1 Bocah Meninggal karena DBD

Kesehatan | Sabtu, 20 April 2019 - 10:50 WIB

KOTA (RIAUPOS.CO) -- Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pekanbaru memakan korban. Nazhif Ahmad Ashshiddiq (6) seorang bocah laki-laki warga Sukajadi meregang nyawa karena lambat ditangani. Bocah ini meninggal dunia setelah menderita panas tinggi.

Nazhif adalah warga Jalan Rahmat Gang Keluarga, RT 01 RW 04 Kelurahan Kampung Tengah Sukajadi. Dia dilarikan ke RS Ibnu Sina, Senin (8/4) dan meninggal dunia sehari kemudian, Selasa (9/4). 

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kota Pekanbaru Indra Pomi Nasution saat dikonfirmasi, Jumat (19/4), membenarkan informasi ini. ’’Langsung sama Kabid P2P, ya,’’ kata dia. 
Baca Juga :Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe Meninggal di RSPAD

Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diskes Kota Pekanbaru Maisel Fidayesi saat dikonfirmasi menyebut, bocah korban DBD ini meninggal dunia pekan lalu. ’’Diduga korban meninggal karena  terlambat penanganannya,’’ jelasnya. 

Awalnya, korban menderita panas tinggi akibat gejala DBD. Tapi, Nazhif tidak dibawa berobat ke puskesmas terdekat setelah tiga hari menderita panas. ’’Hari keempat, anak ini dilarikan ke rumah sakit. Meninggal dunia setelah sehari menjalani perawatan di rumah sakit,’’ imbuhnya. 

Terhadap lingkungan tempat tinggal korban yang meninggal, Maisel menyebut tim sudah turun. ’’Kami sudah turun juga. Cuma kami sudah tanya ke RT dan RW setempat, puskesmas juga sudah turun. Karena sakit empat hari di rumah tidak diperiksa, mungkin dianggap demam biasa. Harusnya kalau sudah sakit gitu, apalagi Sukajadi daerah padat penduduk. Darah tertinggi juga,’’ imbuhnya. 

Dari data Diskes Kota Pekanbaru 86 kasus DBD diderita oleh anak laki-laki. Sedangkan 80 kasus DBD diderita perempuan. ’’Untuk anak-anak, mereka yang rawan terserang DBD berusia antara 5 hingga 9 tahun sebanyak 43 kasus. Sedangkan anak berusia antara 10-14 tahun mencapai 32 kasus,’’ jelasnya. 

Dari sebaran, hingga pekan ke-15 tahun 2019, Sukajadi merupakan daerah tertinggi kasus DBD dengan 28 kejadian.  Selanjutnya,  Kecamatan Senapelan 11 kasus, Kecamatan Pekanbaru Kota empat kasus, Kecamatan Rumbai Pesisir 7 kasus, Kecamatan Rumbai 9 kasus, Kecamatan Limapuluh 10 kasus, Kecamatan Sail 9 kasus, Kecamatan Bukit Raya 9 kasus, Kecamatan Marpoyan Damai 21 kasus, Kecamatan Tenayan Raya 14 kasus, Kecamatan Tampan 22 kasus, dan Kecamatan Payung Sekaki 22 kasus.

Kabid P2P Diskes Pekanbaru menekankan DBD akan sulit diberantas jika perilaku masyarakat belum diperbaiki. ’’Ini kasus pertama di tahun 2019 penderita DBD meninggal dunia di Pekanbaru. Kalau 2018 kalau tidak salah empat orang. Masyarakat harus melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk, red), di pusat juga itu program pemberdayaan masyarakat untuk pengendalian jentik nyamuk di rumah. Kalau masyarakat tidak peduli, sulit kita berantas,’’ tutupnya.(yls)

(Laporan M ALI NURMAN, Kota )









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook