JEPANG RESMI KIRIM NOTA PROTES

Situasi Riil Pandemi di Cina Terungkap

Internasional | Kamis, 12 Januari 2023 - 10:58 WIB

Situasi Riil Pandemi di Cina Terungkap
Seorang petugas medis membawa kotak peralatan dari ambulans saat Covid-19 melanda Cina, beberapa waktu lalu. (INTERNET)

BEIJING (RIAUPOS.CO) - Citra satelit yang diambil oleh Maxar menunjukkan buruknya situasi pandemi di Cina. Di krematorium dan rumah duka tampak mobil-mobil berjejeran. Itu adalah antrean mobil untuk mengantar jenazah-jenazah untuk dikremasi.

Dalam gambar yang baru diambil beberapa pekan lalu itu, tampak beberapa rumah duka di sekitar Beijing harus membuat tempat parkir baru untuk menampung luberan pengunjung. Antrean mobil juga tampak di rumah duka yang terletak di Kunming, Nanjing, Chengdu, Tangshan dan Huzhou.


Informasi terkait penuhnya krematorium dan rumah duka sudah dilaporkan berbagai media sejak kebijakan nol kasus dicabut. Namun Cina  memilih bungkam dan tidak menyerahkan data riil situasi di lapangan kepada WHO. Citra satelit Maxar itu selaras dengan unggahan penduduk di media sosial dan berita yang dilaporkan oleh CNN beberapa waktu sebelumnya.

CNN telah melaporkan secara langsung tentang adanya fasilitas darurat di Beijing yang digunakan untuk menyimpan jenazah. Para staf yang juga kewalahan untuk mengurus banyaknya kantong-kantong berisi mayat. Keluarga melaporkan harus berhari-hari menunggu untuk mengubur atau mengkremasi orang yang mereka cintai.

Situasi itu berbeda dengan laporan yang diunggah oleh pemerintah Cina. Data versi pemerintah, sejak kebijakan pandemi mulai dilonggarkan 7 Desember lalu, hanya ada 37 kematian terkait Covid-19. Yang dicantumkan hanya orang yang meninggal karena gagal nafas akibat virus SARS-CoV-2. WHO menilai bahwa kriteria itu terlalu sempit.

Para pejabat tinggi WHO mendesak Beijing untuk berbagi lebih banyak data tentang penyebaran ledakan penularan tersebut. ''Angka yang dirilis oleh Cina kurang mewakili dampak sebenarnya dari penyakit tersebut dalam hal penerimaan pasien di rumah sakit dan ICU serta jumlah kematian,'' ujar Direktur Eksekutif WHO untuk Kedaruratan Kesehatan Mike Ryan.

Sementara itu kemarin (11/1) pemerintah Jepang resmi mengajukan nota protes terhadap pemerintah Cina. Itu terkait keputusan Beijing menangguhkan penerbitan visa bagi warga negara Jepang. Sikap itu adalah pembalasan atas persyaratan pengujian Covid bagi pelancong dari Cina.

Kepala sekretaris kabinet Hirokazu Matsuno menyebut tindakan tersebut bukan langkah untuk menjaga kesehatan masyarakat. Dia meminta Cina membatalkan keputusan tersebut.  

Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi mengutuk keputusan Tiongkok dan mengatakan Tokyo telah memprotes melalui saluran diplomatik. ''Memaksakan pembatasan penerbitan visa untuk alasan selain penanggulangan Covid-19 adalah hal yang sangat disesalkan,'' ujar Hayashi seperti dikutip The Guardian.

Hayashi mengatakan bahwa langkah ketat yang diambil Jepang dilakukan untuk sesedikit mungkin menghambat pergerakan orang secara global. ''Kami akan memeriksa kondisi Covid-19 di Cina serta bagaimana negara tersebut mengungkapkan informasi, dan bertindak sesuai dengan itu,'' tambahnya.

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin juga mengungkapkan hal serupa. Setali tiga uang, Cina juga menangguhkan penerbitan visa jangka pendek warga Korsel.(sha/bay/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook