KIEV (RIAUPOS.CO) – Sudah berbulan-bulan perang berkecamuk antara Rusia dan Ukraina. Begitu banyak korban. Termasuk korban tewas. Baik pihak Rusia maupun Ukraina. Di antara mereka, tak sedikit warga atau anak-anak yang tidak berdosa. Entah kapan perang itu berhenti.
Terbaru, lebih dari 100 ribu tentara Rusia disebut telah menjadi korban selama menginvasi Ukraina. Perinciannya, sekitar 20 ribu orang tewas dan 80 ribu lainnya luka-luka. Data itu dihitung mulai Desember 2022. Mayoritas korban berasal dari pertempuran di Bakhmut.
Namun, jumlah korban tentara Rusia itu perkiraan Gedung Putih berdasar data dari intelijen Amerika Serikat (AS).
’’Upaya serangan Rusia di Donbas yang sebagian besar melalui Bakhmut telah gagal. Rusia tidak bisa merebut wilayah yang sangat strategis,’’ ujar Jonk Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, seperti dikutip Agence France-Presse.
Mayoritas wilayah Bakhmut memang dikuasai Rusia. Hanya sebagian kecil yang masih bisa dipertahankan Ukraina. Namun, usaha untuk menguasai wilayah strategis Donetsk itu harus memakan biaya dan korban jiwa yang tidak sedikit.
Setengah dari mereka yang tewas adalah tentara yang direkrut perusahaan militer swasta Wagner. Mayoritas berasal dari para tahanan di Rusia. Wagner juga diterjunkan ketika Rusia melakukan invasi pertamanya di Ukraina pada 2014. Tidak dijelaskan dengan pasti bagaimana intelijen AS bisa mendapatkan angka-angka tersebut.
Namun, Kirby menolak memberi perkiraan tentara Ukraina yang jadi korban tewas maupun luka-luka. Dia menyebut mereka sebagai korban, bukan agresor seperti Rusia. Ukraina juga merupakan sekutu negara-negara Barat. Tentaranya dipersenjatai dan dilatih oleh koalisi yang dipimpin AS.
Kepala Pasukan Darat Ukraina Oleksandr Syrskyi mengatakan, Rusia terus melakukan upaya maksimal untuk merebut Bakhmut. Namun, dia menyebut sejauh ini gagal. ’’Di beberapa bagian kota, musuh diserang balik oleh unit kami dan meninggalkan beberapa posisi,’’ ucapnya.
Serangan balik dari tentara Ukraina membuat pasukan Rusia mundur. Namun, pihaknya mengakui bahwa situasinya masih sulit. Unit pasukan penerjun payung dan tentara Wagner yang disewa Rusia terus dikerahkan ke medan pertempuran. Dengan kata lain, meski banyak tentara Rusia yang tewas atau terluka, mereka tidak berhenti mengirim pasukan. Hal itu sempat membuat Ukraina kekurangan amunisi di garis depan.
Di sisi lain, Rusia menampik perkiraan yang disebut Gedung Putih. Menurut Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, Washington tidak mungkin memberi perkiraan akurat tentang kerugian Rusia di Ukraina. ’’Anda harus fokus pada angka-angka yang akan diterbitkan Kementerian Pertahanan Rusia pada saatnya nanti,’’ kata Peskov kepada CNN.
Sejauh ini, Kementerian Pertahanan Rusia belum merilis data terbaru tentang jumlah korban invasi ke Ukraina. Data terakhir pada September tahun lalu. Ketika itu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengumumkan bahwa 5.937 tentara Rusia telah tewas.
Pada Selasa (2/5) Shoigu mengatakan, terlepas dari bantuan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya dari negara-negara Barat, Ukraina menderita kerugian signifikan. ’’Sebulan terakhir saja, mereka telah kehilangan lebih dari 15 ribu orang,’’ tegasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman