TRUMP KOREKSI DIRI

Amerika Belum Punya Niat Serang Iran

Internasional | Rabu, 18 September 2019 - 23:15 WIB

Amerika Belum Punya Niat Serang Iran
Presiden Donald Trump mengatakan bahwa AS tak mau berperang dengan siapa pun (NICHOLAS KAMM / AFP)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Presiden AS Donald Trump mundur satu langkah. Setelah berkoar siap membalas serangan yang dilakukan Iran, taipan yang lahir pada 1946 itu melunak. Saat bertemu dengan media Senin lalu (16/9), dia menegaskan bahwa Gedung Putih belum punya niat untuk melakukan aksi militer kepada Iran.

"Tentu (kekuatan militer, Red) kami siap. Tetapi, saya tak mau berperang dengan siapa pun," ujar suami Melania itu kepada CNN.


Nada Trump terkait dengan serangan yang terjadi pada kilang Abqaiq milik pemerintah Arab Saudi sudah tak lagi tinggi. Memang, dia dan bawahannya masih ngotot bahwa Iran-lah yang harus bertanggung jawab atas hilangnya 5 persen pasokan minyak bumi dunia. Namun, mereka tak lagi memberikan sinyal bahwa Iran meluncurkan drone dari tanah mereka.

Setali tiga uang. Kerajaan Arab Saudi juga tak berani mengatakan bahwa Iran merupakan pelaku serangan. Mereka sudah mengatakan bahwa serangan dilakukan dengan menggunakan teknologi alutsista Iran. Mereka juga menyatakan bahwa arah serangan bukan dari Yaman.

"Kami belum bisa memastikan lokasi asal serangan. Namun, serangan teroris ini jelas tak seperti klaim dari milisi Houthi," ujar Jubir Koalisi Arab Saudi Turki Al Maliki sebagaimana dilansir Saudi Gazette.

Tak ada pernyataan tegas bahwa Saudi akan membalas Iran. Pasalnya, mereka juga tak menyatakan secara jelas bahwa Iran merupakan pelaku serangan. Mungkin pernyataan langsung dari negara korbanlah yang membuat AS semakin tak percaya diri.

Trump pun mulai mengoreksi diri. Dia menjelaskan bahwa Gedung Putih bakal berkoordinasi dengan Arab Saudi untuk menanggulangi masalah di Timur Tengah.

"Mungkin sikap saya akan menguat atau mungkin tidak ada sikap sama sekali. Bergantung kepada laporan yang kami terima," papar Trump.

Sikap itu merupakan gambaran polemik politik yang dialami Trump sejak lama. Trump berhasil menarik simpatisan sayap kanan dengan menunjukkan ketangguhan militer AS. Saat yang sama, dia juga tahu betapa sebuah perang di negara asing bakal menyedot banyak kekayaan dan kekuatan AS.

Tahun lalu Trump menegaskan bahwa AS bakal melepaskan lencana polisi dunia. Itu dibuktikan dengan rencana dia mengurangi personel militer di negara Syria dan Afghanistan. Saat yang sama, Partai Republik terus mendesak pemerintah AS agar tak mengendurkan kekuatan militer.

"Meski fakta lapangan belum jelas, AS perlu mempertahankan opsi militer. Dengan begitu, mereka bisa mencegah aksi pada masa depan," ujar Senator Fraksi Republik John Thune.

Ajaibnya, Trump masih yakin bahwa Negara Para Mullah berminat membuat kesepakatan baru. Sebelumnya, pejabat Gedung Putih mengabarkan bahwa Trump bakal melakukan pertemuan bersejarah dengan Presiden Iran Hassan Rouhani di sela-sela sidang umum PBB di New York akhir September tahun ini

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook