnya.
Kenapa? Karena dapat mempengaruhi taji gasing. Sebab, setiap gasing itu ada macam-macam taji penahan. Ada yang dibuat dari fiber, ada juga taji dari besi baja.
“Gasing akan rusak jika tidak dimainkan di tempat yang tepat,’’ tuturnya menjelaskan.
Pak Usu ini, selain sebagai pemain gasing, juga adalah penggiat gasing dan dari hasil dia membuat gasing itu bisa dijual. Dia juga membuat gasing ini sebagai cendera mata bagi penggemar atau pemain gasing, baik dalam dan luar negeri.
‘’Gasing yang saya buat sudah sampai ke Malaysia. Itu saya hadiahi untuk sahabat sama-sama pemain gasing sebagai cendera mata atau kenang-kenangan,’’ tuturnya bangga.
Untuk membuat gasing ini juga, disampaikan Pak Usu dia harus menyiapkan waktu khusus, agar hasilnya bisa maksimal, dan ketika ada yang mau beli dia dijual.
Perlu Dikenalkan kepada Generasi Muda
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Riau, Raja Yoserizal Zen mengatakan, permainan gasing ini merupakan salah satu cabang olahraga yang disenangi rakyat untuk kalangan tertentu. Kehadirannya juga bisa sebagai pertunjukan untuk wisatawan. Selain di Bengkalis, permainan gasing ini juga diperlombakan di tingkat Nasional.
‘’Sangat perlu dikenalkan kepada anak-anak generasi saat ini, di tengah maraknya game online,’’ kata Yose.
Dia mengatakan, dalam permainan gasing ini ada nilai kebersamaan, nilai kompetisi. Dan nilai ini bisa dikembangkan. ‘’Pengembangan di sini melalui handphone atau gadget. Bagaimana permainan tradisional ini bisa mengisi ruang gadget itu, ini yang kita harapkan,’’ ujarnya lagi.
Namun dalam ekosistem kebudayaan itu ada pengembangan. Dijelaskannya, dalam ekosistem itu ada empat hal yang dapat membuat permainan tradisional bisa tetap eksis, yaitu perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan.
Menurutnya, empat hal ini harus sejalan. Hal ini sudah dilindungi melalui catatan warisan budaya tak benda Indonesia, kemudian pengembangan, bagaimana pola permainan disesuaikan dengan adaptasi di zaman kekinian, misal pakai gadget bagaimana cara untuk menarik anak-anak tertarik untuk mempelajari, mengetahui, dan memainkan gasing.
Setelah dikenalkan, tentu ada namanya pemanfaatan. Inilah peran dari pemerintah, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan secara Nasional, dimanfaatkan, diberi ruang dan waktu untuk tampil. Pembinaan itu tentu melalui sertifikasi, workshop bagaimana cara membuat gasing, memainkan gasing, dan talinya itu tali apa.
“Lalu kemudian dari pelaku-pelaku atau maestro-maestronya dibina, untuk tetap eksis agar bisa dipahami oleh generasi selanjutnya,” tutur Yose.
Disampaikannya, untuk daerah di Riau yang masih bermain gasing, selain Siak, Bengkalis, ada Dumai. ‘’Ya, di pesisir Riau itu masih berlangsung, dan saya yakin semua daerah di Riau masih ada yang bermain gasing. Mungkin perlu banyak lomba atau dimasukkan dalam game gadget untuk pengenalan kepada anak-anak agar tetap lestari,’’ pungkasnya.(gus)