JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ketegangan antara dua negara, Amerika Serikat dan Iran terus memanas pasca kematian pemimpin militer Iran, Qassem Soleimani. Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus menyampaikan pesan ‘panas’ melalui akun Twitter-nya. Ancaman-ancamannya menyulut kemarahan Iran yang berjanji akan membalas dendam.
Seperti diketahui, pada Jumat (3/1), Soleimani yang menjabat sebagai Kepala Pasukan Al-Quds Iran, tewas dalam serangan udara di dekat bandara Baghdad. Soleimani memiliki hubungan dengan milisi pro-Iran dan kelompok-kelompok teroris, seperti Hizbullah Libanon dan di seluruh Timur Tengah. Pembunuhannya terjadi setelah serangan terhadap Kedutaan Besar Amerika di Baghdad oleh perusuh yang berafiliasi dengan kelompok militan yang didukung Iran.
Selepas serangan tersebut, Donald Trump terus saja berkicau di Twitter. Dia memastikan bergerak cepat jika orang AS menjadi target di Teheran. Bahkan Trump mengancam akan menyerang 52 aset Iran.
“Iran berbicara dengan sangat berani menargetkan aset-aset AS sebagai pembalasan karena kami membersihkan dunia dari pemimpin teroris yang membunuh orang-orang Amerika, melukai banyak orang lain, belum lagi semua orang yang telah dia bunuh seumur hidupnya, termasuk baru-baru ini ratusan demonstran Iran,” tukas Trump.
“Dia sudah menyerang Kedutaan kita, dan bersiap untuk serangan tambahan di lokasi lain,” kicauan lainnya.
Respons Inggris
Sekretaris Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan pada hari Sabtu bahwa AS memiliki hak untuk mempertahankan diri sehubungan dengan pembunuhan Soleimani. “Di bawah hukum internasional, Amerika Serikat berhak untuk membela diri terhadap mereka yang mengancam negara mereka,” jelasnya.
Qaseem Soleimani Jadi Target
Sementara itu dilansir dari CNN, Jenderal utama Iran Qasem Soleimani diyakini menjadi target dari serangan ketika tewas dalam serangan udara AS pada hari Jumat. Sementara intelijen AS terus menunjukkan bahwa Soleimani berencana melakukan beberapa serangan di beberapa lokasi. Pejabat intelejen itu mengatakan mereka tidak memiliki bukti detail absolut dari semua yang dia coba lakukan.
Seorang pejabat senior pertahanan mengatakan ada beberapa indikator intelijen bahwa Soleimani terus merencanakan serangan. Sebuah bukti yang signifikan terjadi ketika seorang kontraktor AS tewas dalam serangan roket di sebuah pangkalan dekat Kirkuk, Irak, pada 27 Desember. AS menyimpulkan bahwa Soleimani merencanakan serangan.
Soleimani selama ini adalah arsitek kebijakan regional Iran untuk memobilisasi milisi di seluruh Irak, Syria, dan Lebanon. Dia juga disalahkan atas serangan terhadap pasukan AS dan sekutu Amerika pada 2003 di Irak.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman