JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Takut, sesak napas, dan terasa sakit saat berhubungan seksual? Bahkan mengalami kesulitan atau tidak bisa melakukan penetrasi? Itu bisa jadi tanda-tanda vaginismus. Jangan khawatir, keluhan tersebut bisa diobati. Simak penjelasan dr Eighty Mardiyan Kurniawati SpOG (K) berikut ini.
Menurut dr Eighty, vaginismus adalah kondisi ketika otot-otot di sekitar vagina berkontraksi secara involunter atau tidak sadar saat mencoba penetrasi vagina. Tanda-tandanya beragam. Misalnya, tidak bisa berhubungan seksual karena takut, bahkan sakit, hingga tidak pernah terjadi penetrasi.
”Sebagian wanita bahkan sesak napas dan keringat dingin saat vaginanya diperiksa,” papar dokter spesialis obstetri dan ginekologi di RSIA Kendangsari tersebut.
Pada awal diskusi, dr Eighty menyatakan bahwa jumlah penderita vaginismus meningkat beberapa tahun terakhir. Dalam sebulan saja, ada 12 pasien yang berkonsultasi. Mulai gejala ringan hingga berat karena sudah delapan tahun mengidap penyakit tersebut. Usianya pun beragam. Mulai 20 tahun hingga 30 tahunan.
Terdapat dua jenis vaginismus. Pertama adalah vaginismus primer. Yakni, kondisi ketika wanita merasa sakit sejak kali pertama berhubungan seksual atau ada sesuatu yang memasuki vagina. Kedua adalah vaginismus sekunder. Kondisi itu terjadi saat wanita pernah berhubungan seks tanpa kendala sebelumnya. Namun, berhubungan seks lantas menjadi sulit atau tidak bisa sama sekali.
Dia menjelaskan, kondisi itu mungkin disebabkan faktor psikologis atau anatomis. Faktor psikologis dapat terjadi karena ketakutan. Jika penetrasi dipaksakan saat takut, pasien akan mengalami trauma. Sementara itu, faktor anatomis bisa disebabkan beberapa hal. Misalnya, trauma pasca melahirkan, perubahan fisik, atau mengidap kondisi medis tertentu.
”Sebagian besar kondisi bisa disembuhkan. Makanya, lekas berkonsultasi jika ada gejala-gejala tersebut,” tutur dr Eighty saat ditemui dalam talk show di Atrium East Grand City.
Penanganan vaginismus bergantung pada penyebabnya. Jika dipicu faktor anatomis, vaginismus dapat diobati sesuai dengan kondisi fisiknya. Lain halnya jika vaginismus terjadi karena faktor psikologis. Pasien harus diterapi bertahap sesuai dengan tingkat keparahan. Mulai senam kegel agar otot-otot sekitar vagina rileks atau dilatasi mandiri dengan menggunakan dilator.
”Alat tersebut menyerupai penis dan melatih otot vagina agar berkontraksi,” ungkap dr Eighty. Bila tidak mampu melakukan dilatasi sendiri, pasien bisa dibantu dokter obgyn.
Jika dua upaya itu sudah dicoba dan bisa mengatasi keluhan vaginismus, permasalahan selesai. Namun, sebagian pasien tidak mampu melakukan keduanya. Karena itulah, dokter obgyn biasanya akan memberi injeksi botoks. Pasien diberi suntikan di sekitar otot-otot vagina. Efek pemberian injeksi itu bisa bertahan selama 4–6 bulan.
Injeksi botoks diberikan saat pasien dibius. Dengan begitu, pasien merasa tenang dan rileks saat uji coba penetrasi berlangsung. Pemberian injeksi itu juga bergantung kepada pasien. ”Ada yang tiap program hamil selalu suntik,” jelas dr Eighty.
Bagi pasien yang telah berhasil menjalani terapi dan pengobatan, kemungkinan hamil lebih tinggi. Lantas, saat melahirkan, pasien juga disarankan berkonsultasi. ”Jika kondisi vaginismusnya dulu berat, disarankan operasi agar tidak trauma,” tandas dia.
GEJALA-GEJALA
– Saat berhubungan seksual disertai rasa sakit. Kerap diikuti sesak dan nyeri serta perasaan terbakar atau menyengat
– Sulit penetrasi, bahkan tidak bisa
– Mengalami nyeri seksual
– Muncul perasaan takut dan kecemasan
Penyebab
– Infeksi
– Kondisi kesehatan yang buruk
– Persalinan
– Menopause
– Kurang pemanasan
– Lubrikasi vagina yang kurang
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman