LEDAKAN DI BEIRUT

Pemesan Amonium Nitrat yang Meledak di Beirut Mengaku Pesanan Mereka Disita

Internasional | Minggu, 09 Agustus 2020 - 04:06 WIB

Pemesan Amonium Nitrat yang Meledak di Beirut Mengaku Pesanan Mereka Disita
Ledakan yang terjadi di Beirut akibat bahan peledak amonium nitrat yang disita pejabat Pelabuhan Beirut. (AP/DAILY STAR)

BEIRUT (RIAUPOS.CO) - Fabrica de Explosivos Mocambique (FEM), perusahaan manufaktur bahan peledak Mozambik, buka suara. Perusahaan tersebut adalah pemesan amonium nitrat yang menyebabkan ledakan di Beirut, Lebanon.

FEM mengatakan pihaknya membeli amonium nitrat tersebut namun barang disita pejabat Pelabuhan Beirut selama hampir tujuh tahun. Bahan peledak itu dibeli untuk membuat bahan peledak bagi perusahaan tambang di Mozambik.


"Kami dapat memastikan bahwa iya, kami memang memesannya," kata juru bicara FEM yang dilindungi identitasnya, dikutip CNN, Sabtu (8/8/2020).

Kendati memesan untuk dikirim ke Mozambik, FEM mengatakan bahan peledak tersebut tak pernah sampai. Ini merupakan satu-satunya bahan kimia pesanan perusahaan yang dipesan pihaknya namun tak pernah tiba.

"Biasanya ketika Anda memesan apa pun yang Anda beli, tidak umum Anda tidak mendapatkan barangnya. Ini kan (dikirim menggunakan, red) kapal, bukan seperti barang yang hilang melalui pos. Ini besar kuantitasnya," ujar dia.

Juru bicara FEM mengaku sudah bekerja di perusahaan itu sejak 2008. Dan sejak itu tidak pernah ada pengiriman gagal yang ia dapati menurut kesaksiannya.

Bahan peledak itu pertama kali dikirim dari tempat produksi di Georgia pada September 2013. Pengirimannya menggunakan kapal Rusia, Rhosus, yang kemudian berlabuh di Beirut.

FEM bekerja sama dengan perusahaan perdagangan luar dalam pengiriman amonium nitrat tersebut. Namun perusahaan perdagangan tersebut mengatakan bahan yang dipesan tidak akan tiba karena kendala logistik.

"Kami baru saja diberitahu oleh perusahaan perdagangan itu, ada masalah dengan kapan, pesanan Anda tidak akan dikirim. Jadi kami tidak pernah membayarnya, kami tidak pernah menerimanya," ujar dia.

Akhirnya FEM kembali memesan bahan amonium nitrat lain sebagai gantinya. Hingga terjadi ledakan, yang perusahaan tersebut ketahui kapal pembawa bahan peledak mereka ditahan di Beirut dan isinya disita pejabat Libanon.

Ia pun mengakui pihaknya terkejut ketika mengetahui bahan amonium nitrat yang mereka pesan disimpan dengan waktu lama di pelabuhan. Ia mengatakan amonium nitrat tidak seharusnya disimpan tanpa digunakan.

"Ini adalah bahan yang sangat serius dan Anda perlu mengangkutnya dengan standar transportasi yang sangat ketat," kata dia.

Bahan tersebut, katanya, bisa sangat berbahaya dan menghasilkan bahan peledak jika teroksidasi. Meskipun sifatnya lebih stabil dibanding bahan peledak lain, seperti bubuk mesiu.

Terdapat 2.750 metrik ton amonium nitrat yang dipesan FEM dalam kapal tersebut. Jumlah tersebut, menurut juru bicara FEM, tergolong kecil untuk pengiriman komersial.

Pihak FEM sendiri baru menyadari bahwa bahan amonium nitrat yang meledak merupakan pesanan mereka karena pemberitaan media. 

Sebelumnya Presiden Lebanon, Michel Aoun, mengatakan, ledakan pada Selasa (4/8) lalu disebabkan oleh timbunan amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan tanpa pengamanan selama bertahun-tahun. 

Bahan tersebut seharusnya dikirim ke Mozambik dari Georgia. Namun kapal tidak diizinkan meninggalkan Beirut karena belum membayar biaya pelabuhan.

Ledakan hebat tersebut menyebabkan setidaknya 154 orang meninggal dunia dan lebih dari lima ribu orang terluka. Wilayah sekitar pelabuhan juga hancur terbakar.

Sumber: AFP/CNN/Daily Star/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook