Alergi: Pemeriksaan dan Pencegahannya

Kesehatan | Minggu, 11 Desember 2022 - 09:00 WIB

Alergi: Pemeriksaan dan Pencegahannya
DR.dr. Fatmawati, SpPK (K) (Dokter Spesialis Patologi Klinik Konsultan Imunologi RS Awal Bros Pekanbaru) (OLEH:)

Alergi adalah salah satu kelainan atau penyakit pada sistem kekebalan tubuh. Dimana tubuh memberi reaksi berlebihan terhadap suatu zat baik itu makanan, obat, cuaca , racun hewan tertentu seperti disengat lebah atau stres yang berlebihan. Sehingga menimbulkan berbagai reaksi tubuh dan menimbulkan gejala klinis seperti gatal, bentol-bentol (biduran), sesak napas, pusing bahkan pada kasus yang berat dapat menimbulkan kematian.

Penyebab Alergi
Penyebab alergi dalam dunia kedokteran dikenal dengan nama alergen. Alergen umumnya berasal dari luar tubuh, baik berupa makanan seperti susu sapi, hewan laut (seafood), obat seperti golongan penisilin, coklat, serbuk sari bunga, tungau debu rumah, asap rokok, gigitan hewan berbisa, bahkan cuaca ekstrim seperti terlalu dingin atau terlalu panas serta stres emosional yang berlebihan dapat memicu munculnya alergi. Alergi adalah penyakit yang dibawa sejak lahir, biasanya diturunkan dari orang tua ke anak (atopy), meski tidak semua alergi didapat dari keturunan, namun anak yang lahir dari orang tua dengan riwayat alergi berisiko lebih tinggi menderita alergi dibandingkan anak yang dilahirkan dari orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi.     

Baca Juga : Alergi Udang

Mekanisme Terjadinya Alergi
Alergi dapat terjadi dalam tubuh karena sistem kekebalan yang tidak normal membentuk suatu antibodi yang disebut IgE. Antibodi ini terdapat di dalam darah dan di permukaan beberapa sel dalam tubuh sesuai organ yang terkena alergi. Jika ada alergen yang masuk ke darah melalui makanan atau menempel di permukaan kulit, maka antibodi IgE ini akan mengikat alergen tersebut membentuk komplek alerge-antobodi yang akan barikatan dengan sel basophil atau sel mast. Penempelan komplek pada sel mast dan basophil ini akan menyebabkan sel mast atau basophil mengeluarkan zat yang memicu reaksi alergi spserti histamil. Histamil menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga penderita mejadi bentol-bentol, gatal dan kadang merasa sesak karena saluran nafas yang menjadi sembab. Reaksi ini yang kita kenal dengan reaksi alergi. Pada reaksi alergi yang ringan, pasien hanya mengeluh gatal, bentol-bentol, sedikt pusing atau mual, namun pada reaksi alergi yang berat pasien bisa demam, sangat sulit untuk bernapas, kesadaran menurun bahkan bisa terjadi kematian.    

Siapa yang Berisiko Mengalami Alergi?
Alergi dapat mengenai siapa saja. Mulai dari bayi baru lahir sampai orang tua. Alergi juga dapat mengenai laki-laki dan perempuan dengan risiko yang sama. Namun beberapa orang dengan riwayat alergi dalam keluarga akan memiliki risiko alergi beberapa kali lebih tinggi dibanding orang tanpa riwayat keluarga ada yang alergi. Anak kecil yang mengalami alergi dapat berkurang kemungkinan menderita alergi dengan bertambahnya usia karena peningktan pematangan sistem kekebalan tubuh. Namun pada orang tua dengan riwayat alergi pada masa muda, alergi bisa saja muncul kembali karena pada usia tua, karena terjadi perubahan sistem kekebalan, seiring  dengan pertambahan umur maka terjadi pula perubahan pada kemampuan sistem imun dalam mengelola allergen yang masuk.

Organ Apa yang Bisa Me­ngalami Alergi?
Alergi merupakan kelainan sistem imun yang menyeluruh (sistemik), jadi hampir semua organ dan sistem di tubuh bisa terkena gejala alergi tergantung alergen yang masuk. Jika alergen yang masuk berupa makanan seperti kacang tanah, kacang kedelai, gluten, hazelnut, almond, ragi roti, putih telor, gandum, susu sapi, coklat, obat (biasanya golongan antibiotika), kerang, ikan kod, ikan tuna, salmon, kepiting, udang, lobster, daging sapi, bebek, babi, ayam, domba, keju, tomat, bawang putih, strawberi, buah kiwi, kopi, coklat/kakao dan lain lain, maka biasanya akan muncul reaksi saluran cerna seperti mual, muntah, disertai oleh gejala di kulit seperti kulit terasa gatal, bentol-bentol (biduran), kepala terasa pusing, demam ringan dan lain lain. Reaksi yang timbul bisa dari ringan sampai berat dan berbeda antara satu orang dengan orang lain tergantung jumlah alergen yang masuk dan kekuatan reaksi alergi dalam tubuh.

Beberapa alergen yang masuk melalui saluran nafas seperti debu, asap, udara dingin, serbuk sari bunga, dapat memicu reaksi alergi di sepanjang saluran nafas sehingga bisa menimbulkan gejala hidung tersumbat, hidung berair, mata memerah dan gatal, bersin-bersin sampai perasaan sulit bernafas karena edema laring. Alergen yang masuk melalui kulit seperti gigitan hewan berbisa (lebah madu, tawon), kecoa, jamur, gigitan tungau debu rumah, bulu hewan peliharaan seperti bulu kucing, bulu anjing, kuda, unggas, kapuk, dapat menimbulkan reaksi alergi lokal atau setempat di kulit berupa rasa gatal, panas, bentol-bentol dan dapat juga memicu gejala sistemik yang berat seperti demam, sesak, sampai syok anafilaktik yang mengancam nyawa.  

Kapan harus ke dokter dan melakukan pemeriksaan alergi?
Pada saat timbul alergi sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter untk memastikan diagnosis dan mendapat penanganan yang segera dan tepat untuk mencegah reaksi alergi berkelanjutan dan menjadi berat. Pada saat pemeriksaan oleh dokter jangan lupa menceritakan riwayat paparan bahan-bahan yang kemungkinan menyebabkan alergi meskipun kadang penyebab alergi bisa saja tidak diketahui secara pasti. Reaksi alergi yang muncul merupakan salah satu jenis keluhan/penyakit yang harus mendapat penanganan segera, karena biasanya, jika paparan allergen terus ada, dan reaksi alergi tidak dhentikan dengan obat, maka pasien ada kecenderungan untuk terus menggaruk bagian yang gatal dan hal ini dapat memicu reaksi alergi yang lebih berat. Dengan demikian sangat penting bagi kita mengenali gejala alergi yang ringan dan segera ke dokter untuk mendapat pertolongan. Reaksi alergi pada anak merupakan reaksi radang yang berulang sehingga sering terjadi dan tidak mendapat penanganan yang tepat maka dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan secara tidak langsung.

Pengobatan Alergi
Sesuai dengan mekanisme terjadinya alergi, maka pengobatan alergi kita bedakan atas penanganan alergi dengan obat dan tanpa obat. Pada penanganan alergi tanpa obat maka yang pertama kali harus dilakukan adalah menghentikan paparan allergen yang ada. Bisa dengan menghentikan konsumsi makanan alergen, menghentikan kontak dengan bahan alergen di kulit, dan menghindari paparan udara dingin dengan menggunkan pemanas atau baju tebal.

Penanganan dengan obat tergantung pada kondisi pasien, jika pasien datang dengan kondisi rungan maka dapat diberikan obat anti alergi seperti anti histamin, atau anti radang seperti kortikosteroid atau obat demam yang diberikan secara secara oral (diminum), namun pada kondisi berat dan gawat darurat, pasien mungkin membutuhkan oksigen, pemasangan infus, obat melalui infus/intravena dan observasi dengan melakukan perawatan di rumah sakit. Bagi pasien yang sudah sering menderita kekambuhan alergi sebaiknya meminta kepada dokter beberapa obat anti alergi untuk persiapan di rumah sebagai pertolongangan pertama saat timbul reaksi alergi. Namun pemeriksaan lanjutan ke dokter tetap perlu dilakukan untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan terarah.

Di rumah sakit atau di laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan untuk memastikan adanya alergi sekaligus menentukan penyebab alergi pada seorang pasien. Salah satu pemeriksaan yang umum dilakukan adalah skin tes berupa prick test yang biasa dilakukan di rumah sakit. Namun pemeriksan tersebut sudah jarang dilakukan karena kurang nyaman dan hasil bersifat subjektif. Saat ini di laboratorium sudah tersedia banyak pemeriksaan untuk deteksi alergi dari sampel darah. Sehingga pasien lebih nyaman dan hasil dapat diterima dalam waktu yang lebih cepat.

Tes alergi yang ada di laboratorium antara lain pemeriksaan jumlah leukosit, pemeriksaan jumlah eosinophil, pemeriksaan kadar IgE total dan pemeriksaan IgE atopy. Dari pemeriksaan tersebut dapat diketahui apakah seseorang menderita alergi atau tidak. Pada penderita bisa ditemukan peningkatan jumlah leukosit, peningkatan jumlah eosinophil dan peningkatan kadar IgE total. Dari pemeriksaan IgE atopy dapat diketahui apa jenis allergen yang menjadi penyebab alergi pada seseorang, meskipun kadang ada beberapa allergen yang tidak termasuk dalam panel alergi atopy Indonesia sehingga alergen tersebut tidak bisa di cek di laboratorium.

Selain itu pemeriksaan IgE atopy juga tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa, dapat dilakukan kapan saja pada saat datang ke dokter. Hasil pemeriksaan IgE atopy tidak dipengaruhi oleh obat alergi atau obat anti radang yang sedang dikonsumsi, sehingga pasien yang akan melakukan pemeriksaan ini tidak perlu menghentikan pengobatan sebelum dilakukan pengambilan darah.  

Apakah Alergi Dapat Disembuhkan?
Alergi secara umum terjadi karena sistem kekebalan (sistem imun) tubuh sesorang pasien terlalu sensitif (hipersensitif) sehingga secara alamiah kelainan ini tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol agar tidak sering kambuh dengan upaya pencegahan dan pengobatan yang tepat dan cepat. ***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook