DUA WNI IKUT JADI KORBAN

Efek Domino yang Mematikan di Gang Itaewon

Internasional | Senin, 31 Oktober 2022 - 09:57 WIB

Efek Domino yang Mematikan di Gang Itaewon
Puluhan mayat korban tragedi di Itaewon, Seoul, bergelimpangan, Ahad (30/10/2022) . (YELIM LEE/AFP)

SEOUL (RIAUPOS.CO) – Gang sempit di belakang Hotel Hamilton itu sebenarnya tidak cukup untuk berdiri berjajar enam orang. Maklum, lebarnya cuma sekitar 4 meter, sedangkan panjangnya 41 meter.

Tanpa ribuan orang datang untuk merayakan Halloween pun, gang di Itaewon, Distrik Yongsan-gu, Seoul, itu sudah sesak di tiap akhir pekan. Tempat itu memang salah satu pusat hiburan malam di ibu kota Korea Selatan (Korsel), dengan kanan-kirinya dipenuhi kelab malam, bar, dan restoran.


Jadi, bisa dibayangkan betapa sesaknya ketika sekitar 100 ribu orang meriung di sana pada Sabtu (29/10) malam lalu. Apalagi, kontur tanah di sana menurun.

Korea Times, mengutip sejumlah saksi, melansir sebelum tragedi yang berujung kematian 154 orang, kondisi sudah macet parah di sana. Orang-orang tak bisa lagi berjalan, tertahan berdiri di tempat masing-masing.

Ada kabar, orang-orang yang berdesakan itu berusaha bergerak saat melihat seorang selebriti di salah satu tempat hiburan malam di sana. Seorang korban selamat menyebutkan, dirinya mulai mendengar teriakan sebelum bencana massal terjadi.

Kondisi menjadi kacau balau ketika mereka yang berada di tengah kerumunan mulai terjatuh. Efek domino pun terjadi, orang yang jatuh, menjatuhi sebelahnya dan begitu seterusnya.

"Akhirnya seperti saling dorong. Saya melihat sendiri seorang pria terluka dengan darah di beberapa bagian tubuhnya," kata saksi mata tadi yang tak disebutkan namanya kepada Korea Times.

Sejumlah saksi mata juga menyebutkan, mereka yang berada di bagian bawah jalanan menurun itu sudah meneriaki yang di atas. "Mundur, mundur," teriak mereka agar yang di bawah tidak semakin tertimbun. "Semua staf dari tempat hiburan malam di sekitar lokasi kejadian keluar dari tempat kerja mereka dan berusaha menolong. Keadaan benar-benar kacau," kata seorang saksi mata lain.

Sekitar 300 orang mengalami kesulitan bernapas. Kebanyakan korban berusia di bawah 20 tahun atau di awal 20-an tahun. Seol Ye-sol, di antaranya. Sebelum berangkat ke Itaewon, dia meminta uang kepada sang ibu, Ahn Yeon-seon.

"Dia bilang mau ke Itaewon ketemu pacarnya yang sebentar lagi harus menjalani wajib militer," kenang Ahn (55) kepada kantor berita Korsel Yonhap.

Tahu-tahu sekitar tujuh jam kemudian, si pacar menelepon sembari menangis mengabarkan bahwa Seol meninggal. Tubuh gadis 19 tahun itu tertumpuk korban lainnya selama lebih dari satu jam.

Si pacar juga menyebutkan, sudah berusaha menarik Seol keluar, tapi gagal. Jadi, sampai berita ini ditulis, Ahn belum mendapat konfirmasi apakah sang anak benar meninggal atau tidak.

Yang pasti, Pemerintah Metropolitan Seoul menyebutkan bahwa, mereka mendapat laporan 270 orang hilang terkait tragedi tersebut dan sudah meneruskan laporan itu ke kepolisian.

"Kini saya masih mencari anak saya," kata Ahn yang ketika ditemui sedang berada di Rumah Sakit Universitas Soonchunhyang, fasilitas kesehatan terbesar di kawasan sekitar lokasi insiden.

"Ini adalah bencana buatan manusia yang dipicu kurangnya kesadaran tentang keselamatan." Pernyataan itu dilontarkan Shin Dong-min, seorang profesor di Korea National University of Transportation, terkait insiden saling injak di Distrik Itaewon, Seoul, Korsel, Sabtu (29/10).

Menurut dia, vendor dan pemerintah Itaewon seharusnya memiliki persiapan lebih baik untuk menghadapi lonjakan pengunjung. "Saat itu 10 kali lebih ramai daripada biasanya," ujar Moon Ju-young, salah seorang saksi mata.

Para pemilik kafe, kelab, dan toko di Itaewon juga mengakui bahwa mereka tidak pernah melihat pengunjung sebanyak itu sebelumnya. Setiap tahun memang ada perayaan Halloween di distrik yang terkenal akan kehidupan malamnya itu. Tapi, ini kali pertama dalam tiga tahun terakhir, pengunjung tak perlu memakai masker maupun menjaga protokol kesehatan.

Pihak terkait sudah tahu bakal ada lonjakan pengunjung. Tapi, kemungkinan tidak ada yang memperkirakan jumlahnya mencapai 100 ribu orang lebih. Karena itu, polisi yang dikerahkan untuk menjaga lokasi hanya 200 orang.

Jumlah petugas yang minim tersebut berdampak luar biasa. Sebab, mereka tidak bisa merespons dengan cepat kejadian di lokasi. Jalanan yang penuh dengan pengunjung juga membuat rombongan mobil polisi, pemadam kebakaran, dan ambulans yang menuju lokasi tidak bisa masuk. Dalam beberapa video amatir, tampak polisi sampai harus naik ke atap mobil untuk meminta pengunjung minggir dan memberikan jalan bagi petugas.

Situasi di Itaewon saat itu memang sudah karut-marut karena begitu ramainya. Banyak pengunjung yang abai dan sibuk dengan dirinya sendiri. Hanya beberapa meter dari lokasi kejadian, orang-orang tetap berpesta dan menari. Padahal, saat itu polisi tengah kewalahan mengeluarkan orang-orang yang tertumpuk satu sama lain.

"Itu mengerikan. Tidak semua orang mati seketika. Mereka masih menarik orang (keluar) karena sangat ramai. Ada juga orang-orang yang masih berpesta di jalanan. Pada dasarnya mereka tidak menyadari apa yang sedang terjadi," ujar Emily Farmer, salah seorang saksi mata.

Para pakar menyatakan bahwa dalam banyak kasus orang terinjak, mereka meninggal karena henti jantung akibat kekurangan oksigen. Keterlambatan pertolongan pertama menentukan hidup dan mati para korban. Ada peluang selamat selama 4 menit setelah jantung terhenti. Peluang itu tidak bisa dimanfaatkan karena lambatnya kedatangan tim penyelamat akibat jalan yang terblokade.

Kementerian Dalam Negeri Korsel memaparkan bahwa demo di Distrik Gwanghwamun, Seoul, juga membuat konsentrasi polisi terpecah. Banyak petugas yang dikerahkan ke lokasi demo saat insiden di Itaewon terjadi. Beberapa orang di lokasi membantu melakukan resusitasi jantung paru (CPR).

"Saya tidak bisa menahan air mata saat tidak ada seorang pun yang menawarkan bantuan, tapi terus memvideo," ujar salah seorang pengunjung yang dimintai tolong petugas di lokasi untuk membantu CPR.

Banyak pengunjung memang tampak berlomba memvideo dan mengunggah di akun media sosial masing-masing, bukan mengulurkan tangan untuk membantu. Perusahaan teknologi asal Korsel seperti Kakao Talk, Twitter Korea, dan beberapa lainnya meminta penggunanya untuk menahan diri dari mengunggah video dan foto terkait insiden di Itaewon.

Badan Kepolisian Metropolitan Seoul melaporkan ada kenaikan jumlah korban jiwa. Hingga Ahad (30/10) malam sudah mencapai 154 orang. Perinciannya, 98 perempuan dan 56 laki-laki. Seluruh keluarga korban sudah dihubungi, kecuali satu korban yang belum teridentifikasi.

Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan bahwa 20 warga asing termasuk dalam korban tewas. Mereka berasal dari AS, Uzbekistan, Austria, Norwegia, Vietnam, Kazakhstan, Iran, Rusia, dan Sri Lanka. Otoritas setempat juga menerima lebih dari 2.600 laporan orang hilang.

"Saya sangat sedih atas hilangnya begitu banyak nyawa tadi malam, termasuk dua pemuda AS yang berpesta bersama teman-teman Korea mereka dan yang lainnya dari seluruh dunia," ujar Duta Besar AS untuk Korsel Philip Goldberg.

Presiden Korsel Yoon Suk-yeol mengumumkan masa berkabung nasional. Dia menegaskan bahwa tragedi di Itaewon seharusnya tidak terjadi. "Pemerintah akan menyelidiki secara menyeluruh penyebab insiden itu dan membuat perbaikan untuk memastikan kecelakaan yang sama tidak terjadi lagi di masa depan," ujarnya seperti dilansir Agence France-Presse. Yoon datang untuk meninjau lokasi secara langsung.

Wali Kota Seoul Oh Se-hoon juga memperpendek lawatannya ke Eropa dan bergegas pulang. Dia menyatakan bahwa altar peringatan akan didirikan di Seoul Plaza mulai pagi ini sehingga masyarakat dapat memberikan penghormatan kepada para korban.

Orang-orang yang keluarganya hilang mengaku panik mencari informasi. Menunggu bukanlah hal yang mudah. Sebagian keluarga korban berdatangan dari berbagai kota di luar Seoul. Mereka berkumpul di Pusat Layanan Masyarakat Hannam-dong di Distrik Yongsan.

Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Judha Nugraha mengatakan, berdasarkan koordinasi KBRI Seoul dgn otoritas setempat dan rumah sakit hingga pukul 12.30 WIB, diketahui adanya dua WNI yang terdampak dari Tragedi Halloween Itaewon. Kedua WNI tersebut dilaporkan mengalami luka ringan akibat insiden perayaan Halloween di Itaewon. "Kedua WNI tersebut saat ini dalam keadaan baik dan telah pulang dari rumah sakit," ujarnya saat dikonfirmasi, Ahad (30/10).

Hingga saat ini, KBRI Seoul masih terus melakukan pemantauan soal kemungkinan adanya korban WNI lainnya dalam tragedi Halloween Itaewon. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti kepolisian dan rumah sakit rujukan trus dilakukan guna menggali informasi kemungkinan adanya WNI yang menjadi korban.

Duta Besar RI di Seoul Gandi Sulistiyanto mengatakan, pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan tim gerak cepat, persatuan pelajar Indonesia di Korea, serta simpul-simpul WNI untuk memantau sekiranya ada WNI yang terdampak.

Pihaknya sempat terinformasi adanya 2 orang WNA yang menjadi korban tewas, namun telah dipastikan bahwa kedua orang tersebut bukan WNI. "Sudah dicek oleh tim KBRI di sana bukan warga negara Indonesia," ujarnya.

KBRI Seoul telah membuka hotline pengaduan yang bisa dimanfaatkan WNI yang membutuhkan bantuan. WNI bisa menghubungi nomor 010-5394-2546 dan akan segera direspons.

Berdasarkan pemberitaan di berbagai media nasional Korea, saat ini terdapat korban jiwa sekitar 149 orang dan 76 orang luka-luka. Jumlah tersebut dikhawatirkan akan bertambah.

Menurutnya, Presiden Yoon Suk Yeol pun telah mengadakan emergency meeting terkait kasus ini. Presiden Yoon juga sudah memerintahkan adanya emergency response kepada seluruh jajarannya untuk mengevakuasi para korban, mencegah terjadinya tambahan korban dan menjaga situasi di lokasi kejadian.

Dari informasi yang diperolehnya, saat kejadian mengerikan itu, sekitar 300 ribu orang tengah berkumpul di sana. Kegiatan ini pun diketahui bukan terorganisir, tapi spontanitas. Dari investigasi sementara, korban berjatuhan lantaran kekurangan oksigen dan terinjak-injak karena panik.

"Segenap keluarga besar KBRI Seoul menyampaikan dukacita yang mendalam atas meninggalnya para korban tragedi perayaan Halloween di Itaewon," ungkapnya. Dia berharap, para korban luka mendapatkan penanganan medis pada kesempatan pertama.(sha/c7/oni/jpg)
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook