KOLOMBO (RIAUPOS.CO) – Sosok Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menjadi sorotan dunia setelah krisis melanda sejak April 2022. Sri Lanka mengalami krisis ekonomi dan bangkrut karena inflasi akibat gagal membayar utang luar negeri. Rakyat kelaparan, marah, dan menuntut Gotabaya mundur. Rakyat menilai Gotabaya tidak becus mengurus negara. Bahkan, Gotabaya disebut mengakibatkan Sri Lanka ke jurang krisis.
Gotabaya sebenarnya berjanji bakal mundur pada Rabu (13/7) setelah pada Sabtu (9/7), Istana Presiden diduduki rakyat yang marah. Namun, bukannya memenuhi janji untuk mundur, Gotabaya justru kabur ke Maladewa.
Siapa Gotabaya Rajapaksa?
Gotabaya Rajapaksa, 72, mulai menjabat sebagai Presiden Sri Lanka pada 2019. Ia memegang kekuasaan eksekutif atas Sri Lanka selama pandemi Covid-19 yang menurut para analis membantu memicu krisis ekonomi saat ini.
Tidak seperti saudaranya yang karismatik Mahinda, yang mengepalai klan Rajapaksa dan menjadi perdana menteri hingga Mei, Gotabaya memiliki sedikit pengalaman politik. Dia berasal dari latar belakang militer, bertanggung jawab atas tentara dan polisi selama masa kepresidenan Mahinda dari 2005 hingga 2015.
Pada 2009, ia memimpin langkah pemerintah menghancurkan pemberontak separatis Tamil setelah puluhan tahun perang saudara. Gotabaya dijuluki The Terminator oleh keluarganya sendiri dan dikenal sebagai sosok yang bersumbu pendek.
Dalam memerintah negara, Gotabaya Rajapaksa dibantu anggota keluarga lainnya, termasuk adiknya, Basil Rajapaksa, 71. Ia dijuluki Tuan Sepuluh Persen dalam wawancara dengan BBC merujuk pada komisi yang diduga diambil dari kontrak pemerintah. Sempat tersandung masalah, namun pengadilan gagal membuktikan tuduhan bahwa ia menyedot jutaan dolar dari kas negara. Semua kasus terkait dirinya dihapur ketika menjadi presiden.
Sang adik, Basil, diangkat menjadi menteri keuangan ketika Gotabaya menjadi presiden. Saudara lainnya, Chamal, 79, menduduki jabatan sebagai orang yang bertanggung jawab di bidang irigasi Klan Rajapaksa telah mendominasi sebagian besar sejarah politik Sri Lanka setelah 2009. Keluarga tersebut menjadi terkenal di bawah kepemimpinan Mahinda Rajapaksa di mana sebanyak 40 posisi menteri ditugaskan kepada anggota keluarga Rajapaksa. Politik kekuasaan dinasti telah menimbulkan tuduhan nepotisme dan otokrasi yang terus berlanjut di bawah pemerintahan Gotabaya.
Jurnalis senior Amantha Perera menulis di majalah TIME pada 2010, sepanjang karirnya, salah satu sifat utama Mahinda adalah ketergantungannya pada anggota keluarga dekat. Anggota keluarga dekat yang memegang posisi teratas dan berpengaruh di pemerintahannya terus bertambah, meski ada keluhan dari oposisi soal nepotisme.
Saat Gotabaya menjadi presiden, jabatan penting dipegang oleh anggota keluarga dekatnya seperti Mahinda (perdana menteri), Basil (menteri keuangan), Chamal (menteri irigasi), dan Namal (menteri olahraga).
Tata Kelola dan Kebijakan
Dalam menjalankan pemerintahan, Gotabaya dikenal menggunakan undang-undang anti-terorisme yakni Undang-Undang Pencegahan Terorisme (PTA) untuk mengekang perbedaan pendapat dan menargetkan minoritas. Pengangkatan mantan militer sebagai gubernur provinsi minoritas, makin menghalangi otonomi dewan provinsi untuk menjalankan proses perdamaian.
Kebijakan Gotabaya dikritik karena kepicikannya. Aktivis mengecam penggusuran paksa penghuni permukiman kumuh untuk mempercantik Ibu Kota Kolombo. Pada 22 April 2021, pemerintah Gotabaya mengumumkan larangan total penggunaan dan impor pupuk kimia untuk menjadikan Sri Lanka sebagai negara pertama di dunia produsen makanan organik 100 persen.
Diamuk Rakyat, Janji Mundur, Melarikan Diri
Pada Sabtu (9/7) rakyat Sri Lanka menggeruduk kediamannya di Kolombo. Gotabaya berhasil diselamatkan dari amukan massa. Rakyat kemudian menyerbu masuk dan berpesta di rumahnya hingga viral di media sosial.
Terus ditekan, Gotabaya berjanji mengundurkan diri pada Rabu (13/7/2022). Namun, dia justru melarikan diri ke Maladewa bersama istri dan dibawa ke tempat rahasia agar tidak ditangkap karena tuduhan kasus korupsi yang dilakukan dirinya dan keluarganya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman