DOKTER SYAHIANDRA SPB

Seberapa Berbahayakah Benjolan pada Payudara?

Kesehatan | Minggu, 15 Oktober 2023 - 10:27 WIB

Seberapa Berbahayakah Benjolan pada Payudara?
DOKTER SYAHIANDRA SPB (RS AWAL BROS FOR RIAU POS)

BENJOLAN  pada payudara sangat umum terjadi, terutama pada wanita usia subur. Lebih dari 25% wanita pernah menderita penyakit payudara selama hidupnya, dan sebagian besar kasus ini awalnya muncul sebagai benjolan payudara saat diperiksa di pelayanan kesehatan primer (puskesmas atau klinik). Benjolan payudara mempunyai berbagai penyebab, mulai dari adenosis fisiologis hingga keganasan yang sangat agresif. Meskipun sebagian besar benjolan payudara terjadi pada wanita dewasa, anak-anak dan pria juga dapat terkena dampaknya.

Tumor jinak pada payudara lebih sering terjadi dibandingkan kanker pada payudara, baik pada pria maupun wanita. Dari semua benjolan payudara, 60-80% bersifat jinak. Namun kekhawatiran yang paling umum adalah benjolan pada payudara mungkin merupakan tanda awal kanker payudara. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita berusia di atas 40 tahun dan terjadi pada 1 dari setiap 11 wanita. Risiko kanker payudara meningkat pada mereka yang pernah menderita kanker payudara sebelumnya dan pada wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah menderita kanker payudara. Wanita yang tidak memiliki anak atau yang mempunyai anak pertama pada usia lanjut lebih mungkin terkena kanker payudara dibandingkan mereka yang melahirkan anak pada usia dini.


Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum terjadi pada wanita di seluruh dunia, dengan kejadian sekitar 12%, dan oleh karena itu meskipun sebagian besar benjolan payudara bersifat jinak, perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh dan terstruktur pada semua kasus benjolan payudara. Secara umum, pemeriksaan harus mengikuti triple-assesment yaitu pemeriksaan klinis, pencitraan radiologi, dan analisis patologi. 

Pemeriksaan klinis benjolan payudara merupakan tahap pertama dalam pendekatan triple-assessment. Baik payudara maupun aksila (ketiak) harus diperiksa secara cermat oleh dokter, serta melakukan pemeriksaan fisik pada sistem tubuh lainnya sesuai dengan riwayat penyakit. Temuan pemeriksaan fisik sangat penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan penyakit payudara yang efektif.

Pencitraan radiologi yang paling umum untuk pencitraan jaringan payudara adalah mamografi, USG, dan MRI. Mammografi adalah pencitraan lini pertama bagi wanita berusia di atas 35 tahun yang datang dengan benjolan payudara. Mammografi juga membantu dalam skrining awal wanita tanpa gejala. Pemeriksaan USG lebih disukai dibandingkan mamografi pada wanita dan pria yang lebih muda karena jaringan payudara cenderung lebih padat, dengan proporsi jaringan lemak yang jauh lebih rendah. Jaringan padat ini menghambat keakuratan mamografi dan membuatnya lebih sulit untuk mendeteksi mikrokalsifikasi. MRI juga berguna dalam penilaian benjolan payudara baru. Alat ini tidak digunakan secara rutin karena lebih mahal dan waktu tunggu yang lebih lama, namun menunjukkan sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi dan menggambarkan benjolan payudara.

Analisis patologi seperti Fine Needle Aspirasi Biopsi (FNAB) atau core biopsi. Pemeriksaan sitologi biopsi (FNAB) memungkinkan analisis sel secara terpisah, sedangkan pemeriksaan histologi biopsi (core biopsi) dapat memberikan rincian lebih lanjut tentang struktur jaringan. Keputusan apakah perlu akan dilakukannya FNAB atau core biopsi bergantung pada beberapa faktor, termasuk keahlian dokter, peralatan diagnostik yang tersedia, dan lokasi benjolan. Namun, FNAB umumnya lebih disukai sebagai lini pertama karena kurang invasif.

Fibrocystic disease merupakan benjolan payudara yang terjadi setidaknya setengah dari seluruh wanita. Benjolan ini umumnya lebih dari satu dan pada kedua payudara , dan sering kali ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan yang meningkat sesaat sebelum periode menstruasi. Ada tiga tahap yang diketahui: (1) pembengkakan nyeri pramenstruasi yang terjadi pada wanita muda; (2) pada akhir usia dua puluhan dan tiga puluhan, perubahan multinodular dapat dirasakan, (3) stadium kistik terlihat pada pasien pada dekade keempat atau kelima kehidupannya. Lesi ini sering muncul secara tiba-tiba, disertai rasa nyeri atau sensasi terbakar.

Fibroadenoma biasanya ditemukan pada wanita muda; mereka memiliki konsistensi yang mirip dengan handball. Massa tersebut mobile, padat, berbatas tegas, dan biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri. Benjolan mungkin mengalami perubahan ukuran yang cepat selama masa remaja, kehamilan, menopause, atau dengan pengobatan hormonal (seperti : penggunaan pil KB).

Kanker payudara muncul sebagai benjolan atau massa di payudara pada sekitar 90% pasien. Lesi biasanya soliter, unilateral, tidak teratur, keras, tidak bergerak, dan tidak menimbulkan rasa sakit. Namun nyeri tidak mengecualikan kanker payudara.

Mammary duct ectasia, suatu tumor jinak, merupakan salah satu benjolan payudara yang dapat menyebabkan keluarnya cairan dari puting susu pada wanita pascamenopause.

Intraductal Papilloma dapat menyebabkan keluarnya cairan dari puting susu secara unilateral (salah satu payudara), kadang-kadang disertai benjolan di area areola.

Gejala awal benjolan pada payudara dan bagaimana gejala pertama kali perlu diketahui. Selanjutnya harus diketahui mengenai perkembangan dan durasi waktu benjolan tersebut. Perubahan apa saja secara spesifik selama siklus menstruasi juga harus diketahui. Serta perubahan pada kulit atau puting, retraksi atau pembengkakan, edema, inflamasi, atau pembesaran kelenjar getah bening.

Pengobatan benjolan payudara baru bergantung pada apakah benjolan tersebut jinak atau ganas serta bergantung pada kesehatan fisik dan keinginan pribadi pasien.

Setiap pasien dengan tumor ganas (kanker) yang terbukti atau dicurigai harus dilakukan talaksana dengan pendekatan interprofesional, dari tim onkologi, radiologi, patologi, bedah, spesialis keperawatan, dan anestesi, serta perawatan paliatif, dan tim psikologi jika diperlukan.  Kanker payudara biasanya diobati melalui pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, dan terapi imunologi.

Pada kanker payudara, pengobatan multidisiplin atau interprofesional adalah standar emas. Hal ini telah terbukti secara signifikan mengurangi angka kematian akibat kanker payudara dan semua penyebabnya selama periode 5 tahun. Pentingnya meningkatkan dan memprioritaskan hubungan antarprofesional untuk meningkatkan kesembuhan pasien.

Jika ada benjolan pada payudara pada wanita atau pria, segera bawa berobat ke Rumah Sakit untuk diperiksa oleh dokter. Yang selanjutnya dokter akan melakukan pemerikasaan triple-assesment yaitu pemeriksaan klinis, pencitraan radiologi, dan analisis patologi. Sehingga dokter akan melakukan pengobatan lanjut jika ditemukan tanda keganasan (kanker payudara). Hal ini akan mengurangi angka kematian akibat kanker payudara. Untuk itu, segera berobat.***

DOKTER SYAHIANDRA SPB, Dokter Spesialis Bedah RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook