Langkah sutradara Anthony dan Joe Russo dan penulis Christopher Markus dan Stephen McFeely patut diacungi jempol dalam menjalin cerita yang sesungguhnya menjadi inti dari perjalanan para lakon dalam semesta Marvel.
Apakah Endgame ini benar-benar jadi akhir? Melihat ke belakang, jagat Marvel dalam satu dekade sudah terbagi dalam tiga fase. Pertama, dimulai dari Iron Man pada 2008 hingga The Avengers pada 2012. Fase berikutnya, Iron Man 3 (2013) yang berakhir di Ant-Man (2015). Sedangkan fase ketiga, diawali Captain America: Civil War (2016) yang kini sudah sampai di Avengers: Endgame. Fase ini disebut akan ditutup oleh Spider-Man: Far From Home yang direncanakan bakal tayang Juli mendatang.
Sepanjang satu dekade ini, mereka sudah punya formula ajeg untuk menyajikan aksi, humor, dan narasi para tokoh untuk dinikmati para penggemarnya. Jalinan cerita dijahit dengan detail rangkaian kisah yang ada di film-film sebelumnya namun tanpa menyaksikan itu pun, Endgame cukup bisa diikuti, layaknya kita menyaksikan Infinity War.
Tapi sudah paling benar jika menyaksikan film ini berangkat dengan referensi lengkap sehingga cuplikan, kenangan yang hadir lewat pertemuan, pertarungan, bahkan momen konyol yang disajikan begitu melibatkan diri penonton secara emosional. Bayangkan saja klimaks dari perjalanan puluhan jagoan dalam satu dekade.
Risiko besar menyatukan semua jagoan dalam satu layar yang sempat diragukan ini berhasil dibuktikan sebagai sebuah tontonan besar yang dinantikan dan dirayakan banyak orang yang tidak mengecewakan dari sisi sajian, dan rasanya juga mendatangkan keuntungan besar bagi Marvel Studios itu sendiri.
***
ADA satu hal yang menarik di film ini. Yakni gugurnya dua karakter penting plus perginya Captain America menembus mesin waktu sebelum akhirnya kembali dengan wajah tua.
Gugurnya Natasha yang mengorbankan dirinya masuk ke jurang agar Barton bisa pulang membawa batu akik, dalam pertukaran "mengorbankan orang tercinta", di pertengahan film, selain sebuah teka-teki tentang cinta platonis di antara mereka berdua, juga sebuah tanda apakah benar Johansson sudah menghentikan kerja sama dengan Marvel.
Begitu juga dengan isu tentang mundurnya Robert Downey Jr sebagai Tony Stark alias Iron Man. Sudah lama Downey Jr menyatakan ingin mencari suasana baru dan mulai jenuh memerankan orang paling jenius sekaligus paling sombong di kelompok Avengers ini.
Dalam pelukan sang istri, Pepper Potts, Tony meninggal dalam keadaan luka parah di wajahnya setelah dihajar Thanos. Semua anggota Avengers kemudian mengantarkan jasadnya dalam acara perkabungan, saat Potts melepaskan karangan bunga ke danau di tepi rumah musim panas mereka. Suasana duka terlihat dalam adegan ini. Benarkah Avangers berakhir? Atau kalau masih ada, tanpa Iron Man lagi?
Lalu, teka-teki lain juga terjadi saat Steve Rogers alias Captain America (Chris Evans), masuk ke mesin waktu, dan ketika kembali ke Bumi berubah tua, sesuai usianya. Rogers ingin kembali ke masa Perang Dunia II untuk membayar utang dansanya kepada kekasihnya, Laura Barton (Linda Cardellini). Usai mengalahkan tentara Jerman di Perang Dunia II, dia berjanji gadis yang dicintainya itu untuk berdansa bersama. Namun sebelum janji itu ditunaikan, Rogers mengalami "tidur panjang" selama 45 tahun.
Apakah ini juga sebuat tanda bahwa Evans juga akan meninggalkan Marvel dan mencari tantangan lain selain seumur hidupnya akan berperan sebagai komandan Avengers?
Di luar semua teka-teki itu, secara produksi, film ini menjadi sebuah pertaruhan Marvel dalam mengumpulkan semua super hero mereka, plus karakter lainnya yang diperankan aktor/aktris terkenal, dan bahkan hanya muncul sekelebat.
Bisa kita bayangkan bintang-bintang besar itu hanya jadi cameo atau figuran. Mereka antara lain Tom Hidlleston (Loki), Natalie Portman (Jane Foster, kekasih Thor), Michelle Pfeiffer (Janet Van Dyne), Bradley Cooper (Rocket, hanya suara), Samuel L Jackson (Nick Fury), atau Vin Diesel (Groot, suara).
Lalu Tilda Swinton (The Acient One), Robert Redford (Alexander Pierce), Michael Douglas (Hank Pym, mentor Ant-Man), Frank Grillo (Brock Rumlow), William Hurt (Thaddeus Ross), James D’Arcy (Edwin Jarvis), dan sederetan aktris/aktor terkenal lainnya.
Dengan banyaknya super hero plus bintang-bintang besar yang rela jadi figuran itu, daya tarik Avangers: Endgame memang dahsyat. Bahkan, belum ada dalam sejarah gedung bioskop di Indonesia yang memutar film mulai dari jam 05.00 WIB, selain film ini. Di Pekanbaru, di beberapa bioskop, film ini diputar mulai jam 08.00 WIB.
Penasaran? Silakan beli tiket, dan tontonlah dengan santai dan penuh kegembiraan.***
Penulis/Editor: Hary B Koriun
Sumber: Berbagai Sumber