September Menjadi Puncak Tetinggi Kasus DBD Meranti Tahun Ini

Kepulauan Meranti | Sabtu, 08 Oktober 2022 - 14:22 WIB

September Menjadi Puncak Tetinggi Kasus DBD Meranti Tahun Ini
Fogging yang dilaksanakan oleh salah satu organisasi masyarakat di Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti. (WIRA SAPUTRA/RIAUPOS.CO)

SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) -- Lonjakan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kepulauan Meranti, mulai mengkhawatirkan. Karena sejak Januari hingga September 2022 jumlah pasien yang terpapar tidak kurang dari 30 kasus, atau lebih tinggi dari tahun lalu.

Jumlah pasien tertinggi berasal dari Kelurahan Selatpanjang Timur, sekitar 13 kasus. Setelahnya 7 kasus di Selatpanjang Kota, 3 kasus di Alahair. Sisanya, terjadi di Desa Banglas, Selatpanjang Selatan, Kecamatan Tebingtinggi Barat, dan Desa Tanjung Samak, Kecamatan Rangsang.


Demikian disampaikan Kabid Pengendalian, dan Pencegahan Penyakit (P2P), Zulham Efendi SKM, kepada Riaupos.co, Sabtu (8/10/2022). Secara rinci sejak Januari, jumlah kasus tinggi berlangsung pada September 2022. Tembus 11 kasus.

Ia juga tidak menampik jika sebaran meningkat tajam dari data penderita 2021 sebanyak 8 kasus. Namun, jauh menurun jika dibandingkan dengan Tahun 2019 mencapai 240 kasus.

"Tapi berdasarkan siklus lima tahunan, peningkatan kasus DBD tahun ini belum siginifikan. Kita memprediksi puncak peningkatan DBD berdasarkan siklus lima tahunan akan terjadi pada 2024 mendatang. Namun begitu, harus tetap kita antisipasi," ujarnya.

Menurut Zulham, saat ini sudah masuk musim pancaroba. Di mana DBD sangat rentan terjangkit terhadap masyarakat. Setelah hujan, tiba-tiba terjadi panas akibat teriknya matahari. Hal ini menjadi pemicu meningkatnya DBD," bebernya.

Untuk itu ia mengungkapkan telah meminta dukungan dari seluruh UPT Puskesmas se-Meranti melakukan berbagai upaya mitigasi dan pencegahan.

Seperti melakukan penyuluhan ke masyarakat agar selalu membersihkan lingkungan, menaburkan bubuk larvasida (abate) terhadap tempat penampungan air yang berpotensi berkembangnya nyamuk jenis aedes aegypti yang menjadi penyebab DBD.

"Paling tidak metode tiga M plus harus terus dikampanyekan. Selain itu memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk," ungkapnya.

Laporan: Wira Saputra (Selatpanjang)
Editor: Rinaldi

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook