PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini geliat Ramadan sedikit lebih baik. Tempat ibadah buka, kuliner Ramadan juga relatif menggeliat. Ramadan tak hanya mendatangkan berkah akhirat, tapi juga dalam hal usaha di tengah kepungan monster kecil bernama Covid-19.
Iwel tersenyum begitu pelanggan datang. Begitulah, perempuan paruh baya ini selalu menyambut pembeli sala lauak di Jalan Manggis, tempat dia membuka lapak, Ahad petang (2/5). Sala lauaknya memang relatif laku keras. Tak henti yang datang ke lapaknya. Menit per menit.
Bagi masyarakat Pekanbaru, sala lauak bisa jadi salah satu menu "wajib"untuk perbukaan puasa. Bahkan ada yang berseloroh menyebut sebagai "kurma Minang". Kurma memang disunnahkan untuk berbuka puasa. Tapi selain kurma, justru sala lauak seperti sudah jadi menu "wajib" pula.
Beberapa pedagang berusaha mencari peruntungan yang sama dengan berjualan di sekitar tempatnya mangkal. Tapi banyak yang tak bertahan. Ada pedagang kue, semangka, hingga pulsa. Tapi pembeli hanya sesekali datang kepada mereka. Beberapa di antaranya kemudian memilih tak terus berjualan. Kembali Iwel sendiri.
Iwel memang hanya membuka lapak sala lauak di bulan Ramadan. Dia memilih tak bergabung dengan pasar Ramadan lainnya. Lapak ini dibuka di depan bengkel suaminya yang bekerja di sana. Pelanggannya cukup banyak.
"Sehari 10 kilogram tepung. Habis semua jelang berbuka,"ujar Iwel.
Ramadan memang berkah baginya. Sudah 10 tahun dia berjualan sala lauak khusus Ramadan. Anak gadisnya yang sejak beberapa tahun lalu ikut berjualan, kini sudah kuliah di UIR. Remaja ini bahkan selama Ramadan terus ikut berjualan sala lauak bersama sang ibu sejak ia SD. Bahkan tahun lalu, ketika banyak pasar Ramadan tutup akibat pandemi Covid-19, dia tetap buka.
"Alhamdulillah ada rezeki di sini. Sudah sepuluh kali Ramadan,"ujarnya.
Harus Jeli Memanfaatkan Peluang
Ramadan memang menjadi momentum. Selain untuk ibadah, geliat bisnis juga relatif meningkat di saat Ramadan ini. Untuk itu, masyarakat harus jeli melihat peluang. Selain itu, pemerintah diharapkan memberikan stimulus perekonomian. Caranya melalui subsidi produktif, seperti membeli hasil-hasil pertanian pangan para petani dengan harga yang layak, khususnya padi dan jagung.
Hal ini disampaikan pengamat ekonomi Riau Edyanus Herman Halim, belum lama ini. Menurut Edyanus, pemerintah seharusnya tidak mengimpor komoditas yang dapat diproduksi oleh petani. Menjaga arus lalu lintas barang dan jasa dengan pola-pola yang seirama dengan kebutuhan masyarakat dan protokol kesehatan. Memaksimalkan penggunaan dana-dana pemerintah pada sektor yang bersentuhan langsung dengan kehidupan ekonomi rakyat.
Di sisi lain, perusahaan dapat membayar THR melalui penggunaan free cash yang masih tersedia dan melakukan efisiensi pada sisi operasional. Namun bila kemampuan perusahaan sangat minim dapat melakukan negosiasi dengan karyawan untuk membayar THR semampunya.
Menurutnya UMKM harus mampu bersaing melalui peningkatan kreativitas baik sisi produksi maupun pemasaran. Membangun sinergi tidak saja dengan sesama pelaku usaha tetapi juga dengan unsur stakeholder lain yang bisa mendorong pendapatan usaha. Menata ulang proses bisnis atas prinsip optimalisasi aset dan efisiensi biaya.
"Geliat dunia usaha masih akan terus tumbuh sesuai dengan perkembangan situasi yang ada. Vaksinasi sudah memberi harapan pada masyarakat untuk pulihnya proses kehidupan dalam kondisi new normal ke depanh," tegasnya.
Ia berharap, untuk itu para pengusaha harus jeli memanfaatkan peluang pasar sejalan dengan adanya perubahan-perubahan dalam selera dan perilaku konsumen.
Ramadan merupakan momentum yang sangat baik karena biasanya masyarakat meningkatkan porsi konsumsinya sehingga kesempatan pasar tumbuh secara signifikan. Ramadan juga merupakan potensi pertumbuhan yang lebih baik. Bila dampak pandemi Covid-19 sudah makin bisa dikendalikan, maka akan muncul ledakan konsumsi yang relatif besar.
Selama pandemi, pendapatan petani sawit dan karet meningkat akibat naiknya harga-harga komoditas tersebut. Selama pandemi peningkatan pendapatan tidak diikuti peningkatan konsumsi yang meninggi akibat adanya pembatasan-pembatasan pergerakan masyarakat.
Ada kemungkinan kenaikan pendapatan sudah menaikkan tabungan temporer. Uang tersimpan di masyarakat dengan harapan jika pandemi usai akan digunakan untuk melampiaskan hasrat berbelanja yang tersumbat sebelumnya.
"Peningkatan konsumsi rumah tangga sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi," tegasnya.
Menurutnya sektor-sektor yang mulai akan bangkit adalah transportasi, pariwisata, hotel, restoran dan perdagangan lainnya. Termasuk masih akan tetap membaiknya sektor pertanian. Konsumsi CPO di pasar internasional masih baik dan diversifikasi produk hilirnya kian beragam sempena pandemi sehingga pasarnya kian menarik" jelasnya.
Edyanus menambahkan, pada saat pandemi jelas saja sektor-sektor ini sangat terpukul karena adanya pembatasan-pembatasan pergerakan orang. Masyarakat diminta untuk stay at home sehingga konsumen sektor-sektor itu menjadi terhenti.
Untuk itu, merekayasa ulang proses bisnis menjadi lebih produktif dan efisien. Menciptakan fitur-fitur produk bernuansa milenial dan berorientasi new normal. Berkreativitas secara inovatif sehingga mampu menciptakan keunggulan-keunggulan baru yang lebih marketable dan competitive.
Edyanus berharap mampu menjalin jaringan baik ke hilir maupun ke hulu untuk membangun sinergi. Tidak cepat menyerah, tetapi tidak pula boleh membabi buta menangkap peluang pasar. Hindari konflik untuk memastikan kerja sama berlangsung secara berkelanjutan. Mematok margin rendah namun kuantitas penjualan tetap tinggi.
Cari Berkah Ramadan dengan Cara yang Baik
Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini geliat dunia usaha mulai terasa di Ramadhan dan jelang Idulfitri 1442 H. Berbagai usaha kuliner musiman kembali bermunculan. Ada semacam harapan bahwa tahun ini adanya pergerakan ekonomi yang lebih baik dengan meskipun pandemi belum berakhir.
Menurut Ketua MUI Riau Ilyas Husti fenomena ini positif tetapi tetap harus menaati protokol kesehatan agar menjadi ikhtiar memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Munculnya kembali kegiatan ekonomi musiman di Ramadan dan Idulfitri ini baik secara ekonomi karena bergeraknya kembali ekonomi masyarakat.
"Namun perlu ditekankan agar tetap menjaga protokol kesehatan seperti yang diatur oleh pemerintah,"ujarnya.
Selain itu, lanjutnya lagi, MUI berharap para pelaku usaha kecil dalam memanfaatkan momen Ramadan ini hendaknya dengan cara yang baik. Artinya yang dijual baik, halal dan tidak dicampur dengan bahan yang merugikan kesehatan masyarakat.
"Penyedia barang dan jasa, makanan siap saji, atau takjil kami minta supaya menjaga hak konsumen. Tidak menyediakan makanan yang tidak halal dan penyakit,"ujarnya pekan ini.
Ia juga meminta Disperindag melakukan cek lapangan agar bahan yang digunakan untuk kuliner yang akan dikonsumsi publik benar-benar bersih dan sehat. Dirinya mengingatkan pada para pelaku usaha menengah dan kecil jangan karena alasan bahan baku yang sehat lagi baik lebih mahal, lalu menggantinya dengan bahan yang murah namun berbahaya bagi kesehatan.
"Jangan mengorbankan konsumen. Carilah berkah dagang dengan bahan yang halal, sehat lagi baik. Menjual makanan yang kita dapat dari hasil tipu muslihat tidak akan berkah,"ujarnya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) masing-masing kota/kabupaten kalau perlu turun mengawasi jajanan yang dikonsumsi public, terutama pada masa pasar kuliner tahunan ini. Jangan seperti di daerah Jawa ada dijumpai jajanan yang dijual mengandung bahan kimia berbahaya seperti formalin atau pewarna tekstil.
Kepada masyarakat, Ilyas juga mengajak menjadi konsumen yang cerdas. Dengan memilih tempat atau makanan yang sudah jelas halal dan baiknya. Harus mawas diri, memilih yang jelas ada label halalnya, dan tentunya bersih higienis. MUI, lanjutnya, ingin menjadikan Riau sebagai destinasi pariwisata halal. "Selain halal tentunya sehat dan berkah,"ujarnya.
Apalagi, lanjutnya, bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh dunia. Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan istimewa. Bulan Ramadan adalah bulan penuh keberkahan. Berkah itu diambil dari barokah. Kenapa disebut bulan Ramadan bulan barokah, karena di dalamnya banyak keberkahan, kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Ia berharap kembali bangkitnya kegiatan perekonomian masyarakat dapat terus berlanjut dan mendatangkan berkah bagi pelaku usaha dan juga konsumen.
UMKM Harus Efisien dan Terus Berinovasi
Belum semua sektor pulih, terutama sektor yang bergerak jasa perhubungan, perhotelan, pariwisata termasuk beberapa sektor lainnya.
"Belum pulih karena dampak pandemi Covid-19 ini multiplier effeck. Satu sisi kepulihan ekonomi harus didudung oleh regulasi pemerintah" jelas Direktur Eksekutif Kadin Riau Kholis Ramli, Rabu (14/4).
Menurut Kholis Ramli, kemajuan vaksinasi baik secara psikologis maupun klinis sehingga pendemi Covid-19 ini sudah mulai melandai data dari Satgas Covid-19 baik di pusat maupun di daerah. Terlihat juga bahwa pihak rumah sakit tidak terlalu panik. "Saat ini kita dihadapkan menjelang Idulfitri, ada suatu kultur di bangsa kita init radisi mudik. Mudik ini jutaan orang, ini menjadi simalakama bagi pemerintah. Satu sisi menjalankan tren penurunan pasien Covid-19, atau kita memilih kran ekonomi" jelas Kholis Ramli.
Ini pilihan sulit, sehingga diputuskan belasan hari warga dilarang mudik. Tidak boleh ada moda atau transportasi apapun bergarak. Walaupun ini, tentu lebih ringan hari hanya belasan hari dibandingkan dengan tahun lalu untuk larangan mudik.
Bahwa dampak pariwisata termasuk perhotelan, rumah makan dan lainnya akan terdampak karena regulasi pelarangan mudik tersebut termasuk ada Organda, Asita, PHRI, dan penerbangan.
"Sektor-sektor ekonomi tidak semuanya pulih, ada yang sedang menuju pulih, tetapi ada dilema yang harus diambil pemerintah. Sehingga kepulihannya tergantung dengan kebijakan pemerintah serta kemajuan hasil vaksinasi" jelasnya.
Menurutnya tren pemulihan ekonomi sudah mulai bagus, performa triwulan yang sama 2020 lebih pada 2021.
"Di Riau sejauh ini, belum ada keluhan yang signifikan, bahkan beberapa sektor industri yang berbasis perkebunan dan kehutanan meningkat. Itu disertai dengan daya beli karyawan dan masyarakat sekitar membaik" jelasnya.
UMKM yang berkaitan dengan sekor pertanian dan perkebunan juga ikut berdampak meningkat. Tetapi UMKM tersebut terkenoksi dengan industri perhotelan, pariwisata turut menurun.(muh/kom/fiz)
Laporan : TIM RIAU POS (Pekanbaru)