Akan tetapi, belakangan, banyak produsen die-cast yang justru membuat tiruan yang menyerupai kendaraan aslinya. Sehingga lebih ditujukan kepada kalangan remaja hingga dewasa. Bagi mereka yang memiliki nilai sentimentil dengan mobil aslinya, namun tidak sanggup membeli, maka kebanyakan memilih untuk mengoleksi die-cast.
Sarwoko mengatakan, die-cast juga memiliki banyak hal positif. Di samping hobi, penggemar die-cast bisa saling berkomunikasi dan bersilaturahmi. Entah itu saling bertukar informasi seputar tempat membeli, jenis die-cast, modifikasi dan hal-hal lain yang berkaitan.
Dari komunikasi itu kemudian berubah menjadi silaturahmi pertemuan. Hingga terciptalah sebuah komunitas yang besar sampai saat ini. "Tidak hanya hobi sih. Karena kita satu hobi, jadi sering ketemu hingga akhirnya menjalin silaturahmi. Akhirnya bertambah relasi. Kemudian, die-cast bisa menjadi sebuah aset," ujarnya.
Aset yang ia maksud, dari berbagai jenis serta merek die-cast, akan ada jenis tertentu yang diproduksi secara terbatas atau biasa dikenal dengan sebutan rare. Bila pada merek Hotwheels, disebut treasure hunt. Di mana jenis tersebut dibuat secara terbatas. Hanya yang benar-benar antusias dan bisa dikatakan beruntung untuk mendapatkannya.
"Kalau di Hotwheels itu ada namanya treasure hunt. Jadi memang benar-benar diburu, dicari sampai dapat. Langka, karena tidak diproduksi massal. Terbatas. Makanya ketika kita dapatkan Hotwheels dengan kategori treasure hunt, nanti harganya bisa naik berkali-kali lipat," paparnya.
Untuk jenis mobil treasure sendiri, dikatakan dia ada beberapa jenis yang banyak diincar penghobi seperti japanese domestic car (JDM), american muscle, european car sampai jenis classic car. Sebab, beberapa jenis di atas secara fisik kebanyakan diproduksi menyerupai aslinya. Hanya beda dari ukuran saja. Seperti skala 1:64 (yang paling umum) hingga skala 1:16.
Itulah yang banyak dikoleksi oleh die-caster. Saat ini, jumlah penggemar die-cast diperkirakan mengalami pertumbuhan pesat. Apalagi setelah mendapat "racun" dari sesama die-caster. Sehingga tidak sedikit yang merogoh kocek dalam-dalam demi mendapat die-cast incaran. Untuk dapat membeli, penghobi biasanya sudah memiliki tempat langganan. Umumnya mereka berbelanja secara dalam jaringan (daring) karena secara harga, agak lebih murah di banding toko offline.
"Bisa juga dengan memesan langsung ke produsen atau distributor. Tapi itu biasanya pre order (PO). Pesan dulu, nanti bisa berpekan-pekan bahkan berbulan-bulan baru datang," ujarnya.
Selain mobil die-cast bawaan pabrik, saat ini juga banyak penghobi yang melakukan modifikasi terhadap koleksinya. Seperti upgrade body kit pada die-cast, penggantian ban serta velg. Dari ban plastik menjadi ban karet. Ada juga yang menambahkan aksesoris. Seperti lampu led, strobo untuk jenis mobil jeep. Modifikasi bisa dilakukan sendiri dengan mempelajarinya dari youtube. Bisa juga dengan menggunakan jasa modifikator.
"Sekarang sudah banyak modifikator. Kami saja di RDC, ada sekitar 4-5 orang yang fokus di modifikasi. Buka jasa modifikasi juga. Karena kan untuk modifikasi die-cast lain-lain susahnya ya. Kalau mobil besar, partisinya memang sudah ada yang produksi. Kalau mobil miniatur atau die-cast ini, biasanya buat sendiri. Kemudian detailnya juga harus sangat diperhatikan," ujarnya.
Lantas setelah dibeli, hanya dipajang? Menjawab pertanyaan tersebut, Wisnu mengatakan kebanyakan kolektor memang senang memajang atau menyimpan die-cast miliknya. Namun di komunitas dia saat ini, ada beragam jenis kegiatan yang dilakukan. Seperti pameran, balapan (race), modifikasi hingga dijadikan sebuah diorama hingga memiliki nilai seni yang sangat tinggi.
"Kalau balapan die-cast, banyak, ya. Bahkan ada tingkat kejuaraan daerah, nasional dan internasional juga. Itu diperlombakan secara resmi. Kalau kami kebanyakan kolektor. Senang dengan tipe mobilnya, disimpan atau dijadikan pajangan. Begitu juga modifikasi. Banyak juga perlombaan modifikasinya, apalagi di daerah Jawa sana, ada namanya Indonesia Die-cast Expo yang rutin digelar," tuturnya.(nda)