KRISIS TIMUR TENGAH

Rusia Minta Koalisi Fokus Garap ISIS

Internasional | Sabtu, 28 November 2015 - 21:55 WIB

Rusia Minta Koalisi Fokus Garap ISIS

MOSKOW (RIAUPOS.CO) - Rusia menyatakan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, meminta kepala pemerintahan kedua negara, Rusia dan Turki, melakukan pertemuan di Paris pada 30 November mendatang saat Perundingan Iklim Global (Global Climate Summit) digelar.

”Itu sudah kami serahkan kepada Presiden. Hanya itu yang bisa saya sampaikan untuk saat ini,” kata juru bicara (jubir) Kremlin, Dmitry Peskov.

Baca Juga :Israel Khawatir Alami Langka Pangan Akibat Aksi Houthi di Laut Merah

Rusia  juga meminta Prancis menggambar peta secara terperinci mengenai lokasi kelompok bersenjata di Suriah sehingga serangan udara yang dilakukan koalisi dapat lebih akurat dan efektif dalam melawan ISIS. Artinya koalisi dan Rusia ingin semaksimal mungkin membombardir ISIS dan seminimal mungkin menembak kelompok lain.

Pada pekan depan, koalisi akan mencoba mengambil alih Kota Raqqa dan infrastruktur minyak yang dikuasai ISIS. Namun hal itu tidak akan mudah. Di Raqqa, ISIS sudah mengantisipasi setiap serangan udara. Mereka memasang sirene yang akan berbunyi saat jet tempur melintas. Tentara ISIS yang berjaga di pos akan bersembunyi ke lorong-lorong.

 ”Sirene itu dipasang di puncak gedung yang tinggi atau di tepi jalan,” ujar Taym Ramadan, warga Raqqa.

”Ketika pesawat tempur memasuki wilayah udara Raqqa, sirene itu akan berbunyi untuk memberikan peringatan kepada anggota ISIS. Sesaat kemudian, mereka akan bergegas melarikan diri dan mencari tempat persembunyian,” sambungnya.

Menurut Ramadan, selain menggunakan lorong yang sudah ada, ISIS juga menggali lorong baru.

Kelompok yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi itu memindahkan pos kendali mereka dari wilayah pinggiran ke wilayah permukiman yang dipadati warga sipil, memindahkan gudang persenjataan, dan terkadang menggelar rapat di lorong. Peneliti Hisham al-Hashimi menyatakan bahwa pada umumnya ISIS menggelar rapat di rumah sakit.

Pemimpin mereka terkadang menggunakan kode saat melakukan komunikasi. Menurut Rami Abdel Rahman, Direktur Obserbatory for Human Rights di Suriah, pasukan ISIS dalam jumlah besar melintasi perbatasan Suriah-Irak dan menurunkan kapasitas pengiriman minyak.

”Awalnya mereka mengangkut minyak sebanyak 36.000 liter dalam satu truk. Tapi, sekarang, mereka hanya mengangkut 4.000 liter setelah koalisi dan Rusia mengebom ratusan truk minyak milik ISIS di Raqqa dan Deir Ezzor,” ungkap Abdel. Financial Times melaporkan ISIS bisa meraup USD1,5 juta per satu hari dari penjualan minyak.

Sumber: CNN/Mirror









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook