SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - AKHIR-AKHIR ini mencuat kegelisahan sejumlah nelayan Kepulauan Meranti yang mengaku sulit mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi.
Walaupun demikian, ada sebagian nelayan Meranti yang berhasil mendapatkannya, namun dibatasi dua jeriken per bulan.
Tidak bisa lebih. Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kepulauan Meranti juga telah menerima keluhan dan sengkarut soal BBM ini.
Seperti yang dibeberkan Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kepulauan Meranti Rony Samudera SH kepada Riau Pos, Ahad (29/5).
Menurutnya, keluhan ini datang sejak beberapa pekan terakhir. Para nelayan mengeluhkan sulitnya mendapatkan solar subsidi. Dominan mereka melaut menggunakan BBM di atas harga nonsubsidi.
"Memang beberapa pekan terakhir hingga saat ini banyak nelayan yang melapor ke kami. Ada nelayan Kecamatan Pulau Merbau, Rangsang Pesisir, Rangsang, Tebingtinggi Timur dan Tasik Putri Puyu. Mereka mengeluh susah mendapat BBM solar dengan harga subsidi," ungkapnya.
Walaupun demikian ia juga tidak menampik, juga terdapat nelayanan mampu mendapatkan BBM solar dengan harga subsidi. Kebanyakan dari mereka berasal dari Kecamatan Tebingtinggi dan Tebingtinggi Barat. Namun sayang kuota mereka dibatasi oleh pihak terkait.
"Transaksi pembelian mereka dibatasi dua jeriken saja. Tidak boleh lebih dari itu. Sementara kebutuhan sebulan terkadang tidak kurang dari satu drum. Parahnya tidak semua nelayan pula yang mampu diberi akses untuk membeli," bebernya.
Untuk itu dalam waktu dekat pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mencari jalan keluar terhadap persoalan yang mengancam nasib para nelayan setempat.
"Dalam waktu dekat kami akan mengatur jadwal koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Paling tidak ada jalan keluar terhadap persoalan tersebut. Seperti DPRD, Disperindag, Perikanan Kabupaten Kepulauan Meranti. Termasuk Pertamina," ujarnya.(hen)
Laporan WIRA SAPUTRA, Selatpanjang