RIAUPOS.CO - Senyum Firdaus merekah, Sabtu (12/3) malam. Wali Kota Pekanbaru ini terlihat santai menikmati alunan musik Slow Rock Melayu yang dibawakan WOY Band. Wali kota menjadi salah seorang saksi betapa riuh pertunjukan musik nostalgia malam itu.
Walikota duduk tepat dibarisan kursi kelima yang terdekat dari panggung dalam Anjungan Seni Idrus Tintin itu. Tepat di sampingnya terlihat pula Kadis Pariwisata Pekanbaru Hermanius, Sekdako Pekanbaru Syukri Harto dan lainnya. Sementara tepatnya, dua kursi ke belakangnya terlihat pula mantan Bupati Siak Arwin AS. Tidak jauh dari samping Arwin, terpisah, di sebelah kiri panggung duduk pula Konsul Malaysia Hardi Hamdin beserta keluarga.
Selain itu, hampir tidak ada kursi yang kosong. Ruang pertunjukan tertutup Anjungan Seni Indrus Tintin yang katanya berkapasitas 800 orang itu membludak. Bahkan ketika wali kota akan meninggalkan lokasi acara untuk menghadiri acara lain, dia harus melewati beberapa penonton yang berdiri pada bagian paling belakang panggung.
‘’Saya mengapresiasi acara ini dan pihak penyelenggaranya. Lagu yang mereka bawakan benar-benr lagu lama, lagu nostalgia, lagu-lagu yang dulu saya dengar ketika masih SMP dan STM. Mereka ini hendaknya menjadi inspirasi, bagaimana generasi muda mengenakan nilai-nilai seni dan budaya, khususnya kali ini musik yang sudah mulai dilupakan,’’ sebut Firdaus.
Wali Kota Pekanbaru ini keluar dengan wajah cerah, kendati sudah dipastikan, karena acara di Idrus Tintin tersebut membuat jadwal lainnya malam itu sudah telat 30 menit. Hal ini tidak lepas dari maksimalnya penampilan WOY Band yang digawangi Deni Matan (Drummer) Ridho Pot (Keyboardist), Jefri Sagu (Vokalis), Iwan Landel (Rhytim Gitar), Ieam Sagu (Lead Guitar), Itoy Sagu (Drummer) dan Matrock Blacan (Bassit).
Selain piawai memain musik slow rock dengan senar gitar yang melengking dan suara vokalis yang suka mendadak tinggi rendah, aksi lawak mereka di atas panggung juga membuat penonton selalu riuh dan tertawa. Apalagi malam itu konsepnya bukanlah konser, seperti disebut Jefri Sagu, melainkan sebuah pertunjukan seni.
‘’Ini bukan konser, konsepnya pertunjukan seni, jadi ada hiburan lain yang kami hadirkan di tengah-tengah kita sama-sama bernostalgia dengan lagu-lagu yang sudah berusia 25 sampai 35 tahun. Kami hadir ingin menyediakan fasilitas bagi mereka yang ingin mengisi ruang rindu,’’ sebut Jefri.
Penampilan para musisi WOY Band ini juga sangat aneh bila dibandingkan dengan grup band masa kini. Mereka bergaya grup band rock dan metal era 80-an dan 90-an. Rata-rata semua personil, berambut panjang terurai. Celana jeans lengkap dengan aksesoris besi, pengingat kepala dan sepatu khas penyanyi rock.
Berbeda dengan yang lain, Matrock tampil berbeda. Bila yang lain mengenakan kaos dan jaket-jaket yang kini norak bila digunakan, dia justru mengenakan stelan khas bangsawan Melayu, lengkap dengan tanjak. Namun untuk bentuk rambut, mereka sama saja. Sama-sama terurai dan cendrung berantakan ditambah dengan kaca mata hitam yang berukuran lebih besar dari biasa beredar saat ini.