Ratu Elizabeth II Mangkat, Charles III Tertua Naik Takhta

Internasional | Sabtu, 10 September 2022 - 11:15 WIB

Ratu Elizabeth II Mangkat, Charles III Tertua Naik Takhta
Charles III (AFP)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – “Saya nyatakan di depan Anda sekalian bahwa seluruh hidup saya, baik lama maupun sebentar, akan saya baktikan untuk melayani Anda dan keluarga kerajaan yang menjadi bagian dari kita semua.”

Kalimat itu adalah penggalan pidato Ratu Elizabeth II saat merayakan ulang tahun ke-21 pada 1947 di Afrika Selatan. Saat itu dia masih berstatus seorang putri, belum bertakhta. Pidato yang diucapkan Elizabeth itu bukan sekadar ucapan tanpa makna. Dia membuktikannya hingga hari-hari terakhir hidupnya. Dua hari sebelum kematiannya, Ratu Elizabeth II masih sempat menerima pengunduran diri Boris Johnson sebagai perdana menteri (PM) Inggris dan menunjuk Liz Truss untuk menggantikannya. Selama 70 tahun bertakhta, dia telah menunjuk 13 PM.


Karena itulah, ketika ratu yang sudah berusia 96 tahun tersebut mengembuskan napas terakhirnya pada Kamis (8/9/2022) petang, rakyat Inggris begitu berduka. Ratu meninggal di Kastil Balmoral, Skotlandia. Pada hari-hari terakhir hidupnya, istri mendiang Pangeran Philip itu memang memilih tinggal di kastil yang disukainya tersebut.

’’Kami telah kehilangan ibu terbaik di dunia. Saya tidak tahu bagaimana dalam berkata-kata,’’ kata Leon Perart, salah seorang penduduk Inggris, sebagaimana yang dikutip BBC.

Ribuan orang berkumpul di depan Istana Buckingham dan menangis pasca pengumuman kematian Ratu Elizabeth II. Kesedihan memang menyelimuti Inggris dan negara-negara persemakmurannya. Mereka yang merasa kehilangan mengunggah sepenggal kisahnya bersama sang ratu.

Misalnya saja, Gareth Evans dari Milton Keynes, Inggris, yang menceritakan bahwa ibunya pernah mengirimkan surat kepada Ratu Elizabeth II. Tidak disangka, surat itu dibalas. Surat tersebut menjadi harta berharga yang selalu disimpan ibunya.

Ucapan belasungkawa dan kenangan terhadap Ratu Elizabeth II juga berdatangan dari berbagai tokoh di dunia. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menggambarkan ratu yang ditemuinya untuk minum teh di Kastil Windsor tahun lalu tersebut sebagai seorang negarawan dengan martabat yang tidak tertandingi.

’’Yang Mulia Ratu Elizabeth II mewujudkan kesinambungan dan persatuan bangsa Inggris selama lebih dari 70 tahun,’’ ujar Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Beberapa gedung juga melambangkan dukacita untuk Ratu Elizabeth II. Lampu di Empire State Building, New York, diterangi dalam warna perak dan ungu yang merupakan warna kerajaan. Menara Eiffel di Paris meredupkan lampunya sebagai penghormatan.

Meski pemerintah Inggris menyatakan tidak ada kewajiban untuk menangguhkan bisnis selama masa berkabung nasional, banyak yang melakukannya sebagai tanda penghormatan. Kompetisi sepak bola Premier League, misalnya, menunda semua pertandingan akhir pekan ini. Pekerja kereta api (KA) dan pos juga menghentikan pemogokan yang akan mereka lakukan.

Dengan meninggalnya sang bunda, Pangeran Charles sebagai putra mahkota langsung menggantikan. Dia diangkat sebagai raja dan Camilla menjadi permaisuri. Nama resminya Raja Charles III. Dia menjadi raja tertua yang naik takhta. Usia Charles saat ini sudah menginjak 73 tahun.

’’Kematian ibu saya tercinta, Yang Mulia Ratu, adalah momen kesedihan terbesar bagi saya dan semua anggota keluarga saya. Kami sangat berduka atas meninggalnya penguasa yang disayangi dan ibu yang sangat dicintai,’’ tutur Charles.

Charles secara resmi dinyatakan sebagai raja pada hari ini (10/9/2022) di Istana St James, London. Prosesi itu dilakukan di depan badan upacara yang dikenal sebagai Dewan Aksesi. Terdiri atas dewan penasihat, beberapa pegawai negeri senior, komisaris tinggi persemakmuran, dan wali kota London. Mereka semua akan diundang yang jumlahnya sekitar 700 orang. Namun, karena singkatnya pemberitahuan, biasanya tidak semua bisa hadir.

Selain memimpin Kerajaan Inggris, raja Inggris juga merupakan head of state (kepala negara) bagi 14 negara lain. Yakni, Antigua dan Bermunda, Australia, Bahama, Belize, Kanada, Grenada, Jamaika, dan Selandia Baru. Juga, Papua Nugini, Saints Kitts dan Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, Kepulauan Solomon, serta Tuvalu

Upacara kenaikan takhtanya diadakan setidaknya setahun ke depan. Prosesi kenaikan takhta membutuhkan perencanaan matang.

’’Upacara penobatan biasanya memakan waktu satu tahun karena dianggap tidak pantas melangsungkan acara tersebut setelah kematian seseorang. Ini adalah masa berkabung yang panjang,’’ jelas Kate Williams, profesor sejarah di University of Reading dan penulis buku Young Elizabeth: The Making of the Queen, sebagaimana yang dikutip People.

Jauh hari sebelum Ratu Elizabeth II berpulang, penduduk Inggris kerap membicarakan siapa yang bakal menjadi penggantinya. Banyak yang menginginkan Charles mundur dan menyerahkan takhtanya kepada William saja. Selama ini Pangeran William dianggap lebih berkarisma dan melakukan lebih banyak tugas kerajaan dengan cukup baik.

Alasan terkuat lainnya tentu saja masalah perselingkuhan Charles dengan Camilla yang sempat menggegerkan publik. Hingga detik ini, penduduk Inggris mencintai mendiang Putri Diana yang merupakan mantan istri sekaligus ibu William dan Harry.

William juga tidak mungkin bertakhta meski seandainya ratu dan penduduk Inggris menginginkannya. Sebab, ada Undang-Undang Pewarisan Takhta 1701. Isinya, parlemen yang menentukan suksesi takhta serta ahli waris haruslah penerus langsung dan seorang Protestan. Itu tentu merujuk pada Charles, bukan William. Proses mengubah undang-undang bukanlah hal yang mudah. Dengan kata lain, William harus sabar menunggu giliran.

“Kami menawarkan kepadanya kesetiaan dan pengabdian kami sama seperti ibunya mengabdikan begitu banyak hal untuk begitu banyak orang begitu lama,” ujar PM Inggris Liz Truss.

Pasca kematian Ratu Elizabeth II, banyak hal yang harus diubah. Salah satunya adalah mata uang Inggris. Wajah Ratu Elizabeth II di mata uang Inggris akan digantikan dengan Charles. Namun, tentu saja perubahan itu bakal dilakukan secara bertahap. Begitu pula stempel resmi beberapa lembaga. Bendera pribadi Ratu Elizabeth II yang dikibarkan setiap berkunjung juga harus diganti.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook