JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Amerika Serikat turut memantau situasi di Hongkong terkait unjuk rasa yang dilakukan pro demokrasi yang menuntut dicabutnya RUU Ekstradisi. AS lewat Presiden Donald Trumph dan penasihatnya, John Bolton, sampai mengkawatirkan terulangnya tradegi Tianannmen.
Hal itu merujuk situasi terakhir yang sempat memanas, terutama di Bandara Hongkong. Selain itu, pergerakan tentara Tiongkok ke Shenzhen, perbatasan dengan Hongkong, telah memunculkan kecurigaan AS. Trump telah mengunggah di media sosial bahwa intelijen AS percaya bahwa tentara Tiongkok sengaja ditempatkan di Shenzhen untuk mengendalikan situasi di Hongkong andai unjuk rasa masih masif.
Seperti diketahui, Tiongkok pernah melakukan tindakan brutal terhadap demonstran. Tentara Tiongkok melakukan pembantaian terhadap pengunjuk rasa di Lapangan Tiannanmen. Tragedi itu terjadi pada 4 Juni 1989. AS tak ingin tragedi itu terulang menilik situasi di Hongkong saat ini.
Bolton lantas memperingatkan kepada Beijing agar tidak mengulang Tragedi Tiananmen di Hongkong. Dia meminta penyelesaian dilakukan secara duduk bersama. Hal sama juga disampaikan oleh Trump. Dia bahkan meminta kepada Presiden Tiongkok, Xi Jinping, untuk segera mengunjungi Hongkong dan duduk bersama demonstran sebagai cara untuk meredakan kondisi memanas tersebut.
Trump khawatir situasi akan semakin buruk dengan pergerakan tentara Tiongkok di Shenzhen. Trump mendesak Presiden Xi untuk berunding dengan demonstran pro demokrasi. "Saya berani bertaruh ketika Presiden Xi duduk dengan para pengunjuk rasa, dia akan menyelesaikan semuanya dalam 15 menit," sebut Trump seperti dilansir Al Jazeera.
"Saya akan berbicara dengan Presiden Xi segera. Saya benar-benar percaya dia bisa menyelesaikannya. Saya mengenalnya dengan baik. Jika dia mau, dia bisa menyelesaikannya dengan cara yang sangat manusiawi," imbuh Trump.
Sumber Jawapos.com
Editor : Rinaldi