Itulah yang membuat Ustaz Ba’asyir enggan menandatangani pernyataan itu. Sebab, sampai saat ini dia merasa dirinya tidak pernah bersalah.
JK mengatakan, keputusan untuk membebaskan Ustaz Ba’asyir itu juga tidak akan dapat dipengaruhi oleh tekanan dari luar negeri. Termasuk Australia yang telah mengeluarkan protesnya. JK membandingkan protes-protes juga pernah disampaikan Indonesia terhadap Australia yang memindahkan kedutaanya ke Jerussalem. ”Kita tidak mempertimbangkam keberatan atau tidak keberatannya negara lain,” ujar JK.
Senada dengan keterangan presiden, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menegaskan bahwa Pancasila merupakan ideologi. Karena itu, Ba’asyir juga harus setia kepada ideologi tersebut apabila ingin lebih cepat bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gunung Sindur. ”Iya dong (Ustaz Ba’asyir harus akui Pancasila). Kalau nggak numpang (di Indonesia) dia. Bukan rumah, numpang nggak namanya,” imbuhnya.
Selama tidak mengakui Pancasila, purnawirawan jenderal TNI tersebut menyampaikan bahwa Ba’asyir sama saja dengan menumpang hidup dan tinggal di Indonesia. Ryamizard juga tidak segan menyampaikan bahwa jika terlampau lama tidak mengakui Pancasila, bukan tidak mungkin pemerintah bertindak lebih tegas lagi. ”Kala lama-lama diusir lu,” tegasnya. ”Enak makan tidur di situ,” tambah dia.
Yakin Bebas, Ribuan Santri Sambut Ustaz Ba’asyir
Munculnya silang pendapat antara Presiden Jokowi dengan jajaran menterinya terkait pembebasan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir tidak memengaruhi sikap keluarga maupun Ponpes Al Mukmin Ngruki. Mereka tetap menyiapkan skenario penjemputan dan sambutan kepada salah satu pendiri ponpes di Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo ini.
Humas Ponpes Al Mukmin Ngruki Mochshon mengatakan, pihaknya sudah melakukan sejumlah persiapan untuk menyambut Ba’asyir. Dia tidak banyak membeberkan lebih rinci terkait konsep penyambutan. Hanya saja ada sekitar 1.300 santri yang siap menyambut bersama. ”Informasi dari Ustaz Iim (Abdurrahim Ba’asyir, putra Abu Bakar Ba’asyir) lewat jalur darat,” papar dia.
Nantinya, rombongan akan berangkat melalui jalur darat menggunakan bus. Ada sekitar 60 pengantar, terdiri dari keluarga, Tim Pengacara Muslim (TPM), dan beberapa lainnya. Karena bus hanya akan memuat 23 pengantar. Sebab, bus yang digunakan adalah bus yang bisa digunakan untuk tidur atau beristirahat. Sementara pengantar lainnya akan menggunakan kendaraan pribadi masing-masing.(far/ya/bun/jpg)