’’Saat ini rasanya susah mengingkari fakta bahwa perang dagang AS-Cina telah memengaruhi ekonomi dunia,’’ ujar Stephen Innes, pakar di Vanguard Markets. Dua raksasa ekonomi itu sudah menerapkan sanksi yang menjamah barang dengan nilai lebih dari 360 miliar dolar AS (Rp5.011 triliun). Sanksi yang berupa kenaikan pajak impor tentu menurunkan nafsu konsumen dan memperlambat kinerja produsen.
Tiongkok masih saja menggunakan resep yang sama. Mao mengatakan bahwa pemerintah bakal kembali memberlakukan insentif untuk mendorong kinerja industri. ’’Masih banyak manuver yang dilakukan,’’ ungkapnya.
Hal itu membuat AS dan Cina terus berputar di lingkaran setan. Sebab, salah satu alasan Presiden AS Donald Trump memulai perang dagang adalah sistem insentif Cina. Menurut AS, Negeri Tirai Bambu menggunakan banyak cara kotor untuk meraup keuntungan di pasar global.
Beijing sudah melakukan banyak hal untuk menyokong pertumbuhan ekonomi. Mulai pemotongan pajak, restrukturisasi perusahaan, sampai devaluasi. Melihat kondisi saat ini, pengamat memperkirakan Tiongkok menambahkan insentif tersebut.