JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Peluang Indonesia mengembangkan energi terbarukan makin besar. Hal itu menyusul diterimanya secara resmi Indonesia menjadi angota International Energy Agency (IEA). Sebuah organisasi antarpemerintah yang berbasis di Paris, Prancis, yang memiliki peran luas mempromosikan sumber energi alternatif.
Keputusan diterimanya Indonesia masuk dalam organisasi yang mulai berdiri sejak 1974 itu merupakan hasil pertemuan menteri-menteri energi, di Paris, pada 17-18 November 2015, lalu.
“Kita disambut dengan baik, karena istilah mereka, bahwa ke depan tidak ada satu negara pun yang bisa men-secure energinya sendiri,” tutur Menteri ESDM Sudirman Said, usai bertemu Presiden Jokowi, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/11).
Indonesia menyusul masuk dalam keanggotaan IEA bersama Cina, Meksiko dan Cili. “Thailand juga sedang meng-apply keanggotaan,” bebernya.
Dengan masuk dalam keanggotaan IEA, kini Indonesia praktis menjadi bagian dalam dua organisasi yang seakan berada di dua sisi yang berbeda. Hingga saat ini, Indonesia juga masih tercatat sebagai angota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries). Sebuah komunitas negara produsen minyak dan gas, yang notabene merupakan kelompok energi fosil (tidak terbarukan).
“Sementara, kita masih ada di pertengahan (OPEC dan IEA), dua komunitas yang sama-sama kuat di (energi) fosil dan energi baru,” kata Sudirman.