Kesempurnaan dalam Secangkir Kopi

Liputan Khusus | Minggu, 11 Juni 2023 - 10:10 WIB

Kesempurnaan dalam Secangkir Kopi
Infografis (RIAU POS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Anda penggemar kopi? Tentunya, dalam sebuah penyajian kopi tidak terlepas dari andil seorang barista. Belakangan seiring maraknya trend minum kopi, profesi barista juga semakin menjamur. Namun ternyata, untuk menjadi seorang barista tidak bisa sembarangan.

Akhir pekan ini, Riau Pos berkesempatan mewawancarai salah seorang barista yang ada di Pekanbaru bernama Heru. Berpengalaman sejak tahun 2016 lalu, Heru kini merupakan seorang barista leader di Opung Waffle and Coffe Pekanbaru. Bagaimana kisahnya?


Heru mengatakan, untuk menjadi seorang barista setidaknya memiliki tiga hal mendasar. Yakni attitude, skill dan knowlodge. Di mana, untuk menjadi seorang barista, tidak hanya dituntut bisa membuat segelas kopi. Namun lebih pada kesempurnaan dalam penyajian, cita rasa dan tampilan kopi yang disajikan.

“Jadi selama ini kan memang belum banyak yang tau bagaimana sih seorang barista? Sejak trend minum kopi, orang tahu bahwa barista hanya peracik kopi. Itu benar. Namun, tentunya kopi yang disajikan itu memiliki nilai sehingga penyajiannya jadi lebih sempurna,” ungkap Heru.

Ia kemudian menjabarkan maksud dari tiga hal dasar yang harus dimiliki seorang barista tadi. Pertama ialah attitude. Dimana di balik bar kopi, attitude dari seorang barista sangat dibutuhkan. Hal ini sangat berpengaruh bagi kopi yang disajikan, serta mood dari barista lainnya.

Sebab, sambung Heru, dalam menyajikan kopi, kesempurnaan proses menjadi hal yang utama. “Bila dia tidak ada attitude, tidak sabar, tidak menghargai proses, maka cita rasa asli kopi sulit didapat. Apalagi bisa mengganggu mood dari barista lainnya,” tuturnya.

Selain itu, seorang barista juga harus memiliki skill atau kemampuan. Saat meramu secangkir kopi, seorang barista harus tahu berapa takaran kopi yang pas untuk sebuah menu. Berapa takaran campuran bahan selain kopi, bahkan berapa derajat kepanasan air juga sangat menentukan rasa kopi yang dihasilkan.

Selanjutnya ialah knowledge atau pengetahuan. Di mana dalam proses pembuatan, seorang barista harus tau tentang pengoperasian mesin kopi. Barista juga dituntut mengetahui jenis-jenis biji kopi. Semua itu bisa didapat bila seorang barista mau untuk belajar.

“Kalau zaman sekarang ini ada banyak media belajar. Seperti media sosial, Youtube. Bahkan bisa belajar melalui teman, belajar ke senior yang sudah lebih dulu jadi barista. Kalau mau bisa juga dengan mengikuti kelas, workshop, pelatihan dan banyak lainnya,” sambungnya.

Bagian tersulitnya menjadi seorang barista, dikatakan Heru, ialah konsisten. Di mana, dalam menjaga kualitas kopi yang kita sajikan harus tetap sama. Hal ini juga dipengaruhi dari jam terbang seorang barista. ”Iya konsisten dalam menjaga cita rasa kopi yang dihasilkan. Jam terbang, pengalaman, kemauan untuk selalu belajar, itu pengaruh,” tuturnya.

Lantas apa beda barista dengan chef? Menjawab pertanyaan ini, Heru mengatakan bahwa barista hanya fokus kepada satu jenis menu saja. Yakni kopi dan beberapa menu turunannya. Seperti Espreso Base dan manual brew. Sedangkan chef, lebih kepada pengolahan makanan.

“Memang kalau seorang chef, setau saya pasti bisa juga membuat kopi. Tapi kan konsentrasinya berbeda. Kalau Barista dia lebih fokus ke satu item saja. Kopi dan menu turunannya,” pungkasnya.(nda)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook