JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kasus bunuh diri di kalangan anggota kepolisian kembali terjadi. Itu setelah terjadinya insiden menembakkan senjata api ke kepala sendiri yang dilakukan Briptu Tamrin Efrizal (23).
Namun, sejauh ini, penyebab anggota Brigade Mobile (Brimob) Polri itu nekat mengakhiri hidupnya masih belum diketahui.
"Belum dapat saya. Sudah kontak Brimob belum jawab," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto di Kompleks Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Rabu (18/7/2018).
Meski begitu, imbuhnya, biasanya anggota mereka yang bunuh diri disebabkan karena stres.
"Dari 440 ribu anggota tentunya ada satu, dua yang mungkin stres atau mungkin dalam tekanan yang dia sendiri tidak mampu mengendalikan," jelasnya.
Menurutnya, memang profesi sebagai seorang Polri memiliki tingkat setres yang cukup tinggi. Tuntutan pekerjaan menjadi salah satu penyebabnya. Dia memberi contoh, penyidik misalnya.
Adapun para penyidik diberi batas waktu untuk mencari pelaku. Juga polisi lalu lintas. Mereka harus berhadapan dengan para pengendara yang kadang susah menaati peraturan.
"Polisi itu adalah profesi yang tingkat stresnya tinggi," paparnya.
Sejatinya, Polri memiliki psikolog dan pembinaan mental untuk para anggota bercerita terkait masalah yang dihadapinya.
"Organisasi sudah memberikan peluang, memberi kesempatan mereka untuk melakukan curhat, konsultasi supaya mereka dapat jalan keluar terbaik, dari segi psikologi maupun agama," terangnya.
Akan tetapi, anggota Polri sangatlah banyak sehingga sulit mengawasinya satu per satu.
"Tapi dari sekian ratus ribu anggota, mungkin terlewat satu atau dua," tandasnya.
Untuk diketahui, sebelumnya seorang anggota Brimob yang dikabarkan bernama Thamrin, bunuh diri dengan senjata api miliknya. Insiden itu terjadi sekitar 17.00 WIB di Gang Belimbing, Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok. (dna)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama
