CERITA PETANI KARET DI KABUPATEN KUANSING

Hanya Berpenghasilan Rp150 Ribu Sepekan

Kuantan Singingi | Kamis, 05 Desember 2019 - 10:17 WIB

Hanya Berpenghasilan Rp150 Ribu Sepekan
PETANI KARET: Suar, petani karet di Desa Pulau Ingu, Benai Tengah, berada di area perkebunan karet tempatnya menyadap, Selasa (3/12/2019). (juprison/riau pos)

Suar (60), warga Pulau Ingu, Kecamatan Benai. Bekerja sebagai petani karet. Ia terlihat tetap tersenyum di tengah kondisi ekonomi di Negeri Jalur ini yang terasa kian melemah. Apalagi harga karet kini terus anjlok.

KUANTANSINGINGI (RIAUPOS.CO) -- Di atas lahan yang luasannya sekitar seperempat hektare, Suar  dengan gagah berani menyadap pohon karet yang terhampar.


Meski pohon karet kini terlihat minim getahnya, ia tetap semangat.

"Agak kurang getahnya sekarang. Ini mungkin karena musim kemarin. Jadi, tak keluar getahnya," kata Suar, sambil memperhatikan lambannya tetesan getah saat disadap, Selasa (3/12).

Sebelumnya, pria empat anak ini adalah tauke karet di Desa Pulau Ingu. Namun usahanya bangkrut. Bahkan asetnya berupa kebun karet ikut terjual. Kini, ia menopang hidup dengan menyadap karet di kebun karet milik orang lain.

"Ini kebun orang lain. Memang dulu saya beli karet, namun bangkrut. Waktu itu saya ada beli kebun, tapi sekarang sudah terjual. Bayar hutang ke bank," ungkapnya.

Menyadap bukan di kebun sendiri, kata Suar, hasilnya dibagi. Antara dirinya dengan si pemilik kebun. Dengan harga karet yang sekarang berkisar Rp6.700 per kilogram, dia hanya berpenghasilan kisaran Rp100-150 ribu sepekan.

"Ini tak cukup. Mau bagaimana lagi. Hutang di bank saja sekarang tidak dibayar. Memang tidak ada uang untuk membayarnya. Sekarang dengan penghasilan yang ada, harus dicukupkan untuk biaya sehari-hari," katanya.

Dengan harga karet dan penghasilan yang sekarang, Ia hanya pasrah menjalani hidup. Karena memang dulunya, Ia pernah merasakan nikmatnya harga karet kisaran Rp25 ribu per kilogram. "Ya, harus dijalani aja," katanya.

Selain dirinya, istrinya juga bertani. Bercocok tanam, menanam padi di sawah miliknya. Namun diakuinya, hasilnya tidak maksimal. "Sawah ada. Tapi sekarang kami beli beras," sebutnya dengan tersenyum.

Dari empat anaknya,  dua orang anaknya yang sudah berumahtangga. Satu lagi tengah bekerja di Guntung, Indragiri Hilir (Inhil)  dan yang paling kecil, anaknya perempuan. "Sekarang sedang sekolah di SMK. Tahun ini, Insya Allah tamat," sebut Suar.

Melihat kondisi petani karet saat ini, Ketua Komisi C DPRD Kuansing Romi Alfisahputra SE mengaku prihatin dengan harga karet yang tak kunjung naik. Ke depan, Ia berharap, ada solusi dari pemerintah. Khususnya Pemkab Kuansing. Agar ekonomi masyarakat membaik.

"Memang harga karet pengaruh pasar global. Tapi kan setidaknya ada upaya dan solusi dari pemerintah untuk menggenjot harga karet," akunya.

Begitupula dengan aktivitas pertanian, ia menyarankan, agar pemerintah mampu mengatur jadwal tanam yang disesuaikan dengan kondisi alam dan adat-istiadat.

"Tidak bisa sembarangan ditetapkan jadwal tanam, harus disesuaikan agar petani kita tidak gagal panen lagi," ujarnya.(gem)

Laporan JUPRISON, Telukkuantan









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook