TALK SHOW SASTRA HIJAU

Fakhrunnas MA Jabbar: Menulis Bisa Mengubah Pola Pikir Penguasa dan Masyarakat

Komunitas | Sabtu, 31 Oktober 2015 - 21:52 WIB

Fakhrunnas MA Jabbar: Menulis Bisa Mengubah Pola Pikir Penguasa dan Masyarakat
Fakhrunnas MA Jabbar dan Bambang Kariyawan didampingi Arlen Ara Guci saat talk show sastra hijau di Puswil Soeman HS Sabtu (31/10).

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Era globalisasi identik dengan lingkungan dan konsep utama dari globalisasi adalah pembangunan berkelanjutan. Demikian disampaikan Budayawan Fakhrunnas MA Jabbar usai talk show sastra hijau sekaligus peluncuran antologi buku Riwayat Asap di Pustaka Wilayah Soeman HS Pekanbaru, Sabtu (31/10).

"Tema yang diangkat FLP dalam buku Riwayat Asap adalah kerusakan lingkungan. Jadi memang yang bisa disuarakan oleh sastrawan hanya menulis. Karena sastrawan tidak bisa mengubah itu dengan tangan, kekuasaan. Sebab sastrawan tidak memiliki kekuasaan," kata Fakhrunnas.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pria kelahiran 18 Januari 1959 Desa Tanjung Barulak, Kampar ini juga menyampaikan, sejatinya yang dilakukan oleh FLP ini merupakan bagian komitmen para sastrawan untuk ikut membangun dan peduli terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi di Riau.

"Paling tidak lewat buku Riwayat Asap mereka bisa menyentuh orang-orang yang telah merusak lingkungan dan juga FLP telah mengambil peran untuk menyadarkan kondisi lingkungan agar tidak semakin parah ke depannya," jelasnya.

Masih berkaitan dengan tema sastra hijau yang ditaja FLP, Budayawan Anugerah Sagang Tahun 2008 itu sangat prihatin terhadap bencana asap yang setiap tahun melanda Bumi Melayu.

"Kita ini sudah menjadi bangsa keledai. Hanya bangsa keledai yang dari dulu mengulang kesalahan yang sama. Dan 18 tahun itu Riau sudah cukup menderita," katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, bencana kabut asap yang melanda Riau ini tentu ada yang bermain dan aktor dibalik bencana ini adalah bangsa kapitalis yang ingin mendapat laba dengan pengeluaran biaya rendah.

"Kami bukan hendak mengamini siapapun. Dan pemerintah juga telah melakukan kebijakan tanpa bakar dan biasanya bisa enam kali lipat dibandingkan kalau main bakar saja. Nah, celakanya modus mereka memanfaatkan orang-orang tempatan untuk membakar lahan. Setelah timbul masalah, mereka mencoba melepas dari jerat itu," jelasnya.

Masih dari penuturan pribadi yang tunak dalam kebudayaan, 7 perusahaan asing yang terlibat merupakan fakta bahkan tahun lalu perusahaan dari Singapore dan Malaysia sudah divonis.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook