NEW YORK (RIAUPOS.CO) - Julius Robert Oppenheimer lahir pada tanggal 22 April 1904 di di Kota New York, Amerika Serikat. Dirinya berasal dari imigran Yahudi Jerman. Oppenheimer menempuh pendidikan tinggi dengan berkuliah di Universitas Harvard untuk belajar kimia pada tahun 1922.
Oppenheimer kemudian melakukan perjalanan ke Cambridge di Inggris untuk memulai pekerjaan pascasarjana dalam fisika. Bekerja di Laboratorium Cavendish di bawah pemenang Hadiah Nobel J.J. Thomson orang yang mendeteksi elektron Oppenheimer memulai penelitian atomnya.
Setahun kemudian, Oppenheimer melanjutkan belajar di Universitas Göttingen, Jerman, salah satu pusat terkemuka di dunia untuk fisika teoritis. Selama berada di Jerman, dia menerbitkan banyak makalah yang berkontribusi pada teori kuantum yang baru dikembangkan. Salah satu karya penting adalah pendekatan Born-Oppenheimer.
Pada tahun 1927, Oppenheimer telah menerima gelar doktor dan menjadi profesor di University of California, Berkeley, dan California Institute of Technology. Dia menghabiskan 13 tahun berikutnya bolak-balik antara dua sekolah melakukan penelitian penting dalam banyak bidang ilmiah termasuk fisika nuklir, teori medan kuantum, dan astrofisika.
Pandangan politik Oppenheimer mulai terbangun sejak periode 1930-an karena menyadari bahwa Nazi Jerman Hitler dapat mengembangkan senjata nuklir pertama di dunia. Kala itu perang pecah di seluruh Eropa pada bulan September 1939. Oppenheimer bersemangat bergabung dengan upaya awal negaranya membuat untuk mengembangkan senjata nuklir.
Kisah pria penemu bom atom pertama di dunia ini pada akhirnya dijadikan film oleh sutradara Christopher Nolan dengan judul Oppenheimer. Mungkin banyak yang belum mengenal tentang tokoh ini, namun ia merupakan orang pertama sekaligus fisikawan yang menciptakan bom atom di dunia.
Oppenheimer pun mendapatkan julukan sebagai bapak bom atom, saat Amerika Serikat tengah menjalankan proyek Manhattan. Penelitian Oppenheimer di era Perang Dunia II yaitu tentang senjata nuklir memang dikenal sangat kontroversial.
Pada saat Perang Dunia II berlangsung Oppenheimer bertanggung jawab sebagai Direktur Laboratorium Los Alamos sekaligus peneliti terkait desain awal dari bom atom. Terlepas dari kontroversi ide tentang bom atomnya. Oppenheimer meninggal pada 18 Februari 1968, pada usia 62 tahun. Penyebab meninggalnya sang bapak bom atom ini karena ia sudah lama berjuang dengan penyakit kanker tenggorokan.
Fisikawan yang terkenal di zamannya itu menunjukkan tekadnya yang besar dan kesungguhan dalam meneliti bom atom walaupun sedang menderita penyakit akibat perokok berat yang dideritanya.
Dikutip dari The New York Times, meninggalnya Oppenheimer pada tahun 1968 membuat dunia sains modern sangat kehilangan salah satu tokoh terpentingnya. Terlebih ia telah meninggalkan beberapa penelitian pentingnya yakni terkait mekanika kuantum, partikel fisika pada atom yang berguna dalam dunia industri nuklir.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra