TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) - Komunitas Educita Desa Gunung, Kecamatan Gunung Toar bersama tim Kuansing Bacarito menyelenggarakan kegiatan “bercerita tentang Perjuangan Zaman Penjajahan di Kecamatan Gunung Toar” untuk mengenang bagaimana kehidupan pada zaman penjajahan.
Kegiatan ini dipusatkam di Desa Gunung, Senin (17/8/2020) kemarin, yang dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 dan dihadiri oleh anak-anak desa dan ibu-ibu yang sangat antusias untuk mendengarkan cerita perjuangan pada zaman penjajahan.
Kegiatan ini menghadirkan 3 pembicara sebagai saksi sejarah perjuangan pada zaman penjajahan. Mereka dalah Datuak Nailis, Nenek Sarinah, dan Nenek Nurhayati. Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengheningkan cipta membuat kegiatan semakin bertambah khidmat.
Tiga pembicara sebagai saksi sejarah bercerita tentang bagaimana perjuangan dan ketakutan ketika penjajah datang serta pahitnya kehidupan pada masa itu.
Bayangkan, untuk makan saja saat itu sangat susah, sering makan singkong atau ubi dan pisang tua yang belum matang. Begitu juga dengan sekolah, guru-guru mereka dicari oleh penjajah kemudian diasingkan dan ada yang dibunuh ditembak oleh penjajah karena melarikan diri dari kejaran penjajah. Begitulah kejamnya kehidupan zaman panjajahan dulu.
Pembicara juga mengaitkan dengan kehidupan saat ini yang sudah mewah. Sekolah sudah maju, tidak seperti dulu. Beliau berpesan agar anak-anak sekarang harus rajin belajar dan semangat dalam mencapai cita-cita. Dan beliau berdo’a semoga peserta yang hadir bisa membangun dan memajukan Indonesia, teruma Kecamatan Gunung Toar.
"Para peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Terutama ketika mendengarkan cerita tentang pahitnya perjuangan pada zaman penjajahan dahulu. Tentunya ini menjadi lecutan bagi anak muda untuk lebih serius dalam menuntut ilmu dan menggapai cita-cita untuk memajukan negeri," ujar Dzikri Maulana sebagai Tim Kuansing Bacarito, usai menguraikan kisah yang disampaikan para narasumber.
Kegiatan ini diakhiri dengan mengadakan kuis berhadiah dengan menanyakan soal-soal putra sejarah kemerdekaan dan perjuangan Indonesia di zaman penjajahan. Semua peserta antusias dalam menjawab soal-soal kuis yang diberikan. Kemudian peserta menyanyikan lagu-lagu wajib nasional Indonesia.
"Dengan diadakannya kegiatan seperti ini, maka diharapkan setiap kali merayakan kemerdekaan, tak hanya sekedar euforia yang kita rasakan, tetapi juga dapat menghayati makna dan sejarah yang didasarkan atas sulitnya perjuangan menggapai kemerdekaan," ujarnya.
Komunitas Educita yang didalamnya beranggotakan pemuda-pemuda Desa Gunung yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan anak-anak desa, mengadakan kegiatan edukasi ini untuk membangkitkan semangat nasionalisme agar-agar anak-anak desa bisa mendengarkan dan merasakan bagaimana kerasnya perjuangan pahlawan-pahlawan dulu dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Diceritakannya lagi, salah satu pahlawan dari Desa Gunung yang gugur ditembak penjajah adalah Bujang Tando yang merupakan seorang guru yang bersembunyi digulungan tikar. Kemudian lari dan terjun ke Sungai Kuantan, lalu ditembak tentara Belanda hingga air Sungai Kuantan memerah. Jasad beliau dibawa ke Pekanbaru dan dimakamkan di makan pahlawan.
"Saat ini nama pahlawan tersebut diabadikan sebagai nama Jalan di Dusun Kare Desa Gunung, jalan Bujang Tando," beber Dzikri.
Laporan: Juprison (Pekanbaru)