WASHINGTON DC (RIAUPOS.CO) – Hubungan diplomatik antara Rusia dengan Amerika Serikat (AS) diketahui sedang panas lagi dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu diperparah dengan kondisi terkini, Washington memberikan dukungan senjata ke Ukraina, pihak yang sedang berkonflik dengan Rusia sejak awal 2022.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov awal bulan lalu menyebut, kondisi ini adalah fase terendah dalam sejarah hubungan diplomatik kedua negara.
”Kami benar-benar berada dalam fase panas perang. Karena Nazi Ukraina sebagian besar bertempur dengan senjata Amerika. Pemerintah Amerika mengancam untuk memasok lebih banyak sistem jarak jauh dan mematikan,” kata Lavrov dalam sebuah wawancara dengan Rossiya 24 TV pada awal April.
Nah, meski hubungan antara Rusia dan AS panas di darat, hal tersebut tidak berlaku di ruang angkasa. Terbaru, Rusia telah secara resmi setuju untuk tetap berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) milik SS hingga 2028. Itu seperti yang diumumkan NASA.
Yuri Borisov, Direktur Jenderal Roscosmos, badan antariksa Rusia, sebelumnya mengatakan, negara itu keluar dari ISS setelah 2024 agar bisa fokus membangun stasiun luar angkasa sendiri. Setelah 2024 itu merupakan pernyataan yang cukup kabur. Bahkan pejabat Roscosmos Sergei Krikalev mengatakan, itu bisa berarti 2025, 2028, atau 2030.
”Sekarang, kami memiliki gagasan yang lebih kuat sampai kapan Rusia berniat untuk tetap menjadi mitra,” jelas Borisov.
Untuk diketahui, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan negara-negara peserta ESA (European Space Agency) sebelumnya telah sepakat untuk tetap menjalankan ISS hingga 2030. Setelah Amerika Serikat dan negara-negara lain memberlakukan sanksi terhadap Rusia akibat invasi ke Ukraina, mantan direktur Roscosmos Dmitry Rogozin angkat bicara dan mengancam akan berhenti bekerja dengan rekan-rekan barat.
”Saya percaya bahwa pemulihan hubungan normal antara mitra di Stasiun Luar Angkasa Internasional dan proyek lain hanya mungkin dilakukan dengan penghapusan sanksi ilegal secara penuh dan tanpa syarat,” kata Rogozin saat itu.
Roscosmos saat ini telah setuju untuk terus bekerja sama dengan sesama mitra ISS. Meningkatnya ketegangan antara Rusia dan AS, bahkan sebelum invasi Ukraina dimulai, mendorong NASA untuk mempersiapkan kemungkinan meninggalkan stasiun luar angkasa.
NASA dan Gedung Putih dilaporkan menyusun rencana untuk menarik astronot keluar dari stasiun jika Rusia tiba-tiba pergi, serta menjaga ISS tetap berjalan tanpa pendorong Rusia yang menjaga laboratorium terbang di orbit.
Perusahaan ruang angkasa swasta dilaporkan telah dipanggil untuk membantu. Laporan sebelumnya, mengatakan Boeing telah membentuk tim insinyur untuk mengetahui cara mengendalikan ISS tanpa pendorong Rusia.
Namun demikian, tidak jelas apakah mitra ISS yang tersisa akan menggunakan salah satu dari kemungkinan tersebut setelah 2028 dan apakah perusahaan luar angkasa swasta akan turun tangan untuk menjaga agar stasiun luar angkasa tetap berjalan. Namun perlu dicatat bahwa NASA dan badan antariksa lain sudah bersiap untuk meninggalkan Orbit Bumi Rendah untuk menjelajahi bulan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman