AS-Mesir Negosiasi Jalur Aman Evakuasi Warga dari Gaza-Israel

Internasional | Kamis, 12 Oktober 2023 - 18:14 WIB

AS-Mesir Negosiasi Jalur Aman Evakuasi Warga dari Gaza-Israel
Perempuan dan anak-anak Palestina bergegas meninggalkan rumah ketika militer Israel menggempur Kota Gaza, Rabu (11/10). (AFP)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Perang Hamas-Israel tidak menunjukkan tanda-tanda bakal berhenti. Beberapa negara mulai mengatur rencana untuk mengevakuasi warganya. Baik dari Jalur Gaza maupun dari wilayah Israel. Mayoritas maskapai menghentikan penerbangan keluar masuk Israel.

"Hari ini kami sedang menyiapkan sebuah pesawat Norwegia yang dapat membawa warga kami pulang. Kami telah merancang solusi ini bersama dengan maskapai penerbangan Norwegia selama beberapa hari terakhir," ujar Menteri Luar Negeri Norwegia Anniken Huitfeldt kemarin (11/10) seperti dikutip CNN. Pesawat tersebut dijadwalkan meninggalkan Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv tadi malam.


Langkah serupa dilakukan Swedia. Mereka bekerja sama dengan negara-negara Nordik lainnya untuk mengangkut penduduknya keluar dari Israel. Prancis juga berencana mengevakuasi warganya dari Israel mulai hari ini (12/10) menggunakan Air France. Yang menjadi prioritas adalah anak di bawah umur tanpa pendamping, wanita hamil, dan penyandang disabilitas maupun memiliki kondisi medis tertentu.

Jerman memilih melakukan evakuasi via Jordania. Mereka akan dibawa dengan bus ke Amman dan baru diterbangkan ke Jerman. Ada 100 ribu warga Jerman di Israel dan 5 ribu di antaranya minta dievakuasi. Sejauh ini yang sudah dievakuasi adalah para murid Jerman di Israel dari 17 kelas.

Amerika Serikat (AS) di pihak lain tengah bernegosiasi dengan Israel dan Mesir untuk membuat jalur aman guna mengeluarkan warga AS dan warga sipil lainnya dari Gaza. Penduduk AS di Gaza merasa putus asa karena pengeboman bertubi-tubi yang dilakukan Israel. Rencananya, Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Inggris James Cleverly bakal bertandang ke Israel hari ini.

Menurut seorang pejabat AS, Mesir ingin menggunakan koridor kemanusiaan untuk mengirim makanan dan pasokan medis ke Gaza, tapi tidak ingin membuka perbatasan untuk menerima warga sipil yang melarikan diri. Jika kesepakatan gencatan senjata sementara tercapai, Mesir akan mengirimkan bantuan lewat perlintasan Rafah dan Semenanjung Sinai.

Situasi diperkirakan bakal lebih memburuk dalam beberapa hari ke depan. Blokade total Israel mengakibatkan tidak ada aliran listrik, gas, dan air bersih ke Gaza.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri masih mengidentifikasi WNI yang ingin dievakuasi. Data terus diperbarui.

Dubes RI untuk Jordania dan Palestina Ade Padmo Sarwono mengungkapkan, saat ini WNI yang ada di Jalur Gaza berjumlah 10 orang. Terdiri atas 5 dewasa dan 5 anak-anak. Sementara yang di Israel, dari data semula 35 orang naik menjadi 39 orang dan terdapat 94 pelajar yang sedang studi banding di sana. "Jadi, total semuanya yang ada di wilayah konflik 143," ujarnya.

Jumlah itu belum termasuk 231 WNI yang berhasil dikeluarkan dari Israel. Mereka diketahui tengah melakukan wisata religi dari Israel ke Tepi Barat dan Jordania.

Lebih lanjut, Ade mengungkapkan, pemerintah telah merancang evakuasi bersama dari Jakarta dan beberapa perwakilan di Timur Tengah, khususnya KBRI Kairo. Mesir menjadi satu-satunya opsi yang bisa diakses. Meski, perbatasan Rafah pada dua hari terakhir ditutup karena terdampak serangan udara Israel. "Terdapat beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan," ungkapnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook