REVIEW FILM

Halloween Ends: Plot Dipaksakan, Tapi Masih Cukup Menegangkan

Hiburan | Kamis, 13 Oktober 2022 - 01:00 WIB

Halloween Ends: Plot Dipaksakan, Tapi Masih Cukup Menegangkan
Adegan dalam film Halloween Ends. (ISTIMEWA)

NEW YORK (RIAUPOS.CO) – Dunia sudah sangat akrab dengan tradisi Halloween setiap bulan Oktober datang. Menyemarakkan bulan penuh kengerian yang dirayakan ini, sutradara David Gordon Green merilis Halloween Ends yang merupakan penutup trilogi Halloween terbaru yang rilis pada 2018 silam.

Kembali dibintangi oleh Jamie Lee Curtis sebagai Laurie Strode, Halloween Ends meneruskan kisah teror dari sang pembunuh bertopeng, Michael Myers yang terjadi di Halloween (2018) dan Halloween Kills (2021).


Masih menggunakan premis dan formula yang begitu-begitu saja, Halloween Ends yang diberi rating 21+ tersebut tetap menyuguhkan adegan berdarah dan sadis, walau plot ceritanya sudah terkesan dipaksakan.

Halloween Ends mengambil latar satu tahun setelah kejadian di Halloween Kills, di mana Michael Myers secara misterius menghilang sejak pembantaian terakhir yang ia lakukan.

Film ini dibuka dengan adegan kematian seorang bocah yang tanpa sengaja jatuh terdorong dari lantai 3 rumahnya oleh seorang babysitter bernama Corey Cunningham (Rohan Campbell). Walau akhirnya terbukti tidak bersalah, Corey terlanjur dicap sebagai seorang pembunuh bocah.

Hal ini kemudian membuat Corey kerap mendapat stigma negatif dan perundungan dari orang-orang sekitarnya. Takdir akhirnya mempertemukan Corey dengan Laurie yang notabene merupakan protagonis utama franchise Halloween. Perkenalan tidak terduga itu kemudian membawa Corey berkenalan dengan cucu Laurie, Allyson Nelson (Andi Matichak) hingga keduanya saling jatuh cinta.

Masalah kemudian muncul ketika Corey yang sudah sangat muak dengan dunia akhirnya berjumpa dengan sosok Michael Myers di sebuah tempat yang sangat tidak terduga. Pelan-pelan, Corey pun mulai meneruskan ‘tugas mulia’ sang jagal bertopeng di setiap bulan Oktober.

Dari segi plot cerita, hampir tidak ada hal baru yang ditawarkan dari Halloween Ends. Film ini masih memakai jalan cerita dan elemen yang mirip-mirip dengan horror-slasher flick yang sudah ada. Tak peduli apapun konflik di dalamnya, pada akhirnya penonton hanya menunggu kapan Michael Myers muncul untuk melakukan pembantaian.

Kehadiran sosok Corey sebagai ‘penerus’ dari Michael Myers memang menjadi sebuah elemen penyegar. Hal ini sempat memberikan harapan bahwa ada sosok baru yang didapuk sutradara David Gordon Green untuk menerima tongkat estafet sebagai Michael Myers yang baru demi tetap membuat franchise ini tetap hidup.

Sayangnya, hal ini dirusak dengan kemunculan Michael Myers yang, dari sudut pandang pribadi, amat sangat dipaksakan dan sangat konyol pada derajat tertentu. Faktor ini pun kemudian menjadi sebuah ironi, karena sosok yang sebetulnya paling ditunggu untuk muncul justru hadir dengan cara yang sangat nggak banget.

Walau demikian, harus diakui bahwa formula jumpscare dan gore yang disajikan tetap membuat film ini tidak terasa membosankan. Walau kesannya ‘curang’, rasa kaget yang muncul lewat adegan yang tidak disangka-sangka tetap tidak bisa dibohongi.

Secara keseluruhan, Halloween Ends boleh dibilang merupakan film yang cukup asyik disaksikan, khususnya penggemar genre horror-slasher.  Walau adegan-adegan pembunuhan di dalamnya bisa memuaskan dahaga para penggemar film sadis, namun untuk sebuah film penutup dari trilogi salah satu franchise yang paling dikultuskan, film ini gagal menjadi sebuah penutup yang bombastis gara-gara plot ceritanya yang terlalu maksa.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook