Wartawan Al Jazeera Tewas Ditembak, Israel Bunuh Kebenaran dan Jurnalisme
TEL AVIV (RIAUPOS.CO) – Dunia pers berduka. Shireen Abu Akleh (51), wartawan senior kantor berita Al Jazeera yang sedang meliput di kamp pengungsi Jenin ditembak mati di wajah oleh pasukan Israel. Hal ini juga dibenarkan Kementerian Kesehatan Palestina.
Dalam rekaman video di kejadian tersebut, Abu Akleh terlihat mengenakan jaket antipeluru berwarna biru dengan tulisan “PRESS” atau Pers. Di mana jadi penanda bahwa beliau adalah seorang jurnalis.
Kecaman pun mengalir ke Israel pascaperistiwa tersebut. Salah satunya dari Duta Besar Palestina untuk Inggris Husam Zomlot. Diplomat tersebut mengatakan Israel membunuh kebenaran dan jurnalisme.
“Dia [Shireen Abu Akleh] bukan yang pertama, dan sayangnya mungkin bukan jurnalis Palestina terakhir yang dibunuh, dibunuh oleh pendudukan Israel,” kata Zomlot kepada Al Jazeera.
“Ini tidak hanya membunuh tubuh Shireen, tetapi juga membunuh semangat Shireen, pesan dari Shireen, gagasan tentang Shireen, itu membunuh kebenaran,” katanya.
Sementara Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyatakan ‘kemungkinan’ tembakan dari sejumlah warga Palestina bersenjata, telah menewaskan seorang jurnalis Al Jazeera di wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Pernyataan PM Bennett itu menepis pernyataan resmi dari jaringan Al Jazeera yang menuduh tentara Israel sebagai pelaku penembakan yang menewaskan salah satu wartawannya. Demikian seperti dilansir AFP, Rabu (11/5/2022).
“Menurut informasi yang kami kumpulkan, tampaknya orang-orang Palestina bersenjata — yang menembaki tanpa pandang bulu pada saat itu — yang bertanggung jawab atas kematian malang wartawan itu,” sebut PM Bennett dalam pernyataannya.
Sebelumnya dilaporkan bahwa Shireen Abu Aqleh (51) yang merupakan wartawati veteran Al Jazeera tewas ditembak pada Rabu (11/5/2022) waktu setempat, ketika meliput operasi penyerbuan pasukan Israel di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat.
Selain pihak Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Palestina telah mengkonfirmasi kematian Abu Aqleh (51) yang merupakan figur terkemuka dalam saluran berita Arab tersebut. Pihak Al Jazeera juga menyebut bahwa pasukan Israel membunuh Abu Aqleh “dengan darah dingin” ketika dia bekerja di wilayah Palestina.
“Dalam pembunuhan terang-terangan, melanggar hukum dan norma internasional, pasukan pendudukan Israel membunuh dengan darah dingin koresponden Al Jazeera di Palestina,” kata Al Jazeera dalam pernyataannya.
Media itu pun menyerukan masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban pasukan pendudukan Israel atas penargetan dan pembunuhan yang disengaja terhadap jurnalis perempuan tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa seorang wartawan Palestina lainnya juga ditembak dengan peluru tajam di punggungnya. Jurnalis tersebut, Ali Samoudi, yang bekerja untuk surat kabar Quds yang berbasis di Yerusalem, dilaporkan dalam kondisi stabil.
Sumber: Manadopost.com/Pojoksatu.id
Editor: Edwar Yaman