Harry Ungkap Perpecahan di Internal Kerajaan

Internasional | Rabu, 11 Januari 2023 - 11:39 WIB

Harry Ungkap Perpecahan di Internal Kerajaan
Pangeran Harry. (ISTIMEWA)

LONDON (RIAUPOS.CO) - Masa lalu tidak pernah mati, ia bahkan belum lewat. Kutipan milik penulis AS William Faulkner itu menjadi pembuka buku memoir Pangeran Harry yang berjudul Spare. Judul itu dipilih karena mengaju pada peranan pangeran Harry sebagai spare heir alias pewaris tahta cadangan. Buku tersebut dijual bebas mulai, Selasa (10/1).

Dalam buku setebal 416 halaman tersebut, Harry menceritakan luka-luka di masa lalunya. Salah satunya adalah candaan sang ayah, Pangeran Charles III, bahwa dia mungkin bukan anak kandungnya. Meski itu hanya sekedar candaan, namun bagi Harry itu menyakitkan. Terlebih media-media di Inggris juga kerap membahas hal tersebut. ''Siapa yang tahu kalau aku bahkan ayah kandungmu? Mungkin ayah kandungmu ada di Broadmoor, Nak!'' ujar Charles pada Harry seperti tertuang dalam Spare.


Pernyataan itu mengacu pada James Hewitt. Mendiang ibunya, Putri Diana, memang mengaku pernah selingkuh dengan Hewitt. Perselingkuhan itu terjadi pada 1986, dua tahun setelah Pangeran William lahir. Baik Harry maupun Hewitt sama-sama memiliki warna rambut kemerahan.

Harry juga menulis tentang keributan antara istri William, Kate Middleton, dan istrinya, Meghan Markle beberapa hari sebelum hari H pernikahannya. Itu semua dipicu karena putri Charlotte, tidak menyukai baju yang sudah disiapkan karena merasa kebesaran. Padahal baju itu sudah didesain dan diukur khusus untuknya. Situasinya pelik karena itu H-4 sebelum pernikahan Harry dan Meghan.

Duke of Sussex itu juga mengungkapkan bahwa awalnya dia dan Wiliam tidak mau sang ayah menikahi Camilla. Dia juga menceritakan pernah berkelahi dengan William gara-gara adu argumen terkait Meghan. Di momen kematian Ratu Elizabeth II, Pangeran Charles adalah orang pertama yang memberitahunya. Kala itu, keluarga kerajaan mewanti-wanti agar Meghan tidak ikut ke istana di Skotlandia tempat ratu meninggal.

Terbitnya buku tersebut bukannya mendapat simpati, tapi justru banyak menuai kritikan di Inggris. Waktu penerbitan buku tersebut dirasa tidak tepat. Sebab saat ini penduduk Inggris tengah kesulitan karena biaya hidup yang naik.(sha/bay/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook