TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) - Waryono (39), laki-laki asal Lampung duduk di sebuah pondok di tengah perkebunan sawit yang belum menghasilkan, di Desa Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik, Senin (20/42020).
Cuaca yang amat panas, membuat Waryono harus berhenti sejenak. Sementara di sekitar pondok terbuat dari kayu apa adanya itu, terlihat hamparan pohon sawit yang baru satu tahun tanam.
Di sela-sela pohon sawit itu ditanami semangka yang sudah mulai berbuah. Wajahnya sedikit terlihat lelah ketika ditemui Riaupos.co di pondoknya.
Waryono menjelaskan, lahan perkebunan sawit tempat ia menanam semangka non-biji itu adalah milik Wakil Bupati Kuansing H Halim. Ketika datang ke Kuansing dia tidak punya pekerjaan. Lalu dibawa oleh teman untuk berkebun. Dan dia pun minta izin untuk menanam semangka di sela pohon sawit milik H Halim yang belum menghasilkan tersebut.
"Dan Pak Wabup Kuansing ini mengizinkan saya. Beliau bilang, asal sungguh-sungguh ingin bertani, silahkan saja. Asal tidak merusak tanaman," ujarnya.
Bahkan, H Halim, kata Waryono, tidak meminta pembagian apa-apa jika sudah panen nanti.
"Kuansing sungguh beruntung punya orang seperti beliau. Bijak dan peduli sama kesusahan orang. Seperti saya yang tidak kenal sama sekali," ujarnya.
Semangka-semangka itu, baru berusia 40 hari. Jenisnya ada dua, jenis merah dan kuning. Jika tidak ada aral melintang, bulan Mei mendatang sudah bisa dilakukan panen perdana.
Jika hasilnya maksimal, perkebunan semangka di atas lahan 2 hektare yang digarapnya, bisa menghasilkan 15-20 ton. Hasil panen semangka itu, akan dipasarkan pada penampung semangka di Kuansing.
Waryono menjelaskan secara singkat tentang bibit semangka yang digunakan dan tata cara pengolahan lahan hingga penanaman.
Sebelum ditanam, bibit semangka unggul yang dipesan disemai di polybag. Setelah bertunas sekitar 5 cm, baru di pindahkan ke lahan yang sudah siap diolah. Kemudian dilakukan pemeliharaan rutin dengan pemupukan dan penyiraman hingga bisa dipanen.
Wakil Bupati Kuansing H Halim amat senang jika ada warga yang benar-benar ingin bertani di lahan kebun sawitnya.
"Bisa tumpang sari. Sebelum sawit menghasilkan, warga bisa bertani di sela sawit itu. Hasilnya, silahkan ambil untuk biaya hidup," ujar Halim.
Laporan: Desriandi Candra (Telukkuantan)
Editor: Hary B Koriun