WASHINGTON DC (RIAUPOS.CO) - Kapal perang Amerika Serikat yang berlayar di Laut Merah menembak jatuh sebuah drone yang diluncurkan dari wilayah yang dikuasai oleh kelompok Houthi di Yaman. Informasi ini disampaikan oleh Komando Pusat Amerika Serikat yang menunjukkan upaya aktif AS dalam melindungi keamanan dan kestabilan di kawasan tersebut. Konflik sendiri terus berlanjut antara pihak Houthi dan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.
Kejadian ini memperkuat komitmen AS dalam menjaga keamanan maritim dan menanggapi ancaman drone yang berasal dari wilayah konflik. Dilansir dari Aljazeera pada Kamis (23/11) pagi, kapal perusak berpeluru kendali USS Thomas Hudner berhasil menembak jatuh beberapa drone serangan satu arah yang diluncurkan dari wilayah yang dikuasai oleh kelompok Houthi di Yaman.
Informasi ini disampaikan oleh Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) melalui sebuah posting di platform media sosial X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Keberhasilan ini mencerminkan upaya aktif dari pihak Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman drone yang berasal dari zona konflik di Laut Merah, menegaskan keterlibatan militer AS dalam menjaga keamanan regional.
Menurut pernyataan dari Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM), tidak terdapat laporan kerusakan pada kapal perusak berpeluru kendali USS Thomas Hudner atau cedera pada awaknya. Setelah kapal tersebut berhasil menembak jatuh beberapa drone yang diluncurkan dari wilayah yang dikuasai oleh kelompok Houthi di Yaman.
Pemberontak Houthi di Yaman telah menyatakan diri sebagai bagian dari poros perlawanan yang merupakan sekutu Iran, dan mereka telah aktif meluncurkan serangkaian drone dan rudal menuju Israel sejak dimulainya perang di Gaza.
Pada Rabu (22/11), Israel mengumumkan berhasil mencegat sebuah rudal jelajah yang menuju ke selatan negara itu, sebuah serangan yang diklaim oleh pemberontak Houthi. Insiden ini menambah kompleksitas dinamika regional dan menunjukkan interkoneksi antara konflik di Yaman dan ketegangan di kawasan lebih luas, menggambarkan peran pemberontak Houthi dalam mendukung poros perlawanan dengan tindakan provokatif terhadap Israel.
Juru bicara sayap bersenjata Houthi, Yahya Saree, mengumumkan bahwa operasi semacam itu akan terus berlanjut sampai agresi Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat berhenti. Sementara kelompok Houthi juga mengancam akan menargetkan pengiriman Israel atas perang negara tersebut dengan kelompok Palestina Hamas yang menguasai Gaza.
Houthi sebelumnya menyita sebuah kapal kargo terkait Israel di pintu masuk Laut Merah dengan 25 awak internasional. Hal ini menyebabkan militer Israel menyebutnya sebagai insiden yang sangat serius dengan konsekuensi global, sementara seorang pejabat militer AS menyatakan bahwa itu merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.
Sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober lalu, aset AS di Timur Tengah telah mendapat kecaman, dengan pasukan AS di Irak dan Suriah diserang setidaknya 66 kali, mengakibatkan lebih dari 60 personel terluka.
Sementara AS mengumumkan serangan balasan pertamanya pada hari Rabu terhadap kelompok bersenjata yang didukung Iran di Irak, menewaskan sedikitnya delapan pejuang. Meski pemerintah Irak mengutuk serangan itu sebagai pelanggaran kedaulatan Irak yang tidak dapat diterima dan menyatakan bahwa AS tidak berkoordinasi dengan mereka sebelumnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman