(RIAUPOS.CO) -- Mentri Pariwisata Republik Indonesia Dr Ir Arief Yahya MSc, Gubernur Riau Drs H Syamsuar MSi, serta Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution, Wakil Bupati Kuansing H Halim bersama forkopimda ikut maelo (menarik) jalur di Hutan Puau Bungin, Telukkuantan, Rabu (21/8) pagi.
Dalam prosesi maelo jalur tersebut, ada beberapa aturan yang harus disepakati untuk menjaga kekompakan. Salah satunya adalah dengan menunjuk satu orang yang berfungsi untuk memberikan aba-aba.
Biasanya orang yang ditunjuk untuk memberikan aba-aba tersebut menggunakan pengeras suara. Orang yang ditunjuk untuk memberi aba-aba biasanya mulai menghitung hingga tiga. Pada hitungan pertama, masyarakat yang ikut mulai memegang tali.
Sedangkan untuk hitungan kedua, masyarakat mulai mengambil posisi sedikit menjongkok. Dan untuk hitungan ketiga, masyarakat mulai maelo jalur hingga sampai ke tepi Sungai Kuantan.
Sejarahwan Riau, Prof Suwardi menceritakan, maelo ini dilakukan di dalam hutan. Jalur dibuat oleh para laki-laki sementara perempuan memasak. Ketika jalur diturunkan, wanita juga ikut menarik.
“Biasanya, tali maelo itu putus sehingga laki-laki dan perempuan jatuh berimpitan. Di situlah pertemuan bujang dan dara sehingga berjodoh,” kata Suwardi.
Sesudah maelo jalur, lanjut Suwardi, bujang dan dara tadi makan bersama di dalam semak-semak. Biasanya yang dimakan adalah konji borayak yang dibungkus dengan daun pisang. “Namun sekarang sepertinya budaya itu mulai hilang. Makanya kita akan hidupkan kembali,” harap Suwardi.
Usai maelo jalur, Menpar, Gubri, Wagubri, Wakil Bupati Kuansing, serta forkopimda meluncur ke Lapangan Limuno Telukkuantan untuk membuka acara pacu jalur dan joged randai bersama sekaligus menerima rekor MURI. (adv)