CALIFORNIA (RIAUPOS.CO) – Pemanasan global membuat suhu bumi semakin panas. Tak hanya berdampak pada bumi dan alam, panasnya suhu bumi berdampak pada kondisi tubuh manusia.
Di AS, karena perubahan kondisi lingkungan dan keanehan fisiologi, gelombang panas saat ini naik sebesar 10°C (18°F), dan ini lebih panas daripada sebelumnya. Layanan Cuaca Nasional AS (NWS) menggunakan suhu semu untuk mengukur seperti apa kondisi lingkungan bagi manusia secara fisiologi.
Pada gilirannya, respons fisiologi keringat dan pendinginan akan memengaruhi perkiraan suhu relatif otak manusia.
Pengaruh Suhu Panas pada Tubuh
Fisikawan Robert Steadman menghitung skala indeks panas pada 1979 dengan mengukur bagaimana suhu yang berbeda mempengaruhi aliran darah di kulit manusia di bawah tingkat kelembaban yang berbeda. Jadi, pada kelembaban rata-rata sekitar 70 persen, tubuh manusia biasa di tempat teduh akan mengalami suhu 20°C.
Pada suhu yang lebih tinggi, tubuh akan semakin bergantung pada keringat yang menguap untuk mendinginkan, membuatnya terasa lebih panas dari yang sebenarnya. Suhu sekitar 30°C misalnya, mungkin seperti 34,5°C. Faktor kelembaban adalah salah satu alasan Inggris berjuang dengan gelombang panas baru-baru ini.
Semakin tinggi kelembaban, semakin sulit bagi tubuh manusia untuk menggunakan keringat untuk mendinginkan. Pembuluh darah yang lebih dekat permukaan kulit bekerja menghilangkan panas. Hal ini menggambarkan bagaimana kondisi lingkungan mempengaruhi manusia.
“Saya bukan ahli fisiologi, tapi banyak hal yang terjadi pada tubuh saat cuaca benar-benar panas,” kata ahli iklim David Romps dari University of California.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman