ANKARA (RIAUPOS.CO) - GEMPA dahsyat magnitudo 7,8 mengguncang Turki. Imbas gempa itu bahkan terasa sampai di Suriah. Hingga Senin (6/2) malam, lebih dari 1.900 orang tewas. Total di dua negara tersebut. Perinciannya, 1.121 orang di Turki dan lebih dari 800 orang di Suriah. Sementara itu, jumlah korban luka lebih dari 7 ribu orang. Jumlah korban meninggal maupun luka-luka sangat mungkin terus bertambah. Sebab, proses evakuasi masih berlangsung. Di Turki saja, ada lebih dari 2.834 gedung yang ambruk. Banyak di antaranya adalah gedung bertingkat. Tempat permukiman penduduk.
Gempa terjadi pukul 04.17 waktu setempat ketika mayoritas penduduk masih tidur. Pusat gempa berada 23 meter dari Nurdagi, Gaziantep, Turki, dengan kedalaman 17,9 kilometer. Itu adalah gempa terkuat yang terjadi di wilayah tersebut dalam 100 tahun terakhir. Getarannya bahkan sampai terasa di Lebanon, Siprus, dan Mesir.
Gempa kedua dengan kekuatan 7,5 magnitudo terjadi pukul 13.30 waktu setempat. Berpusat di Elbistan, Kahramanmaras. Setidaknya, terjadi 100 gempa susulan dengan kekuatan yang jauh lebih kecil.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan, ada 10 kota yang terdampak. Di antaranya, Hatay, Osmaniye, Adiyaman, Malatya, Sanliurfa, Adana, Diyarbakir, dan Kilis. Pusat perbelanjaan di Diyarbakir juga ambruk. ''Kami mengalami kejadian yang sangat mengerikan dan menakutkan. Terbangun di tengah malam dengan semua gedung terguncang adalah perasaan terburuk,'' ujar Alaa Nafi, korban selamat di Idlib, Suriah.
Pemerintah Turki mendeklarasikan alarm level 4. Artinya, mereka menyerukan permintaan bantuan internasional. Beberapa negara sudah menyatakan akan mengirimkan tim, bahkan sebelum permintaan Turki. Inggris bakal mengirim tim khusus penyelamatan dan pencarian korban yang berjumlah 76 orang. Beberapa peralatan dan anjing pelacak juga diikutkan. ''Di Suriah, kelompok penyelamat White Helmets yang didanai Inggris sudah memobilisasi anggotanya untuk melakukan evakuasi,'' ucap Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly, seperti dikutip CNN.
Sementara itu, Pakistan mengirim dua pesawat C-130 ke Turki. Satu berisi bantuan kemanusiaan dan satu lagi berisi 36 personel untuk penyelamatan. Mereka akan bertolak paling lambat pagi ini. Tim tersebut juga berisi dokter dan paramedis.
Di sisi lain, Ceko mengirimkan 68 tim khusus penyelamatan. Israel juga mengirim bantuan ke Suriah meskipun dua negara itu tidak memiliki hubungan diplomatik, bahkan kerap saling serang. Ke Turki, mereka mengirim dua tim penyelamat dan medis. Negara-negara Arab, AS, Rusia, dan Cina mengucapkan dukacita untuk Turki dan Suriah. Mereka juga menawarkan berbagai bantuan ke dua negara terdampak.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengaktifkan jaringan tim medis darurat di Turki dan Suriah untuk membantu mereka yang terdampak. ''Tim itu akan memberikan perawatan kesehatan bagi yang terluka dan paling rentan terkena dampak gempa,'' jelas Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip The Guardian.
Sementara itu, Komite Penyelamatan Internasional (IRC) menyerukan peningkatan pendanaan bantuan kemanusiaan di Suriah. Mereka menyatakan, banyak penduduk di wilayah barat laut negara itu yang sudah mengungsi 20 kali sejak perang melanda. Perawatan medis di sana sudah melebihi kapasitas, bahkan jauh sebelum gempa melanda. Situasi di Syria saat ini benar-benar memprihatinkan.
Sejauh ini, di abad ke-21, tujuh gempa besar masing-masing telah merenggut lebih dari 20.000 korban jiwa. Gempa Gujarat pada Januari 2001 di India dan gempa dan tsunami TÅhoku pada Maret 2011 di Jepang, keduanya merenggut lebih dari 20.000 jiwa. Di Iran, Gempa Bam yang terjadi pada 26 Desember 2003 memakan korban jiwa lebih dari 26.000 orang. Dua gempa besar pada pertengahan tahun 2000-an menyebabkan jumlah korban jiwa mencapai 87.000, yakni Gempa Kashmir pada Oktober 2005 yang mempengaruhi India, Pakistan dan Afghanistan, dan gempa Sichuan pada Mei 2008 Mei 2008 di Cina.
Dua gempa paling mematikan di abad ke-21 sama-sama menewaskan lebih dari 200.000 orang, meskipun jumlah korban tewas keduanya tidak tepat. Gempa Haiti Januari 2010 menghancurkan negara itu dengan jumlah korban tewas mencapai 220.000.
Namun bencana alam paling mematikan di abad ke-21 adalah Gempa Samudera Hindia 26 Desember 2004 dan tsunami susulan yang dikenal dengan Gempa dan Tsunami Aceh merenggut sedikitnya 225.000 jiwa, dan berkekuatan antara 9,1-9,3 skala Richter, gempa bumi terbesar ketiga yang pernah tercatat dengan durasi antara delapan dan sepuluh menit.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya membenarkan bahwa jumlah korban tewas di Turki telah meningkat menjadi 912, dan menggambarkannya sebagai bencana terburuk bangsa sejak 1939. ''Setiap orang berusaha keras, meskipun musim dingin, cuaca dingin, dan gempa bumi yang terjadi pada malam hari membuat segalanya menjadi lebih sulit,'' ungkapnya.(sha/c18/hud/das)
Laporan JPG, Ankara